NovelToon NovelToon
Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Mengetahui kebenaran identitasnya sebagai anak angkat, tak membuat perempuan berumur 18 tahun itu bergeming. Bahkan kematian ibu angkat dan ayah angkat yang mengusirnya dari rumah, tidak membuatnya membenci mereka. Arumi Maharani, gadis lulusan SMA yang dibesarkan di keluarga patriaki itu memilih mencari jati dirinya. “Aku tunanganmu. Maafkan aku yang tidak mengenalimu lebih awal.” Izqian Aksa. Siapa Izkian Aksa? Bagaimana Arumi menjalani kehidupan selanjutnya? Dan akankah pencariannya mendapatkan hasil? Haloo semuanya… ketemu lagi dengan author.. semoga semua pembaca suka dengan karya baru author…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melamar

“Ayah! Ibu!” teriak Aksa setelah mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah.

“Kenapa dengan anak ini? Teriak-teriak, kami ini belum tuli!” kata Ibu Aksa yang menjewer telinga sang anak.

“Sakit, Bu!” keluh Aksa yang sebenarnya hanya berpura-pura.

“Kenapa teriak-teriak?” tanya Ayah Aksa.

Setelah jeweran sang ibu terlepas, Aksa segera membawa ibunya duduk begitu juga dengan sang ayah.

“Ayah, Ibu, tolong lamarkan Arumi untukku.” Kata Aksa dengan mantap.

“Apa Arumi sudah menerimamu?” tanya Ibu Aksa ragu.

“Tentu saja! Arumi sudah setuju dan akan menyambut ibu dan ayah melamarnya nanti.”

“Apa kamu memaksanya?” tanya Ayah Aksa.

“Ayah ini ayahnya siapa? Kenapa menuduh anak sendiri?” tanya Ibu Aksa membela anaknya.

“Aku hanya meragukannya, Bu. Aksa baru bertemu 4 kali dengan Arumi, bagaimana bisa gadis baik-baik mau begitu saja dengan Aksa?”

“Memangnya, anak ayah ini tidak baik?”

“Baik. Hanya saja, Arumi masih 18 tahun, Ayah hanya takut Aksa memaksanya.” Seketika Ayah Aksa mendapatkan tatapan tajam dari Ibu Aksa.

“Yah, aku tidak memaksanya. Aku hanya bertanya apakah dia memiliki perasaan kepadaku. Arumi awalnya meragukan dirinya sendiri dan memintaku untuk berpikir ulang. Tapi aku sudah memutuskan kalau hanya Arumi yang aku mau, jadi aku menceritakan alasan Ayah dan Ibu yang hanya memiliki satu anak.” Jujur Aksa.

“Kenapa Arumi berpikir seperti itu, Nak?” tanya Ibu Aksa.

“Arumi merasa latar belakangnya berantakan, makanya tidak ingin membawa masalah untukku di masa depan.”

“Hanya latar belakang saja! Kalau kalian sudah menikah dan tidak tinggal di sana lagi, apa mereka bisa membuat masalah?”

“Maksud, Ibu?”

“Memangnya setelah menikah kamu mau tinggal di sana? Bagaimana dengan pekerjaanmu?” Aksa baru paham.

Ia bahkan belau berpikir sampai sana. Tetapi apa yang dikatakan ibunya ada benarnya. Jika mereka sudah menikah, setidaknya harus tinggal di Kota Minyak karena pekerjaannya. Entah itu tinggal bersama orang tuanya atau rumahnya sendiri.

“Kalau begitu, aku akan membeli rumah.”

“Kenapa beli rumah? Rumah ini lebih dari cukup untuk menampung kalian dan cucu ibu nanti.”

“Ad baiknya mereka tinggal sendiri, Bu. Mereka juga perlu mandiri dalam pernikahan.” Ayah Aksa mendukung anaknya untuk membeli rumah.

“Ayah yang terbaik!”

“Jangan buru-buru beli rumah! Sebaiknya tinggal di sini dulu, kalau uangmu sudah cukup, baru beli rumah dan pertimbangkan juga keinginan Arumi.”

“Baiklah! Jadi, Ayah dan Ibu mau melamar kapan?”

“Minggu depan saja. Lebih cepat lebih baik.” Aksa bersorak.

Segera ia mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuanya dan bertanya apa saja yang perlu ia persiapkan. Ibu Aksa memberikan beberapa daftar yang perlu ia beli untuk dibawa saat lamaran nanti.

Bahkan Ibu Aksa menggaris bawahi kalau Aksa harus menanyakan kesukaan Arumi agar barang yang dibelinya terpakai dan sesuai dengan selera Arumi. Aksa menganggukkan kepalanya dengan patuh.

Di sisi lain.

Semua anak perempuan Emak berkumpul untuk menanyakan kejelasan Arumi.

Siti sebenarnya sudah mengetahuinya dari Ramlan karena begitu ia mendengar kabar dari Nana, ia segera menghubungi kakangnya untuk meminta penjelasan. Hanya Nana, Nani dan Yuni yang hanya tahu sekilas.

“Kalau kedatangan kalian hanya ingin menanyakan perihal anak itu, aku tidak bisa menjawab banyak. Yang pasti, aku tidak menyesali keputusanku waktu itu. Jika aku mengulang kejadian itu, aku tetap akan memberikannya kepada orang lain.” Kata Emak.

“Tidak menyesal? Bagaimana bisa? Bagaimanapun, dia juga darah dagingmu, Mak!” kata Nani.

“Kalau kamu tahu alasannya, kamu tidak akan mengatakannya!”

“Apa alasannya? Katakan, agar kami semua tahu!” sergah Nana.

Emak menghela nafas dalam. Mungkin sebaiknya ia katakan sejujurnya dibandingkan hanya bersikap ambigu. Entah bagaimana tanggapan anak-anaknya, itu urusan mereka.

“Aku memberikannya kepada orang dan menerima uang dari mereka.”

“Itu sama saja Emak menjual anak Emak sendiri!” seru Siti yang sudah tidak tahan.

“Jaga ucapanmu!” bentak Nana yang tidak terima.

“Ya. Secara kasar aku memang menjualnya. Aku tidak menampiknya karena dengan uang yang aku dapat aku bisa memenuhi kebutuhan kalian saat itu. Aku bisa membiayai sekolah Nana dan Nani, membeli susu untuk Siti, membayar hutang dan sisanya bisa aku gunakan untuk modal dagang. Dari uang itu juga aku bisa membeli tanah ini dan membangun rumah sedikit demi sedikit dari hasil kerja bapak kalian dan keuntungan dagang.” Jelas Emak.

“Situasi saat itu sangat sulit. Kemarau Panjang, gagal panen, hutang dimana-mana. Uang itu bisa membantu keluarga kita keluar dari kesulitan. Itu juga alasan bapak kalian tidak bersikeras melarangku memberikannya kepada orang lain.” Imbuh Emak.

Nana, Nani dan Siti terdiam. Mereka secara tidak langsung turut andil menikmati hasil penjualan adik mereka. Apakah jika mereka tahu lebih awal, mereka akan mencegah Emak?

“Tetap sja dia kakakku dan anak kandungmu, Bu!” kata Yuni dengan polosnya.

Yuni yang masih berumur 11 tahun masih belum bisa menelaah apa yang dikatakan Emak. Kakak-kakaknya memaklumi dan tidak mengatakan apapun.

“Lalu kenapa kalau anak kandung? Jika dia hidup bersamaku, keberadaanmu belum tentu ada.”

“Mak!” sentak Siti yang merasa kata-kata emaknya keterlaluan.

“Apa yang aku katakana salah? Kalau anak itu masih bersama kita, hidup kita tetap akan sama, kekurangan. Dengan keadaan seperti itu, untuk apa melahirkan anak lagi?”

Emak benar-benar sudah menutup hatinya. Beliau menganggap Arumi benar-benar sudah mati dan tidak akan menyesali keputusannya. Siti berdiri.

“Terima kasih atas jasa Emak selama ini. Aku menghargainya dan tidak akan melupakannya. Tetapi aku tidak bisa menganggap adik kandungku yang nyatanya masih hidup sebagai adik yang yang sudah mati. Jika Emak tidak mau lagi berurusan dengannya, tidak masalah. Itu hak Emak. Tapi aku akan menemuinya dan memberikan apa yang menjadi haknya sebagai adik, sama seperti yang dilakukan Kang Lan. Kalian bagaimana?” tanya Siti melihat kedua kakaknya.

Nana dan Nani hanya diam. Siti menggelengkan kepalanya. Dari dulu, kedua kakaknya tidak bisa diharapkan. Ia pamit dan pulang ke rumah suaminya. Sementara Yuni masih bingung dan bertanya-tanya apa maksud perkataan Emak.

Seminggu kemudian.

Arumi dan Puji menyiapkan jamuan untuk menyambut keluarga Aksa. Ramlan dan Arifin mengeluarkan kursi dari ruang tamu dan menggelar karpet agar lebih leluasa menerima tamu.

Sementara itu, tetangga dekat Arumi yang diundang juga sudah bersiap mendatangi rumah Arumi. Sayangnya, Om Yanuar tidak bisa hadir di lamaran Arumi karena Nenek Ifah dilarikan ke rumah sakit.

Tepat pukul 9 pagi, 2 mobil berhenti di depan rumah Arumi. Ramlan dan Arifin bersiap menyambut mereka.

“Assalamu’alaikum…” salam Aksa dan rombongan.

“Wa’alaikumsalam…” jawab Ramlan dan beberapa orang serempak.

Ramlan dan Arifin menyalami rombongan dan mempersilahkan mereka masuk. Minuman dan makanan pembuka segera disajikan begitu tamu duduk lesehan di karpet.

Setelah perkenalan singkat, Ayah Aksa mengutarakan maksud kedatangan beliau dan rombongan kepada Ramlan dan Arifin selaku perwakilan dari Arumi.

Selama perbincangan orang tua, Aksa diam-diam mencari keberadaan Arumi. Mengapa gadis kecilnya tidak ikut menyambut? Kemana dia?

“Jangan bikin malu!” tegurIbu Aksa yang melihat tingkah anaknya.

Aksa meringis karena kepergok oleh sang ibu. Sebenarnya tidak hanya Ibu Aksa yang melihat gelagat Aksa, tetapi juga Puji yang segera masuk ke dalam dan mengadukannya kepada Arumi.

Arumi sengaja disembunyikan untuk menguji ketulusan rombongan Aksa. Mendengar aduan Puji, Arumi tersenyum sipu karena tetangga yang membantu di dapur menggodanya. Dalam hati ia berdoa meminta kepada Allah.

“Ya Allah… Ridhoilah niat kami hari ini, semoga Engkau lancarkan sampai pernikahan nanti. Aamiin…”

1
indy
syukurlah siti mau mencari arumi
Sunaryati
Setelah lamaran segera halali menurut agama dan negara, semoga niat Diti tulus seperti Ramlan
Sunaryati
Kehidupan sosial itu biasa Arumi ada yang suka dan ada yang tidak suka, apalagi jika iri, yang penting kita bisa membawa diri dan tidak melanggar norma
Sunaryati
Ayo Arumi tunggu apalagi, bukankah Aksa membebaskan kamu jika ingin kuliah, mungkin Aksa yang dikirim untuk menjemput bahagiamu Arumi
Sunaryati
Aku juga berharap Arumi berjodoh dengan Aksa dan segera menikah
indy
ayo Arumi, jawab dong...
indy
kasihan arumi. kok ada emak kayak gitu
Meymei: Ada kak 😊
total 1 replies
Sunaryati
Sabar, semangat Arumi, Bush kesabaran dan ikhlas menerima takdir biasanya hasilnya manis.
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Terima kasih Thoor semoga sehat dan selalu semangat menulis, yang kuharap up. Mudah-mudahan Arumi dan Sisa berjodoh dan membawa kebahagiaan keduanya, apalagi Arumi, yang sejak kelas 5 SD, seperti ART.
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Susanti
semangat arumi
Meymei: Iya kak (Arumi)
total 1 replies
indy
kasihan arumi, kayak bener bener dibuang keluarganya. semoga ramlan bisa membuat rumi punya keluarga yang sebenarnya
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Semakin menarik, kutunggu Thoor
Sunaryati
Arumi gadis kuat, sejak kelas 5 SD sudah bisa menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga dan merawat uminya dengan baik, aku percaya Arumi akan lapang dan ikhlas menerima takdirnya
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Arumi tunggu apalagi jemput bahagiamu bersama Aksa
Meymei: Sabar kak, nanti cepat tamatnya 😅
total 1 replies
Sunaryati
Semoga hari dan kehidupanmu semakin baik Arumi, dan berjodoh pada orang yang bisa membahagiakan kamu
indy
ditunggu kakak...
Meymei: Siap kak😁
total 1 replies
Susanti
berasa kurang
Susanti: lanjut
Meymei: Kurang apa kak?
total 2 replies
indy
lanjut Arumi...
Sunaryati
Semoga Ramlan benar menunggu dan menerima Arumi dengan sepenuh hati
indy
Ramlan kakaknya Arumi ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!