Silvya karena kematian saudara kembarnya memutuskan bergabung dalam organisasi mafia saat berumur 17 tahun. kemampuannya dalam ilmu beladiri menjadikannya Ratu Mafia yang disegani. Ia tidak segan-segan menghabisi musuhnya saat itu juga.
karena sebuah penghianat dalam organisasinya menyebabkan dia mengalami kecelakaan tragis yang hampir meregang nyawanya.
Dokter Dika, niatnya menolong malah harus menikahi orang yang ditolongnya karena digrebek warga.
Bagaimana Silvya membongkar penghianatan dalam Wild Eagle dan menemukan dalang dibalik kematian saudaranya?
Bagaimana pernikahan Dokter Dika dan Silvya akan berjalan dan bagaimana reaksi dokter yang terkenal dingin itu saat mengetahui wanita yang dinikahinya itu adalah Ratu Mafia yang disegani?
Ikuti kisahnya, bukan plagiat jika ada kesamaan nama tokoh itu bukan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. Drama Supermarket
Sarapan yang berjalan mulus tanpa adanya drama lagi, kini Dika dan Silvya sudah berada di supermarket. (Jika ada yang bertanya mengapa pagi pagi sudah buka supermarketnya , ini time nya sekitar jam 10 ya gengs heheheh).
"Mas… kita mau beli apa aja?"
"Terserah kamu, kan kamu yang biasa di rumah jadi kamu lebih tau apa yang dibutuhkan."
"Oke siap."
"Tunggu, kenapa kamu merubah panggilanmu?"
"Oh, itu, ehmm nggak pa pa sih. Kan lagian juga kamu lebih tua dari pada aku. Jadi ya untuk menghormati kamu juga."
"Ooh oke."
Silvya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sungguh alasan yang lucu menurutnya. Tapi dia acuh dan mengambil troli belanjaan. Saat hendak mendorongnya Dika sudah mengambil alih terlebih dahulu troli tersebut.
"Aku yang akan dorong, kamu ambil saja yang dibutuhkan."
"Oke mas."
Silvya bergerak dengan antusias. Ia begitu menikmati hari belanjanya itu. Dia melompat kesana kemari untuk mengambil keperluan sehari hari. Gula, susu, sabun, shampo, bahan makanan, dan lain lain.
Dika sangat menikmati polah Silvya yang menurutnya begitu lucu itu.
"Eh Vya, ini kok ada kopi?"
"Oh iya mas, aku yang pengen."
"Jangan sering sering minum kopi nggak bagus."
"Iya mas dokter bawel, cuma sesekali kok. Kalau lagi mau begadang aja."
Dika mengangguk, ia tersenyum simpul. Entah mengapa setiap Silvya memanggilnya mas seperti ada bunga bunga bermekaran di dadanya.
Interaksi keduanya tampak begitu manis hingga membuat beberapa orang berbisik-bisik.
"Eh itu gadis cupu beruntung banget ya punya cowo ganteng."
"He eh. Pake pelet apa coba dia bisa dapetin cowo kayak gitu."
"Iya ya.."
"Eh kok cowoknya mau ya sama modelan cewe kayak gitu."
Silvya sangat geram mendengar ucapan mereka. Rasanya ia ingin sekali melayangkan bogem mentah sekarang juga namun kemudian ia menetralkan emosinya. Toh dandanan seperti ini juga dia yang mau, jadi dia harus bisa sabar demi mencapai tujuannya.
Dika yang melihat Silvya sangat kesal tiba tiba mengusap kepala gadis itu.
"Jangan kesal, aku yang lebih tau bagaimana cantiknya istriku."
Bluuuush….
Pipi Silvya merona layaknya tomat yang tengah masak. Jantungnya kembali berdegup dengan kencang. Dika selalu bisa membuat Silvya merasa memiliki kelainan jantung.
"Ya Tuhan, pipiku terasa panas. Dan kenapa jantungku bunyinya terdengar, jangan jangan penyakit jantung bawaan Zion berpindah padaku sekarang."
Sedangkan Dika yang sukses membuat Silvya salah tingkah sendiri tengah berlalu menuju tempat buah.
Huh dasar dokter kulkas. Dia meninggalkanku disini sendiri. Eh… siapa wanita cantik itu.
Silvya melihat Dika dengan seorang wanita di sana. Dari penglihatan Silvya, ia bisa mengetahui kalau mereka berdua saling kenal. Tapi ekspresi Dika yang datar dna dingin tidak berubah padahal wanita cantik itu selalu tersenyum kepadanya.
"Ooh dokter Dika sedang belanja juga ya."
"Iya."
"Dokter Dika belanja sendirian pasti ya?"
"Tidak, saya berdua."
"Apa???"
"Maaf dokter Tania, ada apa ya."
"Tidak.. Tidak ada apa-apa."
Wanita cantik yang dilihat Silvya tadi adalah dokter Tania. Ia merupakan rekan dokter di RS Mitra Harapan tempat Dika bekerja.
Silvya berjalan mendekat ke arah Dika dan meletakkan beberapa tisu yang tadi dia ambil.
"Sayang… kamu mau buah apa."
Glek… Silvia kesusahan menelan saliva nya sendiri saat Dika memanggilnya sayang di tempat umum. Entah apa yang senang Dika rencanakan Silvya hanya bisa mengikuti permainan Dika.
"Apa saja, aku suka semuanya. Apa lagi mangga muda."
Duaar…..
Bagai mendengar sebuah meriam tepat ditelinga nya, Tania begitu terkejut saat Dika orang yang begitu dipujanya memanggil sayang kepada seorang wanita cupu disebelahnya. Dan wanita cupu tadi bilang menyukai mangga muda, sungguh membuat otak Tania menjadi berpikir keras.
Sayang, mangga muda. Apa dia istri Dika, terus saat ini sedang hamil… Arghhh apa ini. Mengapa begini, Tania bergumam sangat pelan.
"Oh… maaf sayang kenalkan ini dokter Tania rekan kerja ku di rs."
"Halo dokter Tania salam kenal."
Silvya mengulurkan tangannya dan dengan ragu Tania menerima uluran tangan Silvya.
"Saya Tania. Maaf dokter Dika sepertinya saya ada keperluan lain. Saya permisi dulu."
Tania pun segera pergi dari tempat Dika dan Silvya berdiri. Dan kini Silvya tahu alasannya Dika memanggilnya sayang, yakni untuk mengusir Tania. Entah mengapa Silvya sedikit kecewa akan hal itu.
"Kenapa manyun lagi?"
"Kamu memakai ku sebagai tameng terhadap wanita itu kan?"
"Kapan?"
"Tadi, saat memanggilku sayang. Pantas saja tiba tiba memanggilku sayang ternyata buat ngusir itu nyamuk."
"Hahaha, pertama tidak ada larangan memanggilmu dengan sebutan sayang karena kau istriku meskipun belum resmi secara negara. Kedua aku memang tidak suka kepada Tania karena dia selalu mengejar ku dan dengan adanya kamu aku harap dia tidak mengejar ku lagi karena aku sudah jadi milikmu."
Deg…
Jantung Silvya berdetak dengan kencangnya mendengar pernyataan Dika. Bahkan sekarang wajah Dika hanya sekitar sejengkal dari wajah Silvya membuat wajah gadis itu bersemu merah. Silvya pun segera memalingkan wajahnya.
"Ya ya ya terserah kau."
Dika terkekeh geli melihat Silvya yang salah tingkah, dan Silvya semakin malu melihat Dika yang menertawakannya.
"Jangan meledekku."
"Jangan cemberut atau aku cium kamu disini juga."
Silvya kembali menarik bibir manyunnya ke mode normal, oh astaga dari mana dokter kulkas ini belajar ngegombal. Kenapa dokter kulkas ini mencair menjadi dokter mesum yang dikit dikit mengancam akan mencium ku. Huh…aku harus hati hati padanya. Tapi mengapa aku senang saat dia mengatakan bahwa dia adalah milikku… aaaah… Silvya ayo jangan jatuh hati dulu banyak yang mesti diselesaikan.
🍀🍀🍀
Di markas Wild Eagle Black benar benar beraksi. Sedikit demi sedikit ia mulai menjual apa saja yang ada di gudang persediaan Wild Eagle. Dengan mata berbinar ia melihat betapa banyaknya senjata, heroin, kokain, dan ganja.
Black sudah memiliki pembeli dan tentu saja bukan dari pelanggan Wild Eagle. Black mencari pelanggannya sendiri setahun belakangan ini.
"Bagus… siapkan semuanya sekarang juga. Malam ini kita harus segera mengirimnya ke Trufle. Mereka dengan senang hati akan menjemput kita di perbatasan."
"Apakah akan aman Black?" Tanya seorang anak buah.
"Tentu saja, aku sudah memastikan sendiri. Para pengekor Q itu tidak akan bisa menemukan kita."
"Lalu bagaimana dengan Tiger Fang?"
"Tidak usah memikirkan macan ompong itu. Si tua Albern bukanlah tandinganku dna anaknya Darrius dia sebenarnya sama sekali tidak tertarik dengan dunia bawah. Jadi jangan risaukan mereka."
"Baiklah Black, kami percaya padamu."
Bagus… beberapa anak buah mu sudah berada di tanganku Q. Tinggal para anjing anjing setiamu itu. Cuih… Aku sungguh muak dengan mereka yang begitu patuh padamu. Tenang lah baby kau akan menjadi milikku nanti, batin Black.
Ian yang berada di perusahaan terus mengawasi setiap gerak gerik cctv di markas Wild Eagle. Namun semua terlihat normal tidak ada pergerakan yang berarti hingga ia menemukan sesuatu yang janggal.
Ian memang diberi akses oleh Q untuk memantau cctv yang sudah diretas oleh Mr. Sun agar Silvya bisa membagi tugas dengan Ian untuk pengawasan markas.
"Wait… ini ada yang aneh. Bukannya ini adalah tampilan cctv sejam yang lalu. Bangsatttt mereka menyabotase cctv nya. Sepertinya mereka sadar tengah diawasi. Kau harus segera menghubungi Q."
Kriiing….. Kring…..
Silvya yang tengah mengantri di kasir mendapat panggilan telepon, ia melihat sejenak ternyata dari Ian.
"Ian, pasti ada yang penting." Gumam Silvya pelan.
"Ada apa?"
"Mas bisakah kamu mengantri sendiri, aku ingin ke toilet."
"Bisa… gih buruan."
"Makasih mas…."
Silvya berlari menjauh dari Dika lalu langsung mengangkat panggilan Ian.
"What happened?"
"Q, aku menemukan sesuatu yang janggal dengan cctv markas. Tampaknya mereka tahu kalau kita meretasnya. Coba kamu cek."
"Oke… aku matikan dulu teleponnya.'
" Oke"
Silvya memasuki salah satu toliet dan mengunci pintunya. Ia duduk di closet lalu membuka ponselnya yang menyambung pada cctv wild Eagle. Dan benar saja apa yang dikatakan Ian, cctv nya sudah disabotase agar orang yang memantau terkecoh.
"Bangsat…. Sialaaan…. Brengseeek… ternyata dia lebih cerdik dari pada dugaanku. Baiklah kalau kau ingin bermain-main aku tidak akan sungkan."
Silvya kembali menghubungi Ian. " Ian, kumpulkan mereka. Aku akan datang ke tempat persembunyian."
Mata ian berbinar mendengar ucapan Silvya. "Baik Q siap laksanakan."
"Kali ini aku tidak akan membiarkannya lolos."
Silvya bergumam di dalam toilet tanpa sadar ia menghabiskan beberapa waktu di sana.
"Shit… aku lupa. Ini sudah lebih dari 10 menit dokter mesum itu pasti mencari ku. Oh iya mengenai dokter mesum itu.. Bagaimana aku harus meminta izin keluar padanya… arghhh….!!!"
TBC