NovelToon NovelToon
Kamu Yang Aku Mau

Kamu Yang Aku Mau

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:108.9k
Nilai: 5
Nama Author: Taufan kamilah

Harap bijak memilih bacaan banyak ****** ****** dan kekerasan.

jangan lupa tinggalkan jejak like, komen, hadiah, dan vote supaya lebih semangat.

Bercerita Bhumi Mahadewa Mahendra, guru yang didesak menikah oleh ibunya katena ia khawatir putra kebanggannya memiliki penyimpangan orientasi seksual karena di usianya Yang ke 29 tahun Bhumi tidak pernah memiliki kekasih, padahal dinginnya sikap Bhumi karena kisah masa lalu keluarganya.

Disisi lain Shavara Nasution yang dikhianati Tunangannya setelah empat tahun berhubungan enggan memiliki kembali kekasih karena menurutnya cinta itu bullshit yang ada hanya nafsu birahi yang dipaksa Ibunya mencari pengganti mantannya alih-alih mendekam menangis mantannya yang jahanam itu.

Dua pribadi yang berbeda dengan luka masing-masing namun sikap yang apa adanya tanpa mereka sadari mereka saling menyembuhkan.

cover by pinteres

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taufan kamilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

maaf lama up-nya karena gagal pengajuan kontrak yang menurutku yang alasannya mengharuskan aku revisi, tapi ini udah 20bab lumayan banyak, itu cukup buat drop, hilang mood, intinya buyar semuanya.

tapi karen masih ada yang minat baca jadi aku sekarang konsen ke kalian yang masih setia baca cerita aku...

makasih buat kak Nanik, kak Yessy...dan yang lain...jangan lupa buat komen, like, hadiah, share juga ya... dan yang lain...

InsyaAllah untuk selanjutnya pasangan Bhumi dan Shavara akan menemani kita semua..

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Mereka berdua memandang lama kedua insan yang tertidur nyenyak di atas ranjang king size dimana Bhumi memeluk Shavara dari belakanganya.

" Gak seru banget, Lo lihat betapa lempengnya teman Lo ini, dasar cupu. Kalau gue di posisi dia ni ranjang udah berantakan, udah gue embat cewek secantik adik Lo itu." Cibir Erlangga 

Wisnu sedikit terganggu dengan ucapan Erlangga dan situasi ini, maka dia membangunkan Bhumi pelan.

" Woy, bangun." Tepuknya di kaki Bhumi.

Bhumi terbangun, langsung duduk karena kaget melihat kedua sahabatnya, dia melihat ke Shavara yang masih terpejam nyenyak.

" Jangan khawatir, dia mah kalau udah tidur, kebo." Seru Wisnu.

" Cepetan cuci muka, gue nunggu Lo di ruang tamu." Lanjut Wisnu.

Wisnu menarik kerah jaket Erlangga yang menatap lekat Shavara untuk mengikutinya keluar dari kamar.

" Adit yang kirim video ini, dia dapet dari groupnya." Ucap Wisnu menjawab pertanyaan Bhumi setelah menonton videonya yang marah di angkringan.

" Lo kemari hanya untuk ini?"  Tanya Bhumi."

" Gak, apa Lo gak mau ngomong sesuatu tentang ini?"

Wisnu mengganti dengan video lain," untuk satunya." 

Wisnu memutar video dimana Aditya menjadi peran utama, Bhumi terkejut melihat potongan video yang provokatif tersebut.

" Adit sedang menjadi perbincangan masyarakat udah dua kali dia melakukan hal yang tidak patut, saat ini dia jadi ikon remaja gak ada akhlak."

" Kenapa ini bisa tersebar?, Kejadiannya di ruang kepala sekolah dan tertutup." ucap Bhumi bingung.

" Gue dapet video dari nyokap yang beliau dapat dari group gibahnya. Lo lihat betapa cepatnya media maya bergerak." Ucap wisnu tenang.

" Apa nyokap Lo memarahi Adit?" Bhumi mengkhawatirkan muridnya itu 

" Gak, setelah Adit menjelaskan."

" Apa yang bakal nyokap Lo lakukan?" Erlangga yakin ibu satu itu tidak akan tinggal diam.

" Pagi ini mau ke sekolah."

" Apa?" Bhumi dan Erlangga berteriak kaget.

" Lo tahu siapa penyebarnya?" Tanya Bhumi.

" Si Arleta ternyata itu sepupunya Aryo, nyokap berpikir ini cara mereka membalas tindakan Adit yang sudah memukul Aryo setelah nyokap mengancam mereka akan menuntut balik kalau Aryo berani menuntut Adit."

" APA?" lagi,  Bhumi dan Erlangga twrjaget.

" Gak asik banget cara balesnya." Cibir Erlangga.

" Adit udah cerita lengkapnya, gue pingin dengar versi Lo, Bhum."

Bhumi mengangguk, dia pun tanpa beban menceritakan dari awal dia masuk ke ruang kerjanya sedikit mengulas waktu yang lalu hingga sampai ke ruang kepala sekolah.

" Anjir, Lo disuguhi tubuh gretongan malah nolak." Omel Erlangga yang mendapat tatapan sengit dari Wisnu dan Bhumi.

" Hehehehe, peace, man. Santai." Ujar Erlangga nyengir dengan tangan membentuk V.

" Ambil aja kalau Lo doyan." Ucap Bhumi.

" Gue bungkus, jangan nyesel."

" Gak akan pernah."

" Jadi ini bukan yang pertama kali?" Tanya Wisnu melerai keduanya 

" Bukan, dari kelas sepuluh dia udah ngejar gue, gue gak pernah anggap serius, tapi mulai kelas sebelas tingkahnya mulai meresahkan, dan gue mulai ngehindar dan menolak dia terang-terangan. Kelas 12 ini kelakuannya makin menjadi."

" Gigih juga dia. Tapi ini sudah melebar jauh." Celetuk Erlangga.

" Gue bersedia menuntut dia atas dasar pelecehan dan yang lain kalau dia rese." Ucap Bhumi.

" Gue cuma khawatir Vara tahu, gimana kalau masalah ini mengganggu kedekatan kalian?" Tanya Wisnu.

" Tunggu..tunggu...gue baru engeh, ada banyak hal yang gue lewati. Otak cerdas gue baru loading...." Kedua sahabat itu menatap malas Erlangga yang heboh sendiri.

" Sejak kapan Lo sama adiknya Wisnu dekat? Waktu gue sama Adnan jodohin Lo, Lo nolak, tapi sekarang...HaHAHAHAHHAHA...kemakan omongan sendiri kan Lo, kemarin aja Lo bucinin perempuan yang patah hati itu, tapi sekarang Lo...."

" Dia orangnya." Potong Bhumi malas.

" Hah? Erlangga bengong.

Erlangga yang duduk di lantai memperbaiki posisi duduknya dengan tegak, dan mengesot mendekati Bhumi yang duduk di sofa." Maksud Lo, cewek yang Lo gilai itu Shavara, adiknya Wisnu?" Erlangga melihat Bhumi bak investigator.

Bhumi mengangguk pelan." Oh my God." Pekik Erlangga sungguh berlebihan.

Wisnu memutar bola matanya malas melihat Reaksi heboh dari Erlangga, ia mengambil satu burger dari meja.

" Ini sih gue yakin jodoh." 

" Ammiiinnn." Bhumi dan Wisnu membathin berbarengan.

" Jadi, gimana solusi untuk semuanya?" tanya Bhumi.

" Menurut gue, ikuti aja maunya nyokap. Lo harus mempersiapkan diri untuk situasi yang paling memalukan dan mepojokkan." Wisnu menepuk pundak Bhumi.

" Kenapa gue ngerasa horor ya?" Bhumi mengusap tengkuknya.

" Lo berurusan dengan ibu Fena Nasution, istrinya pak Angga nasution. pria yang bucin abis sam istrinya." tutur Erlangga disela suapan memakan ayam dan nasinya.

Ketiganya lantas memakan bawaan Wisnu sambil mengobrol.

" Kalian sedang apa?" Mereka menoleh pada suara serak Shavara yang berdiri di samping pintu dengan Hoodie dan training kebesaran.

" Aa..."ucapan kaget itu mengundang Mereka menikmati sekaligus prihatin dengan perubahan ekspresi shavara yang terkejut namun sedetik kemudian panik lalu berlanjut ketakutan. Mereka memastikan rasa kantuk Shavara telah hilang melihat dari bulatan matanya yang membesar.

Padahal Wisnu tidak melakukan apapun selain memandangnya seperti Bhumi dan Erlangga.

" Pagi, cantik." Sapa Erlangga dengan senyumannya yang paling memukau.

Bhumi yang tidak suka mode tebar pesona Erlangga menendang bahunya hingga dia terjengkang ke samping.

" Aduuu...Duudu.... atit Bhumi." Erlangga mengaduh sok imut.

" Gue tidur dulu." Wisnu beranjak lalu mengajak Shavara masuk kedalam kamar. Bhumi yang melihat itu lantas cepat bergerak beranjak ke kamar.

Saat pintu kamar hendak ditutup, tangan Bhumi menahannya." Mau tidur dimana?"

" Gak lihat? Di sinilah."

" Bareng Shava?"

" Hmm. Kamar sebelah berantakan."

" Bisa gue rapihin." Jawab cepat Bhumi."

" Lo keberatan gue tidur di kamar Lo?" 

" Bukan keberatan, tapi Lo sama Shava..."

" Dia adik gue, Lo pikir gue mau apain dia?"

" Hah? Oohhh...adik ya.. Kenapa gue lupa.." gumam Bhumi.

" Gak jelas."

Blam...

 Bhumi terlonjak saat pintu itu ditutup sedikit kencang tepat depan wajahnya.

" Slow, man. Tahan...dia kakaknya, dan Lo belum jadi suaminya dilarang posesif." Ujar Erlangga meledek.

Bhumi yang malas meladeni Erlangga yang pastinya akan semakin jadi memilih pergi ke dapur mempersiapkan sarapan yang sebenarnya hanya membuat kopi buat dirinya dan Erlangga.

" Lo mau tidur atau gak?" Tanya Bhumi saat akan memasak air.

" Gak, gue lagi tidur chuantik waktu bang Wiwis bangunin gue." Jawab Erlangga yang sibuk dengan ponselnya.

" Lo nelpon siapa, sibuk amat."

" Kepo Lo."

Dan setelahnya tidak ada perbincangan diantara keduanya, disela menyiapkan sarapan sesekali pandangan Bhumi mengarah ke pintu coklat yang tertutup rapat tidak dipungkiri ia khawatir Shavara ditanyai macam-macam oleh Wisnu.

Di dalam kamar, sambil menunggu Wisnu membersihkan diri, Shavara Duduk ditepi ranjang dengan gelisah. Ia memainkan ujung Hoodie-nya.

Cklek....

Shavara langsung berdiri menghadap Wisnu saat pintu kamar mandi terbuka.

" A..." Shavara memanggil ragu.

Wisnu meneliti raut Shavara yang gelisah secara seksama, " kenapa?"

" Hah?" Shavara terbengong.

" Kamu kenapa?"

" Aa gak ada yang mau ditanyakan sama aku? Aa gak marah sama aku?" Tanya Shavara cepat karena risau.

Untuk waktu yang lama Wisnu menatap Shavara.

" Apa kamu bisa bertahan di samping Bhumi?"

" Hah?"

Wisnu menghembuskan napas berat." Tadi malam kamu lihat dia marah kan? Mama udah cerita apa yang terjadi pada keluarganya dia mengalami hal berat, apa kamu bisa bertahan bersamanya dengan masa lalu beratnya?"

" Kak Bhumi sudah cerita sama aku." Wisnu sedikit terkejut.

" Dia mempercayaimu." ucap Wisnu mengingat betapa tertutupnya Sahabat satunya itu.

" Dan aku tidak berminat mengkhianatinya."

" Aa bukan meragukan kesetianmu, tapi mentalmu. Kamu yang terbiasa aman dan nyaman apa bisa menghadapi masalah seserius ini bersamanya, apa ini terlalu berat untukmu?,

" Dek, lelaki terlihat kuat dari luar karena harus, tapi kami sebenarnya tidak sekuat itu jika berkaitan dengan orang yang kami cintai. Kamu bisa lihat Adit, dia yang terbiasa cuek, dan jail pada akhirnya ngamuk juga sama Aryo saat dia tahu kamu dilecehkan olehnya."

" Aku pasti bisa mendampinginya. Aku pasti bisa dewasa bersamanya. Dia sudah banyak membantuku."

" Apa kamu bersamanya hanya karena balas budi atau kamu benar-benar menyukainya? Itu dua hal yang berbeda, jangan kecewakan dia." Shavara menggeleng cepat mendengar tuduhan itu.

" Aku berterima kasih iya, tapi tidak untuk menjadikannya pelampiasan atau balas budi. Hal itu tidak pernah terpikir sama adek." Ucap Shavara sewot.

" Dek, Aa pengen tanya ini dari kemarin persoalan yang menimpa padamu dengan Monika dan Aryo, mana yang paling berat?"

Shavara terlihat menimbang," Semuanya, karena adek menjalankannya dengan tulus kejadian ini cukup bikin syok sih, makanya kemarin adek ngurung diri di kamar itu berat banget, tapi berkat kalian adek bisa lapang hati."

" Aa harap kamu enggak pake acara traumaan ya, dek. Dikhianati dan dicampakkan oleh seseorang bukan berarti dunia hancur, kamu beristirahat sejenak menikmati rasa sakitnya selanjutnya kamu harus tetap melangkah karena diluar sana masih banyak manusia baik untuk orang baik kayak kamu, dan sekarang sudah terbukti bukan."

Shavara mengangguk," aku kehilangan Monika yang ku kira sahabat terbaikku, tapi kini aku mendapatkan lebih banyak dari Berliana dan yang lain."

" Jangan lupakan Bhumi sebagai pengganti Aryo." Goda Wisnu.

" Apa sih, gak jelas." Gerutu Shavara menyembunyikan kegugupannya.

" Ipi sih gik jilis." Ledek Wisnu.

" Terus bagaimana hubungan kamu sama Bhumi?" Wisnu sedikit penasaran sebenarnya.

Melihat Shavara yang panik, Wisnu tersenyum kecil, ia mendekati Shavara lalu mengecup keningnya.

Wisnu memegang kedua bahu Shavara, mentpa langsung matanya.

" Jangan lupakan dirimu adalah permata paling berharga bagi keluarga, bucin boleh tapi jangan bo-doh dengan menyerahkan kesucian kamu sebelum menikah. Kita orang timur terikat dengan norma, bukan untuk kamu sendiri tapi untuk papa dan mama, jaga harkat dan martabat mereka."

Shavara mengangguk," Adek janji gak akan melewati batas." Lalu sekali lagi Wisnu mengecup sayang keningnya.

" Baiklah, Aa pegang kata-kata kamu. Sekarang biarkan Aa tidur. Bangunkan Aa jam enam ya. Malam ini Aa belum tidur sama sekali mengurus soal kamu."

" Soal apa?"

" Besok kamu akan tahu." Wisnu langsung menutup mata setelah tubuhnya menempel kasur.

" Aa gak marah aku menginap di sini?" 

Wisnu membuka matanya menatap Shavara.

" Aa bisa mempercayaimu untuk menjaga diri kamu sendiri, kan?" Shavara mengangguk walau dengan ragu, dan Wisnu melihat keraguan itu.

" Dek, minta dia untuk menikahimu kalau kalian ragu bisa menjaga diri."

" Kami baru kenal, dan tidak sedekat itu untuk menikah."

" Menikah bukan karena kenal lama, tapi Karena kamu nyaman dan menerima dengannya dan itu bukan soal waktu."

" Ck, Aa tidurlah. Ngomongnya makin ngawur."  Shavara pergi membersihkan diri, dia akan membantu Bhumi menyiapkan sarapan.

Bhumi langsung menghampirinya begitu Shavara menutup pintu.

" Bagiamana?" Tanya Bhumi risau.

" Apa?"

" Apa Aa Wisnu memarahimu?"

" Enggak, Kenapa Aa Wisnu harus marah padaku?"

" Kenapa dia harus marah sama kalian berdua?

Keduanya terlonjak kaget, Erlangga melontarkan pertanyaan itu dengan berdiri di belakang Bhumi.

" Ngagetin Lo." Omel Bhumi.

" Apa kalian berdua melakukan sesuatu yang melewati batas? Ayo, cerita."

Bhumi mendorong kening Erlangga yang memepet di bahunya." Awas...kepo Lo kayak nenek-nenek komplek."

" Tahu bang Elang, kelamaan jomblo jadi julid."

" Belagu, mentang-mentang udah jadian."

" Apa sih sotoy. Siapa juga yang jadian."

" Lha belum?"

" Parah sih Lo, Bhum. Belum jadian tapi berani ngajak anak perawan orang nginep. Eh,..masih perawan kan ya?" Goda Erlangga.

" Bang Elaanggg...hmmpt." Bhumi menutup mulut cempreng Shavara, Erlangga tertawa puas menggoda gadis cantik ini.

" Elang, pergi. Hussh..jauh..jauh sana. Gue gibeg juga Lo."

" Cie..cie..Bhumi udah gede..udah berani bawa cewek..." Bukannya mereda godaan Erlangga makin jadi.

Melihat sikap Erlangga yang menyebalkan Shavara memberontak hendak memukul Erlangga yang langsung dicegah Bhumi dengan memeluk pinggangnya.

" Lepas, aku mau mukul dia, dia sedari dulu suka banget godain aku. Aku mau bikin dia kapok."

" Hahahhahahaha...." Erlangga tertawa puas, namun kakinya melangkah mundur menjauh karena tatapan tajam Bhumi.

" Sudah sayang, sudah. Suatu hari kita balas dia, tapi gak sekarang."

" Tapi..."

Bhumi mengangkat Shavara dalam pelukannya membawanya ke meja makan." Mending kita makan."

" Iya, mending kita makan. Butuh tenaga buat jadiin dia kue bantal." Mata Shavara melirik tajam Erlangga yang meleletkan lidah padanya.

" Ishh..nyebelin banget. Kenapa kamu bisa temenan sama orang yang nyebelin itu sih."

" Ujian hidup, sayang." Shavara terkikik mendengar jawaban ngawur itu.

^^^^^

Wajah Aditya ditekuk cukup dalam, pasalnya dia harus ikut bersama orang tuanya pergi ke sekolah di waktu yang lumayan masih lama ke jam masuk sekolah.

Aditya yang biasa mengebut menunggangi motornya kini duduk manis dalam mobil mewah ayahnya di samping sopirnya dengan kedua orang tuanya yang duduk berdampingan di bangku penumpang.

" Ma, kita berlebihan gak sih bawa mobil mercy ke sekolah."

 " Enggak tuh, kalau bisa sih yang lebih mahal dari ini, tapi kita gak punya. Ya terima saja yang ini." Jawab Fena masih sibuk menulis dia sebuah kertas di atas tas mahalnya.

 " Ck, bukan itu maksud Adit."

" Ini masih kepagian Lho, mam. Mama mau jadi satpam sekolah?"

" Mana ada, enggak ya. Kamu aja yang hidup tuh suka banget di waktu mepet. Udah ah diem. Mama lagi nulis."

" Nulis apa?"

" Tugas tambahan buat kamu."

 " Ma, gak usah macem-macem, ini aja Adit udah risih."

" Kamu malu sama mama? Mama mau bel kamu Loh ini, dek. Mama gak terima anak imut mama dijadiin seperti penjahat sama masyarakat." Ucap Fena mendramatisir.

" Bukan begitu, tapi ini..."

" Pa,..lihat anak kita malu sama mama, pa. Padahal dia berasal dari rahim mama. Mama mengandung dia selama sembilan bulan, menyusui..."

" Ma, bukan itu maksud Adit. ya tuhan, kenapa aku punya emak alay beginii...papa bantu Adit buat jelasin dong." Erang Aditya.

" Pa...hiks Adit.."

" Papa gak ikut-ikutan, papa gak punya bakat lebay kayak kalian." Jawaban Angga mendapat dengkusan dari istri dan anaknya.

" Kalau papa gak nikah sama mama pasti hidupnya membosankan." Gerutu Aditya yang sengaja suaranya dibesarkan agar didengar papanya.

" Itu kamu tahu, bayangkan kalau papa nikah sama perempuan yang sama kalemnya sama papa, anaknya bentukannya kayak Aa Wisnu semua betapa sunyinya dunia ini."

Aditya yang benar-benar membayangkan bergidik ngeri." Mending kita ya, ma." Ucap Aditya dengan kepala menoleh ke belakang.

" Heeh, hidup jadi warna warni."

" Tos, ma." Aditya mengangkat sebelah tangannya yang disambut tepukan dari Fena di telapak tangan Aditya.

" Urusan bully papa seperti biasa kalian akur kayak sahabat lengket."

" Iya dong, karena bully papa kesenangan mama.xixiixixxi." Fena terkikik lucu.

Angga, pria kalem yang bucin pada wanita bar-bar satu ini hanya tersenyum seraya mengelus sayang rambut Fena.

" Jangan uwuan di depan Adek, gak berprikeanakan banget." Omel Aditya.

" UPS, ada jomblo dari jaman embrio, ma." Ledek Angga dengan mimik kagetnya.

" Inikan karena mama yang larang Adek pacaran..." Rengek Aditya.

" Tumben kamu nurut? Biasanya mama kasih larangan kamu langgar." Seloroh papa.

" Uang jajan taruhannya." cicit Aditya.

" Lagian sok-sokan pacaran, uang jajan masih minta sama orangtua juga." Kali ini mama yang jawab.

" Tahu ah sebel sama kalian berdua."

" Papa gak larang adek pacaran."

" Tapi mama." Dumel Aditya.

" Mama gak larang adek pacaran, mama cuma bilang gak ikhlas uang mama buat jajanin anak orang. Emang pacar kamu gak dikasih uang sama orang tuanya sampai harus kamu yang jajanin anaknya."

" Ini maksudnya gimana ya, ma? Papa gak mudeng."

" Anak jaman sekarang kalau kencan tuh semuanya dibayarin lelakinya, pa. Mana makannya di mall kan mahal belum lagi beli ini-itu semuanya dibayarin cowoknya."

" Kok gitu?" 

" Kan laki, pa. masa jalan sama cewek gak mampu bayarin. Papa dulu gitu kan."

" Enggak, kita dulu makan di warung bakso, papa yang bayarin baksonya, mama yang bayar minumnya.Terus kalau yang dibeli kebutuhan mama ya mama bayar sendiri, papa cuma nganter atau nambahin doang kalau mama kurang. Terkadang juga kalau naik angkot mama yang bayar karena uang papa keburu habis nalangin makan mama. Mama kamu tuh paling males kalau istirahat ke kantin jadi papa yang beliin dulu."

" Gak bisa gitu pacaran sekarang mah, pa. Modal cinta dan baik aja gak cukup, pa." Ungkap mama.

" Anak SMA kalau bukan modal cinta dan kebaikan apalagi coba? Kan kalian belum bisa cari duit. Terlalu sih kalau kamu habisin duit yang kita kasih buat empanin anak orang. Mending kasih ke mama atau jajanin teteh kamu. syukur kalau berjodoh, kalau enggak, kamu rawat jodoh orang, ngenes gak tuh." Wejangan panjang papa yang jarang bicara membuat Aditya speechless.

" Gaya pacaran yang cuma menawarkan kesenangan itu yang bikin banyak rumah tangga gagal, sekarang akta cerai banyak berseliweran kayak bungkus kacang." Tambah mama.

" Camkan ini, Aditya. Kamu lelaki, kelak akan menjadi pemimpin keluarga, kasih gambaran hidup yang paling sederhana sama perempuan yang kamu suka. Kalau kamu mau belajar menyenangkan anak perempuan orang senangkan dulu ibu dan saudara perempuan mu, dengan sendirinya semesta akan mengirimkan tulang rusuk yang pas untukmu di dunia dan akhirat." Nasihat papa santai namun tegas.

" Amminnn..." Mama yang mengaminkannya.

" Baik, ma, pa." Jawab aditya pelan menyembunyikan suara paraunya yang menahan nangis karena haru.

Suasana mobilpun menjadi hening, sampai di ujung jalan masuk area sekolah Aditya terkejut dengan banyaknya orang yang berkumpul di depan sekolah.

" Ma, kok banyak orang."

Fena sedikit mencondongkan badan melihat ke depan." Syukur mereka sudah datang."

" Siapa mereka?"

" Wartawan."

" APA?"....

1
Arjuna Pratama Juna
author kemana ni ko gak ada kabar sama sekali
Nara Azka
kenapa lama ya up nya Thor...
Nanik Badriatul 'Aini
ini para mahasiswa tingkat akhir, mau maunya diatur atur anak SMA
Sinta Ariemartha
kira2 drama arleta kapan berakhirnya yaa
Nanik Badriatul 'Aini
shava.... shavaa...
kamu ngapain nyuruh Bhumi baik ma Arleta, klo lihat sikap baik Bhumi ke Leta bikin kamu bengek
Nara Azka
up nya kok lama amat thor.
Nanik Badriatul 'Aini
beneran 'sakit' si Leta. bu Fena panggilin psikiater, biar rumah tangga putrimu aman, damai
Dira Abyudaya
banyak typo gk nyambung jadi bacanya😁
Nanik Badriatul 'Aini
udah siena, bawa kakakmu berobat. jelas" dia 'sakit'. sama seperti Arleta
kasihan Arleta... jiwanya sakit karena perlakuan menyakitkan dari ke2 ortunya yg egois
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwk Anak sama emak sama2 GILAnya 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Sinta Ariemartha
bulet...bulet kayak tahu bulet
Ann,
sebenar nya ini favorit ku tapi vara makin késini makin gak masuk akal . jdi agak gimana gtu . sorry
Ida Harry
lama bangettt up nya thorrr
Nanik Badriatul 'Aini
benar sih ma... ngapain nangis" pe mata bengkak klo cuma sebentar dah baikan ( karena masalah sepele )
sava, biar g nangis diledekin mama, bsok lagi jangan mikir yg ngadi ngadi. malu kan... nangis kejer, tnyata salah sangka kamu aj
Nanik Badriatul 'Aini
sabar ya bhum.... sava itu trauma di khianati, jadi suka paranoid sendiri
sava, belajar mengungkap apa yg kau mau dg jelas. saat ini kamu g lagi berhadapan dg aryo. ingat va, bhumi beda dg aryo
Qaisaa Nazarudin
Sebelum menikah aja hubungan mereka udah kejauhan,,,Apalagi saat sekarang mereka sudah menikah..
Ann,
mangka nya var jan ngeyel lagi ..selalu vara terluka terus 😏
Anonymous
Suka dengan ceritanya,terasa jadi muda lagi saya bacanya,hehe lanjutkan
Sinta Ariemartha
thorr kira2 kapan sih aryo sm kinan bener2 jera gak ganggu babang Bhumi sm teh vara,
Ann,: sampe segini jauh nya si cuunguk gada kapok nya elah capek
total 1 replies
Nara Azka
pingin baca cerita tentang kisah cinta wisnu berliana dong thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!