Kedatangan teman lama yang tiba-tiba membuat Aruna sangat terkejut. Rasa iba Aruna terhadap teman lama nya membuka kesempatan hubungan antara suami dan teman lamanya.
Bagaimana kah kisah antara Aruna, suami, dan teman lamanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan Sentuhan
Pagi harinya, keluarga Aruna sarapan seperti biasanya bersama Ziva.
"Ah ya, Ziva. Kemarin bagaimana di sekolah Elona?" tanya Aruna membelah keheningan di meja makan.
"Menyenangkan, Aruna. Kalau ada kegiatan lagi di sekolah Elona dan kau butuh bantuan ku untuk mendampinginya, aku siap," jawab Ziva.
"Benarkah?"
"Tentu saja. Apalagi pentas seni yang di adakan kemarin sungguh bagus. Aku dan orang tua murid yang lain sangat terhibur."
"Sayangnya aku tidak bisa datang untuk mendampingi Elona."
"Tidak perlu di sesali, kau fokus saja pada pekerjaan mu."
Aruna menghembuskan napas, mendengar cerita Ziva ia jadi semangat untuk bekerja dan mengumpulkan banyak uang agar ekonomi nya cepat stabil dan ia bisa selalu ada untuk putrinya.
Aruna menoleh pada suaminya yang sedari tadi fokus makan.
"Ah ya, sayang. Kalau nanti ada kegiatan lagi di sekolah Elona dan kau tidak sibuk, kau ikut hadir, ya. Kasihan kan Elona," pinta Aruna.
"Iya, sayang."
"Iya, ayah. Nanti ayah dan bibi Ziva ikut hadir, ya," pinta Elona.
Abian mengulas senyum. "Iya, tapi kalau ayah tidak sibuk, ya."
"Iya, ayah."
Ziva bersorak senang dalam hatinya. Permintaan Aruna membukakan sebuah peluang besar untuknya.
Lagi-lagi Ziva mengusap dan menggesek-gesekkan kakinya pada kaki Abian. Pria itu menoleh dan Ziva membulatkan matanya sempurna, ia terkejut saat gesekan tersebut di balas oleh Abian. Pria itu juga memberi senyum kecil padanya sebelum akhirnya kembali fokus sarapan.
"Abian membalas sentuhan ku? Oh my god, itu artinya aku berhasil menarik perhatian nya," ujar Ziva dalam hati.
Setelah selesai sarapan, Abian dan Elona pergi, sementara Aruna masih di rumah lantaran kerja bagian siang. Ziva duduk di ruang televisi sementara Aruna pergi sebentar ke kamarnya. Tidak berapa lama, wanita itu kembali.
"Untukmu." Aruna memberikan sejumlah uang untuk Ziva.
"Untuk apa?" tanya Ziva.
"Ambilah, kau pasti membutuhkan nya."
"Tidak, Aruna. Kau simpan saja uangmu. Kau bekerja keras karena ekonomi keluargamu belum stabil. Kau sudah memberiku tumpangan tempat tinggal pun, aku sudah sangat berterima kasih padamu."
Aruna mengambil tangan Ziva dan menaruh uang tersebut pada telapak tangan wanita itu.
"Tidak usah sungkan. Ambilah, aku tahu kau membutuhkan nya."
"Terima kasih, Aruna. Kau baik sekali," ucap Ziva.
"Sama-sama, Ziva," balas Aruna.
Ziva menaruh uang tersebut di sebelah nya, lantaran ia memakai baju dress yang tidak memiliki saku.
"Maaf ya, Aruna. Aku selalu merepotkan mu. Bahkan aku belum tahu sampai kapan aku harus tinggal di sini," ucap Ziva mengiba.
"Tidak apa-apa, Ziva. Kau di sini saja. Aku senang karena Elona ada yang menjaga. Aku tidak lagi cemas jika kau yang menjaga Elona. Terima kasih sudah mau menjaga Elona, anggap saja uang yang aku berikan untukmu sebagai balasan karena kau kemarin mendampingi Elona ke sekolah."
"Tapi aku tetap saja tidak enak, Aruna. Aku janji, kalau sebulan ini Gavin tidak mencariku, aku akan pergi dari sini."
Aruna mengusap bahu Ziva. "Apapun keputusanmu, aku hargai. Yang terpenting kau bisa jaga diri setelah kau tidak lagi tinggal di sini bersamaku."
"Iya, Aruna," jawab Ziva.
Obrolan mereka pun terus berlanjut. Dari mulai mereka masih bersama-sama dulu sampai akhirnya mereka harus berpisah selama beberapa tahun.
_Bersambung_