Sequel Empty Love Syndrome
IG elis.kurniasih.5
Alexander Kenneth adalah CEO yang dikenal killer. Tidak ada yang bisa bertahan lama menjadi sekretarisnya, hingga dia meminta seorang wanita untuk menjadi sekretarisnya.
Bilqis Thalita wanita bar bar yang ceroboh dan kerap melakukan kesalahan, ternyata menarik perhatian Alex karena kemiripannya dengan mendiang istri.
"Dasar Bos Killer. Lihat saja, aku akan menaklukkanmu," janji Bilqis pada dirinya sendiri saat berdiri di depan cermin kamar mandi kantor.
Bagaimana Kisah Bilqis dan Alex selanjutnya? Akankah Bilqis mampu menaklukkan bos killer itu hingga ke dasar hatinya? Lalu bagaimana dengan phobia Bilqis yang tidak mau memiliki hubungan dengan pria?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemani Aurel
“Qis, mau ke mana?” tanya Laila saat melihat putrinya sudah memakai pakaian rapi dan menyelempangkan tasnya sore ini.
“Ke counter resmi appl*, Bu. Mau beli charger. Charger aku rusak,” jawab Bilqis yang selama dua hari ini memakai charger sang adik, walau saat ini sang adik sudah tidak lagi memakai ponsel bermerk itu.
“Oh.” Laila mengangguk dengan membulatkan bibirnya.
“Ibu mau ikut ga?” tanya Bilqis yang ingin mengajak Ibu nya.
Sejak bisa menghasilkan uang, Bilqis tidak pernah melupakan sang Ibu dan selalu mengajaknya jalan-jalan, karena cara membahagiakan Laila sangat mudah. Dengan membelikan baju atau perlengkapan sehari-hari untuk mengisi lemari es atau kamar mandi saja, wanita itu sudah sumringah.
“Ngga ah.” Laila menggeleng.
“Yah, padahal Bilqis mau beliin Ibu gamis baru. Kemarin Bilqis lihat di mall xxx, gamis warna hijaunya bagus,” jawab Bilqis, membuat Laila menegakkan posisi duduknya.
“Ibu mau.” Laila tampak antusias. Namun kembali murung. “Eh ga ajdi deh. Ibu lupa kalau jam lima nanti ada arisan RT.”
“Yah, sayang sekali,” sahut Bilqis santai sembari memakai sepatu snackers-nya.
“Besok ya, Qis. Besok Ibu ga ada arisan.”
“Teng Tong … penawaran hanya berlaku hari ini, maka besok akan hangus.”
Laila mendengus kesal. “Ck. Bilang aja kamu ga niat beliin gamis itu buat ibu.”
Bilqis menatap sang Ibu yang terlihat sendu. Ia pun menghampiri, pasalnya perkataannya tadi hanya candaan saja. “Iya, Ibuku sayang. Nanti Bilqis beliin. Uluh uluh … senyum dong.”
Sang Ibu pun merubah ekspresinya. Ia tersenyum dan melihat Bilqis sudah siap untuk pergi. “Hati-hati, jangan pulang malam!”
“Kalau pulang malam bawa cowok, boleh ga bu?” tanya Bilqis meledek sang ibu yang sangat ingin melihat anak gadisnya di-apeli.
Laila kembali memasang senyum, kali ini dengan senyum yang lebar. “Tentu boleh, lagi pula ini malam minggu. Biar si Asti tetangga sebelah ga comel nanyain kamu punya cowok apa ngga terus.”
Bilqis hanya menggelengkan kepalanya. Ia pun pamit dan menghiraukan keinginan sang Ibu, karena memang hingga saat ini ia tidak memiliki teman dekat pria. Kalau pun ada pria yang dekat, hanya bos killernya, pria yang sudah mengambil kesucian bibir Bilqis. Jika mengingat hal itu, Bilqis pun kembali kesal.
Di restoran FCC, Alex turun mengantarkan sang putri ke sebuah perayaan ulang tahun teman sekolahnya. Di sana, para mamah muda itu sudah melihat ke arah Alex. Rasanya, Alex ingin sekali kabur dan tidak ikut masuk ke sana.
Dret … Dret …Dret …
Ponsel Alex berbunyi dan menampilkan nama Bimo di sana. Ia pun mengangkat telepon itu dan melepaskan genggaman tangannya pada sang putri dengan berbincang sedikit menjauh. Aurel pun terdiam menunggu sang ayah menyelesaikan percakapannya melalui telepon itu. Di samping Aurel juga ada baby sitter yang menemani gadis kecil yang cantik dan lucu itu.
Setelah selesai bicara dengan asistennya, Alex kembali menghampiri sang putri dan berjongkok di depannya.
“Sayang, Daddy tidak bisa masuk ke dalam, tidak apa-apa kan?” tanyanya membuat Aurel cemberut.
“Tuh kan, pasti begitu. Daddy tidak pernah menempati janji.”
“Menepati, Sayang.” Alex tersenyum membenarkan perkataan putrinya yang lucu.
“Iya itu,” jawab Aurel yang lagi-lagi membuat Alex tersenyum.
“Daddy dan Om Bimo ada urusan, sebentar. Setelah selesai, Daddy akan menjemputmu lagi. oke!” Alex mengangkat tangannya untuk bertos ria pada sang putri. Namun telapak tangan yang sudah ada di udara itu tidak dibalas Aurel.
“Tidak oke! Aurel tidak ingin sendirian di sana,” jawab gadis kecil lucu itu.
“Tapi Daddy harus pergi sebentar, Sayang. Putri Daddy sangat pengertian. Oke!” Alex kembali membujuk sang putri dengan memasang wajah memelas.
“Baiklah.” Aurel terpaksa setuju dan membalas tangan sang ayah yang sudah ada di udara.
“Yes, itu baru putri Daddy. Terima kasih sayang.” Alex mengecup kening Aurel dan mengusap kepalanya, lalu kembali masuk ke mobil dan pergi.
Aurel berdiri memandang mobil sang ayah yang semakin lama semakin jauh.
“Non, Ayo kita masuk!” ucap Baby sitter itu.
“Tunggu, aku menunggu Daddy kembali.” Aurel masih melihat mobil sang ayah yang sudah tidak terlihat.
“Daddy hanya pergi sebentar, Non. Nanti ke sini lagi kok.”
Aurel tetap cemberut. Tapi tiba-tiba, wajahnya sumringah.
“Aunty,” teriaknya keras saat melihat Bilqis yang baru saja masuk ke area restoran itu dan hendak parkir.
“Hai, Aurel.” Bilqis langsung tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya.
“Tak Ada Daddy, Mommy pun jadi,” ucap Aurel yang senang karena adanya Bilqis di sana.
Aurel juga merasakan hal yang sama dengan Alex. Ia merasakan bahwa wajah Bilqis mirip dengan wajah Ibunya yang ada di foto kamar sang ayah, juga ada di foto pernikahan yang dipajang besar di ruang keluarga.
Di sana, Bilqis langsung memarkirkan mobil dan menghampiri Aurel yang menunggunya. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan anak kecil yang lucu itu lagi. padahal semula ia hanya ingin membeli es kopi float di sini.
“Aurel sendiri? Mana Daddy?” tanya Bilqis pada Aurel setelah mendekat.
“Daddy ditelepon Om Bimo, terus langsung pergi.”
Wajah Bilqis ikut sendu melihat kesedihan anak berusia lbih dari lima tahun itu. Lalu, Bilqis kembali ceria saat mendapati gaun sofia yang Aurel kenakan. Gaun ungu yang persis dengan gaun yang sering sofia kenakan di dalam kartun. Aurel juga menggunaka kalung bermata biru, sama seprti sofia yang ada di kartun.
“Hei, gaun mu seperti putri sofia.” Bilqis pun menyentuh kalung itu. “Kalungnya juga sama dengan putri sofia, persis sekali.”
Aurel tertawa sembari menutup mulutnya. “Hiya, tapi ini kalung imitasi.”
Bilqis ikut tertawa mendengar penuturan Aurel yang seperti orang dewasa. “Kenapa imitasi? Kan Daddy banyak uang. Bisa membelikan Aurel kalung yang asli.”
“Kata Daddy kalau dibelikan kalung asli, nanti ada penculik yang menginginkan Aurel.”
Bilqis pun tertawa dan mengangguk. “Ya benar.”
Kemudian, Bilqis mengajak Aurel ke dalam restoran. Namun, ia malah terkejut karena di sana Aurel langsung dikerubuni teman-temannya.
“Hai, kenalkan. Ini Mommy ku,” ucap Aurel pada teman-temannya membuat Bilqis syok.
“What?” tanya Bilqis bingung.
Ayah dan anak perempuannya itu memang sama. Mereka selalu mengaku-ngaku tanpa memberi tahu, sehingga Bilqis pun menjadi bingung.
Bilqsi terpaksa tertawa sembari mengangguk, membiarkan Aurel mengatakan status dirinya. Padahal dengan ayahnya saja mereka tidak memiliki hubungan apa pun kecuali partner kerja. Bilqis pun menarik nafasnya kasar. Apalagi pada wanita-wanita di sana yang memandangnya dari ujung kepala hingga kaki.
Mereka mencibir Bilqis yang tidak pantas dengan ayah Aurel.
Satu jam lebih, Bilqis menemani Aurel di sini. Anak kecil itu tampak senang dan gembira. Bilqis pun tidak tega mematahkan kegembiaraan itu. ia membiarkan Aurel dengan keinginannya yang memanggilnya Mommy, bukan lagi Aunty.
bolh take away g thor🤣🤣
g prnh tau salahnya mrasa g prnh punya salah