Ig : @emmashu90
Gara-gara salah masuk kamar, Zalfa terpaksa harus bertemu pria asing yang membuatnya kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Kejadian dadakan itu membuatnya batal nikah dan kemudian salah nikah. haduuh
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21.
Usai shalat subuh, Zalfa ke kamar mandi buang air kecil, masih dengan kaki pincang. Kemudian ia kembali ke sofa dan meraih ponsel. Satu-satunya yang ia hubungi adalah Faisal, ponselnya tetap tidak aktif. Ia kemudian berkemas, pagi ini ia akan pulang. Tadi perawat mengatakan kalau ia sudah diperbolehkan pulang. Ia melirik Atifa yang masih terlelap. Kakak iparnya itu tidak shalat, maklumlah wanita memang istimewa, ada masanya diperbolehkan tidak menjalankan shalat di masa haidh.
Sembari menunggu matahari benderang,Zalfa membaca Al Qur’an di aplikasi ponselnya. Satu jam kemudian, ia menyudahi mengaji dan melihat Atifa masih terlelap.
“Mbak, bangun! Pulang, yuk!”
“Nanti. Masih ngantuk.” Atifa tidak bergerak, matanya masih terpejam.
“Kamar ini mau diisi pasien lain.”
“Hmm.”
“Ya udah, lanjutin aja boboknya. Jangan kaget kalau pas bangun ngeliat laki-laki gede di samping Mbak. Aku pulang.” Zalfa terkikik setelah mengucapkan kata-kata itu.
Atifa tergagap kemudian menghambur bangun dan berlari ke kamar mandi untuk cuci muka.
Zalfa tersenyum saat membuka pintu dan menemukan Ismail di ambang pintu. Kakak laki-lakinya itu seperti baru saja hendak masuk.
“Aku udah mau pulang, Mas,” ucap Zalfa.
“Mbakmu mana?”
“Lagi ke kamar kecil.”
“Ini aku bawain makanan buat kalian. Sarapan dulu, ya. Baru kita kembali ke vila. Kalian pasti laper, kan belum sarapan.” Ismail melangkah masuk lalu meletakkan setentang kantong plastik berisi makanan ke meja.
Tiba-tiba Bu Fatima datang bersama Pak Ibrahim, mengejutkan Zalfa yang masih berdiri di ambang pintu. Zalfa terkejut karena lengan Bu Fatima yang menyenggol bahu Zalfa dengan kuat, bahkan kasar.
“Dasar wanita jalang! Murahan!” pekik Bu Fatima tanpa bisa mengendalikan emosinya.
Plak!
Tamparan itu mendarat di pipi mulus Zalfa.
Sontak Zalfa memegang pipinya yang memerah dalam hitungan sepersekian detik.
“Bu, tahan emosi! Jangan main tangan!” tegur pak Ibrahim sembari memegangi tangan istrinya agar tidak maju untuk ke dua kalinya. “Sopan sedikit!”
“Untuk apa aku bersikap sopan pada wanita rendahan ini?” Bu Fatima menatap tajam ke arah Zalfa. “Bisa-bisanya kau jual diri pada pria yang hidung belang, huh? Pantas saja pria itu menungguimu di rumah sakit ini, rupanya kau punya hubungan dengannya. Benar-benar ya, buah jatuh memang tidak akan jauh dari pohonnya. Sama seperti kau yang memiliki tabiat tidak jauh berbeda dengan ibumu. Sama-sama murahan.”
Zalfa terpukul dengan ucapan Bu Fatima, sangat tajam dan menusuk. “Apa maksud perkataan ibu?”
“Aku baru saja mendapat kabar kalau kau sudah tidur di hotel bersama pria itu. Ck ck ck… berapa harga tubuhmu untuk pria itu?”
“Bu, semua ini salah paham. Aku sama sekali nggak menjual diri. Aku juga sudah berniat untuk membicarakan masalah yang telah melukaiku ini dengan Faisal. Tapi belum sempat kuungkap, kejadiannya sudah seperti ini.” Zalfa membela diri.
“Oh ya? Lalu apa artinya kau lakukan hubungan badan dengan pria itu, hm?”
“Bu Fatima yang terhormat, jaga bicaramu! Adikku nggak sekotor dan sehina itu!” Ismail membela adiknya. “Kalaupun itu nyata terjadi, semua itu diluar kendali dan dilakukan atas kebejatan pria itu. Bukan kemauan adikku.”
“Masih saja kau bela wanita jalang ini?” bentak Bu Fatima pada Ismail.
Pernyataan itu menyulut emosi Ismail hingga ia maju dan hampir memukul Bu Fatima jika saja Zalfa terlambat menahan tangan Ismail yang sudah melayang di udara. Kakak mana yang tidak turut emosi saat adiknya dicela dengan kata-kata sekotor itu?
TBC
dia sdah tanggung jawab dg kesalah fahaman dan banyak berkorban ...ikuti nasehat Ismsil kakakmu