Mencintai jodoh sepupu sendiri?
Salahkah itu?
Berawal dari sebuah pertemuan yang tak di sengaja. Senja, gadis 22 tahun yang baru pulang dari luar negeri itu bertemu dengan sosok pria bernama Bumi yang menurutnya sangat dingin dan menyebalkan.
Semakin Senja tidak ingin melihat wajahnya, justru makin sering Senja bertemu dengannya.
Dari setiap pertemuan itulah muncul rasa yang tak biasa di hati keduanya.
Tapi sayangnya, ternyata Bumi adalah calon suami dari sepupu Senja, Nesya. Mereka terlibat perjodohan atas permintaan almarhum ibunda Bumi pada sahabatnya yang merupakan ibu dari Nesya.
Sanggupkah Bumi dan Nesya mempertahankan perjodohan itu?
Bagaimana nasib Senja yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Bumi? Mampukah ia mempertahankan hatinya untuk Bumi?
Baca terus kisah mereka, ya.
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Sebatas Rekan Bisnis
Nesya masih nunggu jawaban yang keluar dari mulut Senja. Kalau memang Senja berkilah dan mengatakan dia pulang sendiri dengan mobilnya, berarti dugaannya benar, pasti ada sesuatu yang Senja sembunyikan darinya.
Senja sendiri berusaha untuk tenang. Dia tak mau asal menjawab. Salah jawab, bisa mengundang kecurigaan. Apalagi tadi ibunya bilang Nesya datang ke rumahnya tak lama setelah dia pulang. Kemungkinan besar memang Nesya sudah melihatnya turun dari mobil Bumi.
“Tadi pagi Senja memang pergi dengan mobil sendiri, tapi pulangnya diantar seseorang. Mobil Senja mendadak mogok, harus diperbaiki di bengkel dulu, Ma,” jawab Senja dengan tenang.
“Siapa yang mengantarmu?” tanya Nesya dengan cepat.
Setelah menanyakan itu ia merasa menyesal, terlihat sekali kalau ia sedang menunggu jawaban itu keluar dari mulut Senja. Seharusnya dia bisa lebih menahan rasa keingin tahuannya itu.
“Maksudku, apa kau pulang dengan taksi? Seharusnya kau minta diantar sama supir kantor saja. Cukup berbahaya anak pengusaha sepertimu naik taksi biasa sendirian,” ralat Nesya dengan cepat.
“Iya, Sayang. Nesya benar. Seharusnya kau telfon Mama, kan ada supir keluarga kita yang bisa jemput. Kau juga sih, kebiasaan kemana-mana bawa mobil sendiri. Itu berbahaya bagimu, Sayang,” timpal ibunya.
“Mama tidak perlu khawatir, selama ini kan Senja baik-baik saja. Senja lebih senang bawa mobil sendiri,” kata Senja berusaha menenangkan ibunya.
“Jadi tadi siapa yang mengantarmu? Supir kantor?” tanya ibunya pula.
Syukurlah, Tante Lili mewakilkanku untuk bertanya tentang itu. Batin Nesya.
“Bukan, Ma. Senja diantar Tuan Muda Dirgantara,” jawab Senja dengan santai. Ia sengaja tak mau menyebut nama Bumi secara langsung agar terkesan mereka tidak akrab.
“Tuan Muda Dirgantara?” ulang ibunya.
Senja pun mengangguk.
“Bumi maksudmu? Yang calon Nesya itu kan? Atau adiknya si Dimas?” tanya ibunya yang tak puas dengan jawaban Senja.
“Tuan Bumi, Ma,” jawab Senja yang masih menggunakan embel-embel Tuan di depannya.
Senja mengakuinya? Batin Nesya.
“Kok bisa dia mengantarmu?” Liliana sepertinya belum puas juga dengan jawaban Senja. Matanya melirik sekilas ke arah Nesya. Memastikan kalau Nesya tidak sedang cemburu Senja diantar oleh calonnya.
“Siang tadi kan perusahaan Papa sama perusahaan Tuan Dirgantara ada meeting. Lalu Tuan Bumi hadir disana. Ternyata pas kembali ke perusahaannya, ada barang Tuan Bumi yang ketinggalan di ruang meeting. Jadi tadi sore dia datang mengambilnya. Trus mobil Senja mogok tak jauh dari kantor, dia menawarkan untuk mengantar Senja pulang,” jawab Senja setelah berhasil memikirkan apa alasan yang tepat untuk meyakinkan dua orang di depannya itu.
“Kalian terlibat kerjasama?” tanya Nesya.
“Sebenarnya Senja hanya mendampingi Papa saja dalam kerjasama kali ini. Tadi pertama kalinya Senja ikut meeting dengan Tuan Bumi dan asistennya, Jefri,” jawab Senja lagi.
“Oh, aku pikir kalian sudah sering bekerja sama,” ucap Nesya.
“Tidak. Senja tidak begitu mengenalnya. Lagipula kami hanya sebatas rekan bisnis saja.” Senja terpaksa berbohong kali ini.
Nesya tampak mengangguk puas dengan jawaban Nesya. Sepertinya memang benar tadi hanya sebuah kebetulan saja Bumi mengantar Senja.
“Kalau sama adiknya, bagaimana? Apa kalian saling mengenal?” tanya Liliana lagi. Senja sudah bisa menebak kemana arah pertanyaan ibunya ini.
Mulai deh, Mama. Pasti mau menjodohkanku lagi. Gerutu Senja dalam hati.
“Senja juga tidak mengenalnya,” jawab Senja.
“Dia sepertinya pria yang baik,” ucap Liliana.
“Iya, semua baik di mata Mama. Riko juga waktu itu Mama bilang baik, nyatanya malah sebaliknya,” bantah Senja.
“Tapi Tante Lili benar, Dimas itu baik lho. Aku mengenalnya,” kata Nesya.
“Tuh kan, kali ini feeling Mama tidak salah, Dimas memang baik. Kau sama Dimas saja, mau tidak?”
Senja tidak menjawab lagi. Dia hanya memutar bola matanya dengan jengah. Ibunya seperti tidak ada bosan-bosannya mau menjodohkan dirinya dengan seorang pria.
***
Hai semua 🤗
Yang merasa bingung, ini judul novelnya ganti, ya? Jawabannya ya, ini judul dan covernya memang diganti, ya.
Setelah melakukan beberapa pertimbangan, aku memutuskan untuk ganti judul.
Semoga semua masih suka membaca novel ini, ya.
Jangan lupa like setiap bab nya 🤗
Thank you 💙
saat Bebek panggang madu terhidang di hadapanku tp tak bisa kumakan krn perut terlanjur kenyang..
maka cepatlah bangun Senjanya Bumi.. krn Bumi mu begitu bersedi sama seperti yg ku rasakan saat merelakan Bebek panggang madu utk mereka.. 😭