Tita, gadis yang hanya hidup berdua dengan ibunya, karena bapaknya tidak mengakuinya. lebih tepatnya, bapak itu menikah lagi setelah ibunya mengandung dirinya. ditambah lagi banyak orang yang tidak menyukai sang ibu, yang hanya seorang wanita buruh tani diladang orang lain.
sampai akhirnya, tita yang saat itu sedang membantu ibunya membersihkan ladang sawah orang, tidak sengaja tersambar petir sehingga mengundang kehebohan. dan Untung saja dia tidak meninggal, tetapi satu hal yang berbeda dari dirinya. dia mendapatkan sedikit kemampuan, yaitu kemampuan meracik herbal-herbal yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian, dan juga untuk perikanan.
lalu bagaimana perjalanan tita setelah berhasil lolos dari maut itu ?
ikuti terus ya teman-teman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Tidak seperti biasanya
Lina pun tiba di kediaman kecil milik Ibu Susan dan putrinya.
"assalamualaikum Bu.."
"waalaikumsalam nak. astaghfirullahaladzim, kenapa lama sekali datang menjemput makan siangnya.. Kalian bertiga itu nggak merasa lapar apa..?" omel Ibu Susan kepada Lina. Lina yang mendengar omelan Ibu Susan tak mengambil hati justru dia malah memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Maaf Bu. kita keasikan melayani para pembeli dan menangkap ikan. terlalu asik makannya lupa. hehehe.."
Ibu Susan pun menggelengkan kepalanya. di sana bekal makan siang mereka sudah disusun dengan rapi oleh Ibu Susan. walaupun tempatnya itu masih di dalam kotak besar yang sudah terlihat lusuh. namun Ibu Susan juga tak lupa menyelipkan kertas nasi di sana.
"ya sudah.. Jangan begitu lagi ya. ini." ucap Ibu Susan sambil menyerahkan bekal yang sudah disiapkannya.
Lina yang mendengar penuturan itu langsung menyambutnya. dia menyimpan makanan itu ke dalam keranjang sepeda tersebut. dan kemudian berpamitan kepada Ibu Susan. karena Ibu Susan juga mendesak agar Lina pergi dengan cepat, biar mereka bisa makan siang bersama-sama.
***
sesaat setelah kepergian Lina, Ibu Susan baru saja ingin kembali ke dalam karena ingin melihat tanah yang ada di belakang rumah. dan dia berencana lewat pintu belakang saja. namun hal yang tak biasa pun terjadi.
dia melihat kedatangan Ibu Rukmi, dan juga Dewi di sana. hal yang tentu saja tidak pernah terjadi sebelumnya. Ibu Rukmi dan Dewi sama sekali tidak peduli dengan kehidupan Ibu Susan. apalagi Surya, mantan suami Ibu Susan.
"sudah hidup enak sekarang ya? sudah punya usaha berjualan ikan. boleh dong, Aku mau minta ikan di rumah kamu." ucap Ibu Rukmi. Ibu Susan tersenyum simpul dan apa adanya.
"boleh bu. kebetulan Masih ada sisa ikan yang saya buatkan untuk makan siang anak-anak."
Ibu Rukmi yang mendengar penuturan itu langsung berdecak.
"cih!! sok baik banget ya. nggak usah deh makasih.! saya cuma ingin ngetes aja. biasanya, orang yang sudah memiliki itu tidak akan kenal dengan daratan." ucap Ibu Rukmi dengan gaya sombongnya. Ibu Susan yang memang terlampau polos mendengar penuturan itu hanya bisa melongong dan terbangong-bengong.
"maksud Ibu gimana ya? kok saya nggak paham." jawabnya apa adanya.
"hallah!! nggak usah bersikap polos seperti itu-lah.!! saya tahu, kalau sebenarnya kamu sangat membenci saya. apalagi surya yang sudah meninggalkanmu itu adalah anak saya. sudah pasti kamu memiliki dendam di dalam hati."ucap Ibu Rukmi lagi. Ibu Susan yang mendengar penuturan itu menggelengkan kepalanya sambil bersikap sabar.
"astaghfirullahaladzim Bu.. mohon maaf ya Bu, hidup saya susah. dan saya hanya fokus memikirkan bagaimana bisa menghasilkan uang dan juga makanan untuk bertahan hidup. saya nggak punya waktu untuk memikirkan dendam kepada anak ibu. saya sudah ikhlas apabila Mas Surya memang tidak berjodoh dengan saya." jawab Ibu Susan. namun Ibu Rukmi tidak mempedulikannya.
"saya tahu, anak kamu, tita itu sangat menginginkan kasih Sayang ayahnya kan ? apalagi dari kecil sampai sekarang, Tita tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. saya bisa memberikannya untukmu, dan saya juga bisa memberikannya untuk anakmu. saya bisa mengatakannya kepada Surya untuk memberikan kalian perhatian. namun saya tentu saja memiliki syarat yang harus kamu penuhi."
Ibu Susan yang mendengar penuturan itu mengerutkan keningnya. jujur saja, dia tidak mengerti dengan maksud tujuan Ibu Rukmi.
siapa juga yang menginginkan perhatian dari mantan suaminya itu. sungguh, dia sudah tidak lagi mementingkan hal itu. yang dia pentingkan sekarang adalah, bagaimana dirinya bisa membahagiakan anaknya dan perlahan memperbaiki kehidupan mereka.
"maksud ibu apa.? saya kok tidak mengerti ya Bu." ucap Ibu Susan. Ibu Rumi kembali berlaga.
"kamu nggak usah pura-pura nggak tahu. Saya tahu kamu pasti merindukan belaian seorang laki-laki kan ? saya bisa menyuruh Surya untuk bisa bersama kamu kembali, tapi sepeda milik putrimu harus kamu berikan kepada cucu saya Mira, dan juga uang penghasilan dari penjualan ikan harus kalian berikan kepada saya." ucap Ibu Rukmi tanpa rasa malu.
dia sudah sangat yakin, kalau permintaannya ini pasti akan mudah dikabulkan oleh Ibu Susan. apalagi Ibu Rukmi tahu kalau Susan ini sangat mencintai putranya.
sementara perempuan yang berusia 30 tahun ke atas itu langsung menatap tidak percaya. dia tak bisa berkata-kata lagi mendengar ucapan yang keluar dari ibu Rukmi yang tidak pada tempatnya.
"heh!! mohon maaf ya Bu. tapi saya tidak menginginkan itu lagi. saya dan Mas Surya sudah bercerai dan bahkan Mas Surya sudah menikah lagi dengan mbak Linda. lalu apa hak saya harus menikah dengannya lagi ?. mohon maaf ya Bu, Saya nggak bisa mengabulkan apa yang ibu saratkan kepada saya. Apa mungkin Ibu masih menganggap rendah saya ? dulu saya tidak pernah melawan semua kata-kata ibu karena saya menghormati Mas Surya yang saat itu masih menjadi suami saya. tapi sekarang, semua itu sudah tidak berlaku lagi Bu. dan saya tidak akan pernah mengabulkan apa yang Ibu minta." ujar Ibu Susan dengan berani.
dulu dia tak pernah menjawab kata-kata mertuanya karena dia menghormati suaminya, lebih tepatnya mantan suami. tapi kini, dia dengan mantan suaminya itu sudah tak memiliki hubungan apa-apa lagi. bahkan dirinya juga tak memiliki hak atau kaitan tentang kehidupan mereka.
Ibu Rukmi yang mendengar penuturan itu menjadi emosi. ternyata ekspektasinya itu di luar jangkauan.
"oh sudah mulai sombong kamu ya!! padahal aku menawarkan hal itu karena kasihan kepadamu.!! tapi kamu malah berlagak sombong di hadapan saya.!!" teriaknya dengan emosi. Ibu Susan pun kembali tersenyum.
"bukannya saya sombong Bu. tetapi ibu Tidak sepantasnya meminta uang kepada kami. mas Surya saja yang memiliki anak dari saya tak pernah diberi nafkah satu rupiah pun. padahal dialah yang memiliki hak untuk memberikan nafkah kepada anaknya. tetapi kenapa malah berbalik sekarang ? kenapa saya yang harus memberikan nafkah kepada ibu ? sementara, saya dan ibu sudah tidak memiliki hubungan apa-apa." ucap Ibu Susan dengan santai.
sementara Dewi yang ikut bersama dengan Ibu Susan langsung menjadi malu. apalagi, para tetangga Ibu Susan mulai melihat dan mencibir ke arah mereka.
Dewi tentu saja bukan orang yang pikun yang tak bisa mendengar kata-kata yang terlontar keluar dari mulut pada tetangga tetangga itu.
"aduh bu.. sudah sudah.. sebaiknya kita pulang saja. Ibu bikin malu aja deh.." ucapnya dengan pelan. Ibu Rukmi yang mendengar penuturan itu langsung melotot ke arah anaknya.
"apa-apaan sih kamu wi.! Ibu sedang memberikan pelajaran kepada perempuan ini.! bisa-bisanya dia menolak permintaan ibu. padahal ibu sudah berbaik hati menawarkan sesuatu yang tidak mereka miliki." ucap Ibu Rukmi.
Dewi kembali mengaitkan lengannya di lengan sang ibu.
"Jangan sekarang lah Bu!! Ibu nggak lihat ada banyak tetangga yang menonton aksi ibu ini.!! Ibu tidak malu apa, dilihat oleh mereka semua.!!" serunya lagi yang sudah kepalang malu.
Ibu Rukmi yang mendengar penuturan putrinya pun mengedarkan pandangannya. dia langsung mendapati mata-mata julid para ibu-ibu yang sedang mengarah kepadanya.
sementara Dewi, tanpa sepatah kata dia langsung menarik lengan sang Ibu dan membawanya pergi dari sana.