Sephiroth Tree, Pohon kekuatan yang ditanam oleh entitas tertinggi. Sumber dari segala macam kekuatan.
Julian Marvelus, Tokoh utama yang di beri kutukan sekaligus berkah. Kutukan ditubuhnya membunuh pemilik tubuh asli dari Julian Marvelus sebelumnya hingga, tubuhnya yang kosong dirasuki oleh jiwa yang baru.
Julian Marvelus terlahir kembali, memegang Support Route dari pohon kekuatan Sephiroth Tree.
Sumber kutukan didalam tubuhnya hidup monster mengerikan yang disebut sebagai Voidbringer, bibit kekuatan milik Hollow King. Mengandung kekuatan yang besar atas bayaran yang besar.
Dengan kekuatan yang diberikan dia bertekad untuk membalaskan dendam orang-orang yang sudah membuangnya serta melaksanakan misi yang diberikan oleh Voidbringer atas bayaran kekuatan yang sudah diberikan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fresh Wild, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 (Bertemu Lagi)
"Namun melihat kalung besi itu belum berubah menjadi merah sepertinya masih ada waktu untuk kembali ketuan mu yang sebenarnya" Kwoi memberikan sedikit saran kepada Orza menatapnya. Orza yang mendengar ini sedikit memalingkan pandangannya karena ia tidak ingin kembali ketuannya lagi.
"..Apa tidak ada cara lain?" Julian meminta saran lain kepada Kwoi.
"Ada perpindahan hak milik budak, namun tetap harus memiliki persetujuan dari pemilik sebelumnya" Ucap Kwoi memberitahukan kepada Julian solusi alternatifnya.
"..." Mendengar ini Julian tersenyum. Julian juga tidak berniat untuk menyerahkan Orza kembali kepada tuannya, karena berkat Orza dirinya bisa mendapatkan kunci sempurna dari Strength Route Stage 10.
"Terimakasih atas sarannya" Julian mengepalkan tangannya menundukkan sedikit kepalanya memberikan rasa terimakasih kepada Kwoi. Orza yang melihat ini mengikuti Julian dan menundukkan kepalanya.
Mereka lalu berbincang sebentar bertukar pikiran sebelum akhirnya keluar dari Alchemist Tower.
...
Setelahnya mereka berpisah terlebih dahulu dan akan berkumpul di penginapan sore nanti.
Sylvia berjalan menuju Wolfhunt Guild. Didalam gedung ketika masuk kedalam, Ia yang sedang memakai dress dilihat oleh para petualang. "Hei lihat, bukannya dia terlihat feminim sekarang?" Salah seorang petualang melihat kearah Sylvia. Manusia yang dikenal sangat dingin kini memakai pakaian feminim.
"..Betul, kurasa dia lebih cocok berpenampilan seperti itu" Jawab salah satu temannya lagi.
Seketika kondisi lantai 1 berubah menjadi heboh setelah Sylvia datang. Sylvia yang melihat ini tersipu malu sebelum dia mengeluarkan aura dinginnya untuk membuat mereka semua berhenti membicarakannya.
"Sial" Mereka segera berpaling dari Sylvia dan mulai berhenti membicarakannya setelah aura dingin menusuk tubuhnya.
Sylvia berjalan menuju Siena yang sedang duduk dimeja "Nona Sylvia anda sangat cantik hari ini" Siena menyapa Sylvia berdiri depan mejanya.
"Kamu tidak ada bedanya dengan mereka.." Sylvia menghela nafas mendengar Siena juga berbicara memujinya.
"Apa yang perlu saya bantu?" Siena yang mendengar ini tersenyum dan segera menanyakan keinginan Sylvia.
"Aku ingin bertanya apa Guild Master ada diruangannya?" Tanya Sylvia ingin bertemu dengan Haenma untuk menyampaikan apa yang sudah ia dapatkan dari Alchemist Tower.
"Iya, langsung saja keruangan Guild Master" Siena mengkonfirmasi bahwa Haenma ada diruangannya kepada Sylvia dan mempersilahkan dia untuk langsung menuju ruangan Haenma.
"Baik, terimakasih" Sylvia mebganggukan kepalanya segera berjalan menuju ruangan Haenma.
Didalam ruangan Sylvia mengetuk pintu terlebih dahulu.
Knock knock knock
"..Guild Master, ini aku Sylvia" Setelah mengetuk pintu beberapa kali ia memberitahukan bahwa dirinya yang mengetuk pintu.
"..Masuk" Dari dalam suara yang berat dan serak mempersilahkan Sylvia untuk masuk.
Sylvia yang mendengar ini segera membuka pintunya dan melihat Haenma sedang duduk dikursinya.
"Bagaimana Sylvia?" Haenma melihat Sylvia sudah masuk segera bertanya padanya tentang masalah dungeon itu.
"..Seperti yang anda katakan dan sudah saya sampaikan, hasilnya Alchemist Tower sudah mau bekerja sama dan menyerahkan hak menaklukan dungeon itu kepada kita" Ucap Sylvia memberitahukan kepada Haenma.
"..Tapi Master Tower menginginkan hadiah utama setelah mengalahkan boss akan menjadi milik Alchemist Tower dan untuk pemilihan anggota Raid, Alchemist Tower juga akan ikut campur" Sylvia memberitahukan semua informasi yang ia dapatkan ketika didalam Alchemist Tower.
"Memang ciri khas mereka, Alchemist Tower ingin meneliti perubahan dungeon yang terjadi" Haenma mengucapkan hal tersebut sembari kepalanya bersandar pada tangan kanannya.
"..Sisanya biar aku yang membicarakan hal ini kepada Master Tower" Ucap Haenma.
"Kalau begitu kapan kita akan melakukan Raid itu?" Sylvia tentunya bertanya mengenai tanggal mereka akan melakukan Raid tersebut.
"..kemungkinan 1 Minggu dari sekarang" Ucap Haenma menatap kearah Sylvia.
"Persiapkan dirimu, kemungkinan kau dan Julian akan ikut kedalam Raid ini" Ucap Haenma ingin membawa mereka berdua terlebih lagi Julian yang merupakan Support Route akan sangat berguna untuk membawanya dalam penaklikan dungeon nanti.
"..." Sylvia menganggukan kepalanya. Setelah itu Sylvia mengangkat tangannya sedikit.
"..Guild Master aku ingin memasukkan seseorang lagi kedalam party ku" Sylvia mengatakan hal tersebut ingin merekrut satu orang lagi kedalam kelompok mereka.
"Siapa itu?" Haenma melirik kearah Sylvia.
"Seorang budak" Ucap Sylvia mengatakannya. Sebenarnya ide untuk membuat Orza ikut kedalam Raid ini adalah karena Julian. Sylvia tidak mengetahui alasan pasti dia ingin membawa Orza.
"Budak?" Haenma mengangkat alisnya ketika mendengar ini.
"Bukannya kamu sangat membenci budak?" Pertanyaan yang sama seperti Master Tower ditanyakan oleh Haenma.
"Iya, tapi ini adalah permintaan dari Julian" Ucap Sylvia langsung menyeret nama Julian sebagai nama yang meminta permintaan tersebut
"Aku harus melihatnya, apakah dia layak atau tidak" Ucap Haenma mengelus jenggot hitam pendeknya.
"Baik!" Sylvia yang mendengar ini menundukkan kepalanya.
Disisi yang lain.
Julian dan Orza berjalan menuju jalan yang agak sempit. Jalan yang agak jauh dari jalan utama , berada diantara bangunan besar sehingga membuat jalur tersebut menjadi agak sempit.
Mereka berjalan hingga sampai disebuah pintu dengan lampu berwarna ungu didepannya. Diatas pintu tersebut terlihat tulisan Rumah Bordil.
Ketika membaca tulisan tersebut Julian tersenyum kecil melihatnya. "Jadi tuhanmu ada disini?" Tanya Julian kepada Orza menatap pintu masuk rumah bordil didepannya.
".." Orza menganggukan kepalanya.
Julian yang melihat Orza mengatakan sudah benar, ia segera membuka pintu, dan masuk kedalam diikuti oleh Orza dibelakangnya.
Ketika masuk Julian melihat tangga menuju bawah tanah. Berjalan turun hingga bertemu lorong dengan lampu penerangan brrwa ungu.
Aroma wangi, dan alkohol tercium dihidung Julian. Lorong menuju ruangan lingkaran yang cukup luas. Ruangan itu terdiri dari beberapa sofa dan satu meja besar sebagai meja pendaftaran.
Julian melangkah masuk dengan santainya, sementara wajah Orza terlihat ketakutan ketika masuk kedalam mengenang kenangan yang buruk dikepalanya.
"Tunggu bukannya dia Orza!!!" Salah satu petugas dirumah bordil menyadari wajah Orza yang sudah kembali bersama dengan seorang Pria.
"Budak penghianat sudah kembali, cepat panggil boss kesini!" Salah seorang pegawai menyuruh salah satu wanita budak untuk memanggil boss untuk datang keruangan itu.
Julian yang mendengar hal ini langsung tersenyum. "Aku tidak perlu effort lebih.." Gumam Julian tidak harus membuat kekacauan untuk memanggil boss mereka.
'Tujuanku adalah untuk membuat tuan dari Orza mau untuk menyerahkan kepemilikannya kepadaku' Pikir Julian.
Tak lama setelahnya dari balik tirai disudut ruangan muncul seorang pria gendut botak, dia adalah pria yang dihajar oleh Julian sebelumnya. Dengan tubuhnya penuh dengan perban akibat luka yang belum sembuh setelah dihajar Julian kemarin.
"Dimana Orza!!" Dengan nada yang tinggi Pria gendut itu mencari Orza.
Berjalan maju, matanya melihat kearah Orza yang kembali. Namun matanya seketika berubah ketakutan melihat Julian sedang berdiri disamping Orza berdiri dengan santai.
"!!!" Mulutnya terbuka lebar rahangnya seperti mau jatuh ketika matanya melihat Julian berdiri disana.