Sephiroth Tree, Pohon kekuatan yang ditanam oleh entitas tertinggi. Sumber dari segala macam kekuatan.
Julian Marvelus, Tokoh utama yang di beri kutukan sekaligus berkah. Kutukan ditubuhnya membunuh pemilik tubuh asli dari Julian Marvelus sebelumnya hingga, tubuhnya yang kosong dirasuki oleh jiwa yang baru.
Julian Marvelus terlahir kembali, memegang Support Route dari pohon kekuatan Sephiroth Tree.
Sumber kutukan didalam tubuhnya hidup monster mengerikan yang disebut sebagai Voidbringer, bibit kekuatan milik Hollow King. Mengandung kekuatan yang besar atas bayaran yang besar.
Dengan kekuatan yang diberikan dia bertekad untuk membalaskan dendam orang-orang yang sudah membuangnya serta melaksanakan misi yang diberikan oleh Voidbringer atas bayaran kekuatan yang sudah diberikan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fresh Wild, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 (Takdir Baru)
Julian yang sedang dalam perasaan senang tiba-tiba mendengar suara ketukan dari arah pintu kamarnya.
"Julian.." Suara wanita yang ia kenal terdengar dari arah balik pintu.
"..Suara ini Sylvia" Gumam Julian setelah mendengar suara itu, suara yang ia kenal yaitu suara Sylvia.
Julian segera berdiri dan berjalan menuju pintu kamarnya. Membuka pintu kamarnya Julian melihat Sylvia yang sedang mengenakan pakaian kasual nya. Mengenakan dress berwarna biru dan penampilan nya yang masih terlihat dingin tersembunyi paras dan hatinya yang cantik.
"..Kenapa?" Julian melihat ini bertanya kepada Sylvia yang tiba-tiba datang kekamarnya.
"Aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu" Ucap Sylvia berniat mengobrol ingin memberitahukan sesaut kepada Julian.
Julian yang mendengar ini menganggukan kepalanya. Julian ingin mengajak Sylvia untuk mengobrol dilantai bawah namun secara tiba-tiba Sylvia dengan santainya masuk kedalam kamar Julian.
"..Kau seenaknya masuk kamarku!" Julian sedikit terkejut melihat hal ini.
"Ah aku kira kau sudah mempersilahkan aku untuk masuk karena kau menganggukan kepalamu" Ucap Sylvia menutup mulutnya tersenyum kecil dibalik tangannya.
"..." Julian yang mendengar ini hanya bisa menepuk jidatnya saja.
"Terserahlah" Julian pasrah dengan hal ini dan membiarkan Sylvia mengobrol dengannya didalam kamar Julian.
Julian kemudian menarik satu-satunya kursi kayu yang ada di ruangannya untuk dirinya sendiri duduk disana.
"Kau seharusnya membiarkan tamu mu untuk duduk terlebih dahulu" Ucap Sylvia mengangkat alisnya melihat sikap Julian.
"Yahh salah sendiri kau memilih ingin mengobrol disini" Julian mengangkat bahunya merasa tidak bersalah.
Sylvia yang mendengar ini mengerutkan dahinya merasa kalah argumen. "Baiklah" Ucap Sylvia.
Sylvia mengeluarkan Mana miliknya dan mengalirkannya menuju kedua kakinya.
"!!!" Julian terkejut ketika merasakan hawa di ruangannya terasa sangat dingin.
Lantai Julian berubah menjadi es tepat dibawah kaki Sylvia. Es itu menjalar kebelakang tubuh Sylvia membentuk struktur es yang solid, Kursi dari es terbentuk diperuntukkan untuk Sylvia.
"Kau!" Julian yang melihat ini mengerutkan dahinya.
"Apa kau tidak bisa mencari cara lain!!" Julian yang melihat ini merasa tidak senang ketika es itu merusak lantai kamarnya.
"..Padahal kau bisa mengambil kursi dibawah dan membawanya kesini" Julian memberitahukan solusi yang masuk akal bagi Julian kepada Sylvia, namun Sylvia malah memilih opsi untuk menggunakan kekuatannya.
"Kelamaan" Sylvia melambaikan tangannya sembari tersenyum kecil.
"Dasar.." Julian hanya bisa terdiam melihat hal ini.
"Cepat apa yang ingin kau katakan.." Julian dengan nada yang masih kesal bertanya kepada Sylvia.
"..Wolfhunt Guild mengadakan Raid besar-besaran" Ucap Sylvia wajahnya berubah serius ketika memberitahukan hal ini.
"Raid?" Julian tidak mengetahui maksud dari Sylvia.
"Iya, semua petualang dibawah Wolfhunt Guild akan menaklukan dungeon bersama.." Ucap Sylvia menatap kearah Julian.
"!!!" Julian yang mendengar hal ini terkejut.
"Dungeon mana?" Tentu Dungeon yang melibatkan petualang dengan jumlah yang banyak pastinya bukan dungeon yang biasa saja.
"..Dungeon yang kemarin kita kunjungi"
"Dungeon Red Frog" Sylvia memberitahukan dengan suaranya yang tegas seakan-akan ada sesuatu tersembunyi didalamnya.
"Ada apa ini?.." Julian merasakan ada kejanggalan dari apa yang Sylvia katakan.
"..Bukannya kau bilang kalau dungeon itu dilarang untuk ditaklukan" Julian mengingat kembali bagaimana Sylvia mengatakan kepadanya untuk tidak membunuh boss dungeon itu.
"Memang benar, hingga ketika kita keluar ada laporan dari salah satu petualang kita bahwasannya dungeon tersebut tiba-tiba berevolusi" Ucap Sylvia memberitahukan alasan mengapa Wolfhunt Guild memutuskan untuk menaklukan dungeon itu.
"..dan yang lebih menakutkan dungeon itu langsung berubah menjadi dungeon tingkat tinggi" Ucap Sylvia.
"Tingkat tinggi berarti berada dibawah satu tingkat dari Malevolent Dungeon" Gumam Julian memasang wajah yang sangat terkejut setelah mengetahui kebenaran dari Sylvia.
"..Lantas bagaimana tanggapan dari Alchemist Tower?, bukannya dungeon itu berada dibawah kendali dari Alchemist Tower.." Muncul pertanyaan dibenak Julian setelah memikirkan tentang apa yang terjadi.
"Karena itu kita berdua dilibatkan disini, Guild Master meminta kita berdua memberikan penjelasan kepada Master Tower dari Alchemist Tower, karena kita berdua lah yang terakhir kali masuk kedalam dungeon itu" Sylvia memberikan penjelasan lain kepada Julian.
"..." Julian seketika terdiam, matanya terbelalak kaget setelah serpihan informasi itu membentuk sebuah kunci pikiran didalam diri Julian.
'..Tunggu apa ini ada hubungannya dengan apa yang dikatakan oleh Voin sebelumnya?' Pikir Julian sembari mengusap dagunya.
'..Dewa sedang mengawasi ku, kalau begitu jangan-jangan perubahan mendadak dungeon itu adalah karena ku?' Pikir Julian matanya menatap seperti seseorang yang melihat sedikit kebenaran.
'Tapi bagaimana bisa, bukannya kata Voin kalau dewa tidak bisa ikut campur dengan urusan disini?' Kepala Julian terasa mau meledak mencoba menyusun kunci informasi yang tersisa didalam kepalanya.
"Masalah ini menjadi sangat besar" Gumam Julian tanpa sadar dengan nadanya yang kecil.
"Apa katamu?" Sylvia mendengar sedikit dengan apa yang dikatakan oleh Julian namun masih samar-samar.
"Tidak.." Julian segera mengklarifikasi bahwa tidak ada apa-apa.
Seketika mata Sylvia menatap tajam kearah Julian. Namun ketika hal itu suara ketukan pintu terdengar. Julian dan Sylvia menoleh kearah pintu secara bersamaan dan melihat Orza datang dengan wajahnya yang ketakutan.
"Maafkan aku, kalau aku mengganggu aku bisa keluar dari sini!" Orza membungkukan badannya 90° meminta maaf dengan wajahnya yang ketakutan.
'Tepat sekali!' Julian yang melihat Orza selesai mandi menatap senang berniat menjadikan dia sebagai bahan untuk mengalihkan pembahasan sebelumnya.
"Tak apa kau diam disini" Julian tidak membiarkan Orza untuk pergi dan memintanya untuk diam bersamanya.
Orza yang melihat Julian mengangguk-anggukkan kepalanya dan berjalan berdiri disamping Julian.
"Kau membeli seorang budak!" Mata Sylvia berubah menjadi marah setelah melihat kalung besi yang menggantung dileher Orza.
"Aku kira kau orang yang baik!" Wajahnya berubah menjadi merah dengan uratnya yang keluar, menunjuk tajam kearah Julian.
"Tenang dulu, dia bukan budakku.." Julian yang melihat amarah besar dari Sylvia segera menenangkan nya.
"..Orza beritahu dia" Julian menyuruh Orza untuk memberitahukan kenyataannya kepada Sylvia.
"Ahh iya, aku bukan budaknya, melainkan dia adalah penyelamatku" Orza yang mendengar ini segera menjelaskan dengan suaranya yang bergetar kepada Sylvia.
Sylvia yang mendengar hal ini segera menenangkan emosinya. "Melihat kau sangat marah sepertinya kau sangat membenci perbudakan" Julian mengatakan hal tersebut setelah melihat Sylvia yang sangat marah.
"Iya, aku sangat membenci perbudakan karena masa laluku dan aku sudah berjanji kepada diriku sendiri supaya dimasa depan aku bisa menghancurkan sistem perbudakan dengan tangan ku sendiri" Sylvia menggenggam erat tangan kursi es dengan sangat kuat hingga hancur.
Julian yang melihat ini tanpa sadar melihat sisi keadilan dari Sylvia. '.. Sepertinya dia mengalami masa lalu yang keras' Ucap Julian didalam hatinya.
Disisi lain Orza yang mendengar ini terkejut karena melihat ada seseorang yang masih peduli dengan para budak. Pahlawan yang dulu ia anggap tidak pernah ada sekarang muncul dihadapannya. Walaupun hanya dengan keinginan, setidaknya suatu saat keinginan tersebut akan tumbuh menjadi kenyataan.
Julian seketika melirik matanya kearah Orza, Melihat tekadnya dengan sangat dalam sudah berubah, Kini jiwa Orza penuh dengan tekad yang kuat. Ingin membuktikan sebagai budak yang menginginkan kebebasan.
Tiba-tiba kepala Julian terasa pusing. Pikiran Julian langsung masuk kedalam alam dimana Sephiroth Tree berada. Kesadarannya langsung berpindah dalam sekejap, didepan matanya dahan yang kokoh dari Sephiroth Tree muncul didepannya bergerak, bergerak atas tekad besar dari Orza. Dahan itu menampilkan sebuah lingkaran sihir, Strength Route Stage 10 Forged Body. Semua informasi mengenai Strength Route Stage 10 Forged Body masuk kedalam pikiran Julian semua, seperti gulungan informasi yang masuk kedalam akalnya.
Setelah mencerna informasi itu semua, kesadaran Julian kembali. Matanya yang sudah tersadar menatap kearah Sylvia yang sedang dalam kondisi panik memegang tubuh Julian. Julian kemudian melirik kearah Orza yang juga memasang wajah yang terkejut.
"Julian apa yang terjadi!" Sylvia memegangi tubuh Julian yang kehilangan kesadarannya dalam waktu yang singkat, matanya berubah menjadi hitam dan tubuh nya langsung terjatuh. Untungnya Sylvia dengan cepat menahan tubuh Julian.
Julian melihat kejadian ini merasakan kepalanya sangat pusing. "Tidak apa-apa, kondisiku sudah mulai membaik" Gumam Julian mencoba menenangkan Sylvia.
"..Sylvia, kembalilah kita akan bertemu besok pagi" Ucap Julian meminta Sylvia untuk pergi dan akan bertemu dengannya besok nanti untuk bertemu dengan Master Tower dari Alchemist Tower.
"..Baiklah kalau begitu" Sylvia kemudian menganggukan kepalanya. Sylvia menarik kembali es yang sudah ia buat kedalam tubuhnya dan pergi meninggalkan Julian dan Orza.
Melihat Sylvia yang sudah pergi, Julian bersandar pada kursi kayu sembari menopang kepalanya.
"Tuan apa anda baik-baik saja" Orza yang berdiri disamping Julian menatap kearah Julian mengkhawatirkan kondisi Julian.
Mendengar hal ini Julian menghela nafas dna menatap kearah Orza dengan tatapannya yang serius. "Orza apa kau ingin menjadi seorang Router?" Tanya Julian menatap kearah Orza.
Orza yang mendengar ini seketika terkejut.
"Bagaimana mungkin, aku hanyalah seorang budak" Orza yang mendengar ini merasa tidak masuk akal untuk dirinya menjadi seorang Router.
"..Tekadmu sudah membuktikan kualitas dirimu" Ucap Julian.
"Jangan terpaku sebagai seorang budak karena sekarang aku melihatmu sebagai seorang manusia" Julian menatap kedalam diri Orza.
"!!!" Orza yang mendengar ini merinding sekujur tubuhnya.
Tanpa Orza sadar air mata mengucur dari kedua matanya, perkataan yang sudah lama tidak ia dengar. Manusia, tidak ada yang menganggap Orza sebagai seorang manusia.
Budak dan manusia bukanlah kesamaan, Orza hidup disekitar orang yang berpikiran seperti itu. Hidup sebagai budak sudah lama ia rasakan.
Orza kemudian bersujud dihadapan Julian sembari menangis. "Tolong, aku ingin menjadi seorang Router!!" Orza tidak bisa menahan tangisannya.
"Strength Route Stage 10 Forged Body, mulai sekarang kau akan mengambil rute ini"
Ucap Julian menatap Orza dengan tatapan yang serius.
'Semua ini adalah kehendak Sephiroth Tree' Ucap Julian didalam hatinya.