NovelToon NovelToon
PERJUANGAN PUTRI HUANG JIAYU

PERJUANGAN PUTRI HUANG JIAYU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:28k
Nilai: 5
Nama Author: Athena_25

Putri Huang Jiayu putri dari kekaisaran Du Huang yang berjuang untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah membunuh keluarganya dengan keji.

Dia harus melindungi adik laki-lakinya Putra Mahkota Huang Jing agar tetap hidup, kehidupan keras yang dia jalani bersama sang adik ketika dalam pelarian membuatnya menjadi wanita kuat yang tidak bisa dianggap remeh.

Bagaimana kelanjutan perjuangan putri Huang Jiayu untuk membalas dendam, yuk ikuti terus kisah lika-liku kehidupan Putri Huang Jiayu.

🌹Hai.. hai.. mami hadir lagi dengan karya baru.
ini bukan cerita sejarah, ini hanya cerita HALU

SEMOGA SUKA ALURNYA..

JIKA TIDAK SUKA SILAHKAN DI SKIP.
JANGAN MENINGGALKAN KOMENTAR HUJATAN, KARENA AUTHOR HANYA MANUSIA BIASA YANG BANYAK SALAH.

HAPPY READING...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KUDA CURIAN YANG MENGANGGUK

Di balik dinding yang reyot dan lusuh,

Tersimpan tawa yang jujur dan bersahaja.

Di balik lusuhnya baju, ada senyum yang sempurna,

Dalam pelarian, di hati yang terluka,

Terbuka jalan menuju sebuah keluarga.

🍓🍓≫∘❀Tawa Di Dalam Rumah Reyot❀∘≪🍓🍓

Malam itu, setelah menyusuri labirin lorong-lorong gang sempit yang hanya diterangi cahaya remang-remang lentera minyak, Sia dan Jiayu akhirnya tiba di sebuah rumah kayu yang teronggok di ujung jalan.

Kondisinya memprihatinkan; atapnya miring, dindingnya reyot dan dicat ulang oleh coretan-coretan kapur, seolah-olah hembusan angin kencang saja cukup untuk merobohkannya.

Namun, ketika Sia mendorong pintu kayu yang reyot itu, Jiayu terpaku di ambang pintu, seperti patung yang disiram oleh realita pahit yang justru terasa manis. Udara hangat dan ramai dari dalam ruangan itu menyambutnya, kontras dengan kesan suram dari luar.

Dia disambut oleh sebuah pemandangan yang menyentuh jiwa.

Sebuah ruang kecil yang dipenuhi oleh sekitar lima belas atau dua puluh anak-anak dengan pakaian lusuh namun wajah-wajahnya berseri bagai mentari pagi. Mereka duduk rapi di atas lantai kayu yang bersih mengkilap, berseberangan dengan kesan kumuh dari luar. Aroma dupa pengharum murah dan udara lapang berbaur di ruangan itu.

“Sia-jie! Sia-jie pulang!” seru mereka kompak, suara mereka seperti nyanyian riang. Lalu, dua puluh pasang mata itu beralih seperti radar pada bungkusan makanan di tangan Jiayu.

“Ada makanan!” ucap salah satunya dengan polos.

Sia berbalik pada Jiayu yang terpaku di pintu, wajahnya adalah kanvas takjub dan rasa bersalah. “Selamat datang di rumah kami, Yu Jia,” ujar Sia, suaranya lembut namun penuh makna. “Ini adalah 'hasil jeri payah' yang kau keluhkan tadi.”

Jiayu tercekat. Matanya berkaca-kaca menyaksikan anak-anak itu berebut menyambut mereka dengan polosnya. Segala keluh kesah tentang menjadi ‘Tumbal’ di toko baju lenyap seketika, digantikan oleh rasa haru yang dalam dan hangat yang menyebar di dadanya.

Seorang anak perempuan kecil, rambutnya dikepang dua tidak rapi, menghampiri Jiayu dan menarik ujung jubahnya yang halus. “Jie-jie cantik. Mau makan dengan kami?”

Jiayu menatap mata polos anak itu, lalu menatap Sia. Tiba-tiba, semua kecurigaan dan ketakutannya sejak melarikan diri dari kekaisaran Du Huang terasa sangat kerdil dan sia-sia.

Dia mengangguk pelan, dan untuk pertama kalinya, sebuah senyum tulus yang lama terpendam mengembang di bibirnya. “Tentu,” jawabnya, suaranya hampir berbisik, dipenuhi emosi. “Jie-jie akan makan dengan kalian.”

Mereka semua makan bersama di bawah satu atap yang reyot. Jiayu tak menyangka, di balik sikap Sia yang nyentrik, tersimpan hati sebesar samudera.

“Yu Jia, istirahatlah,” ucap Sia setelah suasana tenang. “Besok pagi-pagi buta kau ikut denganku pulang ke rumah orang tuaku.”

Jiayu, yang badannya terasa lelah sekali, hanya mengangguk patuh. Rasa penasaran tentang ‘pulang’ ke orang tua ditelannya untuk esok hari.

🍉🍉🍉🍉

Keesokan harinya, langit masih kelam ketika Jiayu terbangun. Di luar, Sia sudah berdiri dengan dua ekor kuda hitam yang gagah perkasa. Binatang itu berotot, tinggi, dan berparas angkuh—jelas sekali bukan kuda sembarangan.

“Dari mana kau mendapat dua kuda ini?” tanya Jiayu, matanya menyelidiki setiap lekuk tubuh kuda yang mengingatkannya pada kuda perang kerajaan.

“Aku nemu tadi, di samping penginapan di pinggir desa sana,” jawab Sia santai sambil mengelus leher kuda itu.

Mendengar jawaban Sia barusan membuat Jiayu mendengus sebal

“Itu artinya kau tidak nemu, tapi nyolong bodoh!” umpat Jiayu, suaranya mendesis seperti minyak panas tersiram air,

“Hey… mana ada aku nyolong,” bela Sia, wajahnya polos.

“Tadi aku sudah bertanya sebelum ambil dan tidak ada yang menjawabku. Ya akhirnya aku ambil saja dua ekor yang paling jelek dan hitam ini.” Dia berkata seolah sedang memilih sayuran di pasar, bukan ‘mengambil’ kuda.

Jiayu memicingkan matanya, sikap tidak percaya terpampang nyata. “Kau tadi bertanya kepada siapa? Penjaga penginapan?”

“Bukan,” sanggah Sia sambil memberi makan kuda itu sebutir apel.

“Aku lihat penjaga penginapan sedang tidur lelap karena kelelahan, jadi aku tidak tega membangunkan.” Melihat Jiayu mengangkat satu alisnya, Sia melanjutkan,

“Jadi aku tadi bertanya kepada kuda-kuda ini siapa majikannya. Mereka hanya diam saja. Lalu aku tanya apakah mau ikut denganku, mereka mengangguk-anggukkan kepala. Ya akhirnya aku bawa saja. Kasihan kan kalau mereka dikekang saja di tiang, lebih baik aku ajak jalan-jalan.” Dia mengelus rambut kuda itu dengan bangga.

“Dasar Gila!” ucap Jiayu sambil memutar balikkan badan dan pergi. Dia berpikir jika tetap berada di samping Sia, bisa-bisa dia ketularan kegilaan itu.

“Ish sembarangan kalau bicara," Sia menggerutu kesal mendengar cibiran Jiayu barusan, lalu dia mengelus kepala kuda-kuda itu dan berbicara sendiri

" Aku kan tidak gila, aku cuma kurang waras sedikit saja, kan ya?” Sia bertanya kepada kuda yang dia belai. Kuda itu hanya meringkik lemah, seolah setuju atau mungkin justru ketakutan.

Setelah urusan kuda selesai, Sia memasuki rumah dan memanggil Lu Yi, anak laki-laki tertua di situ. “Lu Yi, kau jaga adik-adikmu. Jangan sampai mereka mencuri lagi di pasar. Ini ada uang sedikit, kalian bisa membeli keperluan di sini,” Sia memberikan beberapa kantong koin yang berbunyi gemerincing.

“Nanti aku antar kau ke toko Nyonya Chu. Kau dan Si Hwan bisa bekerja di sana. Atur siapa yang kau percayai untuk menjaga yang lain,”

“Baik, Jie-jie,” jawab Lu Yi patuh. “Aku akan meminta Yu Ran dan Yan wei untuk menjaga mereka di sini.”

Jiayu yang berdiri tak jauh, mendengar semua percakapan itu. Hatinya tersentuh. “Sia,” bisiknya. “Beritahu mereka untuk jangan menyimpan uangnya di tempat yang mudah dicari. Suruh mereka kubur uang itu di belakang rumah.” Pengalamannya sebagai buronan membuatnya waspada. Lalu dia termenung karena memikirkan keadaan adiknya yang berada jauh di kekaisaran Du Huang sana.

Sia menatap Jiayu dengan tatapan hangat dan haru. “Ya, nanti aku beritahu.” Lalu, untuk mengalihkan perasaan sedih yang mulai menyergap Jiayu,

Sia memberikan perintah. “Kau, carikan mereka kayu bakar. Aku akan mengantar mereka berdua ke toko Nyonya Chu.”

“Kenapa tidak kau saja yang mencari kayu, dan aku yang mengantar mereka?” bantah Jiayu yang merasa dirinya lebih cocok menjadi pengawal daripada tukang kayu.

“Heh, kau ini pelayanku jadi harus nurut dengan nonamu ini!” sengak Sia dengan sok tinggi. “Lagian, kau kan buronan di sini. Kau mau ketahuan, haa?”

“Iya, anda benar, nona besar,” jawab Jiayu mencibir. “Sebesar banteng.”

“Huh, sudahlah. Berbicara denganmu hanya membuang tenagaku saja, membuatku merasa lapar seketika,” ucap Sia lalu berlalu dengan hidung mendongak, meninggalkan Jiayu yang masih mencibir.

“Kau kan memang tukang makan, ya jelas sudah lapar lagi,” gerutu Jiayu pada punggung Sia yang sudah menjauh.

Sia pergi dengan Lu Yi dan Si Hwan. Jiayu pun memimpin pasukan kecilnya ke hutan belakang rumah. “Ayo kita cari buah dan kayu bakar!”

Petualangan di hutan dipenuhi tawa dan celoteh anak-anak. Jiayu menemukan kedamaian yang hilang dalam kesederhanaan mereka. Setelah pulang dan menyiapkan buah-buahan yang mereka dapatkan, suasana rumah kembali riuh dengan canda tawa anak-anak.

Tak lama, Sia pulang. Bukan dengan wajah lelah, tetapi dengan senyum lebar dan kedua tangan penuh dengan bungkusan-bungkusan makanan yang menguarkan aroma harum dan gurih yang menggoda selera, jauh lebih mewah dari makanan kemarin.

“Wah! Sia-jie pulang!” teriak anak-anak bersorak.

Jiayu menatap Sia heran. “Dari mana kau dapat semua ini? Jangan-jangan kau ‘nemu ’ lagi di samping penginapan?”

Sia hanya tersenyum misterius, matanya berbinar licik. “Ah, itu rahasia penguasa kuda dan penyelamat anak-anak. Tapi tenang, kali ini aku benar-benar dibayar. Nyonya Chu sangat senang dengan dua pekerja barunya dan memberiku bonus.”

Mereka semua duduk kembali, menikmati pesta kecil-kecilan yang tiba-tiba menjadi sangat mewah. Jiayu memandang sekeliling: anak-anak yang melahap makanan dengan lahap, Sia yang tertawa lebar, dan perasaan memiliki yang mulai mengakar di hatinya.

Dia, seorang pelarian, kini duduk di antara keluarga yang tidak terduga. Dan meski Sia masih menyimpan seribu satu misteri dan cara-cara yang kurang waras, Jiayu penasaran.

Apa lagi yang akan dilakukan gadis gila ini selanjutnya? Petualangan mereka, tampaknya, baru saja dimulai.

.

.

🌹****Hai...hai.... Sayangnya Mami🥰

Apakah petualangn kedua gadis itu akan berjalan lancar? Atau ada banyak rintangan yang menghadang.

Ikuti terus perjuangan Jiayu,

JANGAN LUPA KASIH LIKE & KOMEN, VOTE SERTA HADIAH JUGA YAAA

TERIMA KASIH SAYANGKU🥰🥰🥰

1
Muffin🧚🏻‍♀️
Kwkw tiwas suudzon :)))
Ceyra Heelshire
emngnya obat seberharga kyk harta kah?
Muffin🧚🏻‍♀️
Iyaa kamu harus hati hati, jangan sampai kmu terjebak dalam permainan orng jahat yg menyamar sbg orng baik
Dewi Ink
mungkin mereka akan kerjasama nanti
Dewi Ink
dia juga putri ternyata . pasti udah lama bgt
Dasyah🤍
atasga kenapa ngak nutup mulut mu dek
Dasyah🤍
wkwkwk,ini Kakek kayaknya punya hobi tersendiri mengata ngatai 🤣
🖤⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞
hmm ide apa nih, jadi penasaran 😆
🖤⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞
si kakek udh tua tapi jeli, orang sakti nieh... /Shy/
🖤⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞
wkwkwk tangannya borosss /Facepalm/
Jemiiima__
ling jun yuhuuuu
btw dia jd Sekutu atau musuh ya klo udh saling tau
Jemiiima__
sperti biasa linhao dengan celetukannya /Facepalm/
Jemiiima__
km pasti sengaja ya dufeng krn gamao kerja /Smug/
Jemiiima__
kerasa bgt vibes pesta rakyatnya 😍
Penapianoh📝
🤣🤣 lin hao sini duel klo lg gabut, bisa-bisanya hdup tenang malah nyari mslh
Penapianoh📝
ngk ngilu kah cabut anak panah yg nancap d dada itu😩
Drezzlle
Mungkin saat tadi Sia keceplosan, dan sekarang dia memainkan perannya lagi untuk berpura-pura
Drezzlle
Takut kalau ini jebakan ya, kan Jiayu
Avalee
Siaa wkk jiayunya ga enak lah, setelah semua yg terjadi. Mingkin bisa aja sih dia tendang kepala kau, tapi kan itu ga mungkin bgt 🤭😮‍💨
Avalee
Km ga salah denger, ak aja tau kok 🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!