Season 2 - Pewaris Phoenix Api Xiao Chen.
Di saat umat manusia telah berada di ambang kehancuran, Xiao Chen pun bangkit dari kematiannya dengan kekuatan yang telah mencapai ranah Setengah Dewa. Namun, kematian Fang Hao dan juga kerabat-kerabatnya dari Kekaisaran Bintang Biru, membuat Xiao Chen marah besar.
Xiao Chen pun memasuki wilayah Suci Ras Iblis, dan puncak pertarungan umat manusia melawan Ras iblis pun terjadi, mengguncang dunia.
Akankah Xiao Chen membawakan kemenangan bagi umat manusia? Ataukah umat manusia akan benar-benar tenggelam dalam kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 185
Kota Suci, tempat di mana Kuil Pemburu Iblis berada. Satu kota yang paling indah di Wilayah Timur. Namun, kota yang tadinya indah kini telah berubah menjadi begitu memilukan.
Jejak-jejak pertarungan masih membekas di kota yang hancur. Tidak ada lagi menara, tidak ada lagi jalanan tembok batu bata yang tertata rapih. Semuanya di penuhi oleh puing-puing reruntuhan dan noda darah yang telah mengering.
Di Halaman Kuil Pemburu Iblis yang telah hancur. Ada banyak Pemburu Iblis dari tingkat terendah hingga tingkat tertinggi yang tengah berbaris untuk mengantarkan kepulangan mereka yang telah gugur.
Di depan, Yun Xiao tengah menangis sembari memeluk peti kayu yang di cat berwarna putih. Di dalamnya, jasad Yang Xiao telah tertidur dalam tidur abadi.
"Kak ... kenapa kau pergi meninggalkan aku?" ucap Yun Xiao, berbicara sendiri.
Namun, Yang Jian segera membangunkan Yun Xiao. "Jangan bersedih! Kakak mu tidak akan senang melihatmu menangis, Yun'er." kata Yang Jian. Tetapi ia jelas merasakan kesedihan yang sama dengan Yun Xiao.
Selain peti kayu sebagai peti mati Yang Xiao. Ada banyak peti mati di sampingnya. Di mana itu adalah mereka yang telah gugur di Medan pertempuran, termasuk Chu Wang, Chu Tian Ge, dan juga Kaisar Qin Feng dari Kekaisaran Bintang Biru.
Namun, di saat salah seorang di tempat itu akan menyalakan Api obor, tiba-tiba langit berubah menjadi orange kemerahan. Membuat semua orang begitu gelisah. Mereka mengira bahwa Ras Iblis kembali melancarkan serangan terhadap Kota Suci Kuil Pemburu Iblis.
"Baru satu Minggu setelah kita berhasil memukul mundur pasukan Ras Iblis, tidak aku sangka mereka datang lagi." ujar Yang Jian. Kedua tangannya terkepal kuat.
"Semua Pasukan Kuil Pemburu Iblis dengarkan perintah! Bersiap bertarung dan bunuh Ras Iblis yang datang!" perintah Yang Jian.
Sorakan memenuhi halaman Kuil Pemburu Iblis, semua Pasukan Kuil Pemburu Iblis mengangkat tinggi senjatanya. Tetapi Chu Yun tiba-tiba berbicara.
"Tidak! Ini bukan Ras Iblis!" kata Chu Yun, pandangannya terangkat tinggi, menatap ke langit.
Di langit, sesuatu melesat dengan cepat. Seperti api yang meluncur merobek langit.
"Perasaan ini ...!?" ucap Yun Xiao, kedua sudut matanya melebar di saat ia merasakan sesuatu yang begitu familiar untuknya.
Namun, Yang Jian tidak bisa untuk lengah. Ia pun segera membuat sebuah lingkaran pertahanan yang terbentuk dari energi miliknya. Sebuah lingkaran yang menyebar, membentuk dinding tak kasat mata yang melindungi seluruh area Kuil Pemburu Iblis.
Tak lama dari itu, sesuatu yang melesat dengan kobaran api pun berbenturan dengan penghalang spiritual buatan Yang Jian.
Bang— —
Ledakan di udara membuat tanah berguncang. Semuanya tidak bisa untuk tidak merasa panik. Dinding spiritual hancur bagaikan serpihan kaca, di udara, jejak ledakan masih mengeluarkan asap tebal.
Namun, sosok yang diselimuti api yang membara telah berdiri di Halaman depan Kuil Pemburu Iblis. Yang Jian segera melompat ke depan, berada di barisan paling depan di antara semua orang yang berada di tempat itu.
Fey Lung bersama kelompok Pemburu Iblis nya bersiap untuk bertempur. Tetapi mereka merasakan kekuatan orang yang mengeluarkan api dari tubuhnya itu, sangatlah kuat.
Namun, Chu Yun berjalan ke depan dengan raut wajahnya yang menunjukan kesedihan. Kemudian, Chu Yun pun berbicara, "Selamat datang kembali, kak!" ucapnya dengan nada yang rendah.
Tetapi Yang Jian segera berteriak, panik.
"Nona Chu, bahaya! Cepat kembali!" teriak Yang Jian.
Perlahan, api yang membakar sosok itu perlahan padam. Menunjukan sosok Xiao Chen yang berdiri tegap. Rambut merahnya berkibar berantakan.
"Yun'er! Ma— maafkan kakak!" ucap Xiao Chen, seketika tubuhnya pun runtuh dan bertekuk lutut di hadapan gadis berusia sembilan belas tahun itu.
Namun, tiba-tiba Yun Xiao berjalan ke depan, kedua tangannya menutupi mulutnya, sedangkan kedua matanya bergetar, air matanya menumpuk di pelupuk matanya.
"Xi— Xiao ... Chen ...!?" kata Yun Xiao, berbicara dengan nada yang terbata-bata, "Apa ... apa ini benar-benar kamu?" sambung Yun Xiao, memastikan bahwa pria itu benar-benar Xiao Chen.
Xiao Chen pun segera memalingkan pandangannya, menatap gadis bergaun ungu yang tengah menahan tangisnya.
Namun, Xiao Chen tak berbicara sepatah katapun. Ia hanya menganggukkan kepalanya, menandakan bahwa ia benar-benar Xiao Chen.
Tetapi, Yun Xiao tiba-tiba mengerang nafas. Seolah-olah jantungnya berhenti berdegup. Namun, seorang wanita yang merupakan pelayan khusus yang melayani Yun Xiao, datang membawa seorang anak wanita berusia kiranya satu tahun.
"Nona Yun! Nona muda Yun Chen terus menangis sedari tadi, aku rasa dia ingin bersama anda!" ujar pelayan itu.
Yun Xiao pun segera mengelap air mata yang terjatuh membasahi pipinya. Kemudian, ia pun segera menggendong putri kecil itu. Di mana itu adalah putri pertamanya.
Yun Xiao pun berjalan menghampiri Xiao Chen sembari membawa putrinya. Kemudian Yun Xiao pun berbicara, "Chen'er, ayahmu sudah pulang!" kata Yun Xiao dengan nada yang tersengal-sengal.
Perkataan Yun Xiao membuat raut wajah Xiao Chen terbangun, jantungnya berdebar kencang. Ia mengingat bahwa saat itu Yun Xiao tengah mengandung anaknya.