Menjadi anak yatim piatu tidaklah mudah bagi seorang perempuan bernama Khasanah .
Sejak kedua orang tuanya meninggal ia hidup seorang diri di rumah peninggalan kedua orang tuanya ,
Bagaimana ia menjalani kehidupan sehari-hari seorang diri ? apakah akan ada seorang membawanya dalam kehidupan yang lebih baik ?
Ikuti kisahnya dan dukung karya Author 👉 like 👉 komentar 👉 subscribe 👉 hadiah 👉 vote.
Harap membaca dengan bijak dan sampai selesai agar tahu endingnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
Khasanah sedang berbelanja di sebuah pasar tradisional membeli bahan untuk membeli kue . Ia juga membeli beberapa camilan untuk keperluan dirinya dan kedua temanya .
Selesai membeli ia berjalan menuju motor yang di tempat parkir . Seseorang berjalan menabrak khasanah yang akan menuju motornya .
"Aduh ,“ keluhnya lalu menoleh matanya melebar ketika melihat khasanah yang menatapnya .
"Makanya kalau jalan lihat-lihat kak , sayang kalau jatuh nanti lecet kulitnya ," sindir Khasanah dengan senyum .
"Jelas lihat dong kalau tidak lihat memangnya pakai kaki , aneh sekali kamu ini ," sewot perempuan bernama Wanda tak lain adalah tetangganya dekat rumahnya yang berjualan di pasar .
Khasanah tidak lagi memperdulikannya segera menyalakan motor meninggalkan pasar . Baginya berdebat hanya buang-buang waktu lebih baik pergi .
"Dasar sok , awas saja nanti ,“ ancamnya dalam hati lalu kembali ke tempatnya jualan .
Motor terparkir dengan sempurna di depan toko Khasanah turun membawa belanjaan berjalan masuk ke dalam toko . Toko terlihat sangat ramai Amel dan Lidya melayani dengan sabar dan ramah .
"Kalian kerepotan gak aku tinggal ?' khasanah mendekati dua temanya .
"Eh sudah pulang , kok aku enggak lihat ," Lidya melihat Khasanah sudah ada di sampingnya melayani pembeli.
“Kamunya aja yang serius melayani pembeli jadi tidak lihat aku pulang ," sahut Khasanah
Lalu keduanya melanjutkan bekerja tanpa memperpanjang obrolan karena bekerja jauh lebih penting .
"Ehem ,“ mendengar suara seseorang membuat ketiga orang di sana menoleh bersamaan dengan rasa penasaran .
"Silahkan kak mau beli yang mana dan varian apa , ada taster di sebelah sana Kakak bisa mencicipi ," sapa Khasanah kepada seseorang yang berdiri tak jauh darinya .
Sementara Lidya dan Amel meninggalkan Khasanah yang sedang melayani pembeli
“Sudah tadi semuanya enak pas di lidah saya . Kalau boleh tahu sudah berapa lama toko ini berdiri ?' tanya pria sambil menatap khasanah tanpa berkedip .
Khasanah terkejut mendengar perkataan pria didepannya . Baru kali ini ada orang yang bertanya tentang tokonya . Ia tidak pernah menyangka jika ada orang yang peduli dan mempertanyakannya . Apakah orang seperti ini hanya ingin tahu atau sekedar basa-basi saja pikirnya .
Khasanah tidak mempermasalahkan pertanyaan seperti itu , wajar saja jika ada yang bertanya . Ia cukup tahu diri saja .
"Sudah lima tahunan ,kak ," jawab Khasanah dengan senyum ramah.
Pria itu mengangguk sambil melihat toko yang terlihat sangat luas dan bersih juga rapih . Penataannya sangat bagus sesuai dengan jenis dan bentuk . Siapapun yang melihat akan merasa kagum dengan nuansa dalam toko milik khasanah .
"Apa ada yang bisa saya bantu ,kak ?' khasanah mencoba bersikap ramah meskipun hatinya merasa tidak nyaman dengan pria tersebut.
Pria tersebut hanya tersenyum saja melihat pesona Khasanah sampai seseorang mengejutkannya .
"Maaf bos , nona Yesha menelpon ," pria itu berbisik takut mengganggu pembicaraan bosnya dengan Khasanah .
"Apa kamu tidak bisa bicara padanya kasih alasan apa kek ," Sahutnya dengan kesal namun bibirnya tersenyum pada Khasanah .
Khasanah tidak sengaja mendengar pria itu menyebut nama perempuan yang tidak asing . Nama orang banyak yang sama mungkin bukan dia orangnya batin Khasanah lalu mengabaikannya .
"Maaf dia teman saya memang agak gimana gitu , oh iya bolehkah saya minta nomor anda siapa tahu saya mau pesan kue bisa langsung ke nomor anda ,“ pria itu mengeluarkan ponselnya .
Khasanah nampak ragu ketika akan memberikan nomor ponselnya kepada pria yang baru kenal .
“Sepertinya anda tidak percaya pada saya , kalau begitu anda simpan nomor saya saja gimana ?" tawarnya dengan senyum manis sambil memainkan alisnya .
Khasanah merasa aneh dengan sikap pria itu berbalik badan melangkah pergi namun pria itu menghadang didepannya .
“Maaf jika perkataan saya menyinggung perasaan anda , saya hanya ingin minta nomor itu pun kalau anda mau memberikannya kalau tidak saya tidak akan memaksa ," kata pria tersebut kemudian meninggalkan toko Khasanah dengan wajah kecewa .
Hal itu menjadi pusat perhatian semua orang yang melihat mereka berdua . Khasanah menghembuskan napas melihat kepergian pria dengan perasaan bersalah . "Maafkan saya ," batinnya lalu berjalan masuk ke dalam .
Pria tadi masuk ke dalam mobil yang terparkir di seberang jalan tak jauh dari toko Khasanah . "Kenapa sih susah dapet nomor teleponnya , sok jual mahal lagi ," Abdi di buat kecewa oleh seorang perempuan bernama khasanah .
Baru kali ini ia diabaikan oleh perempuan padahal parasnya yang rupawan membuat siapapun yang melihatnya akan terpana . Tapi tidak bagi khasanah , ia perempuan bukan tidak tertarik tapi hanya malas berurusan dengan orang lain apalagi baru melihat .
"Mau kemana bos ?" tanya sopir pribadinya bernama Tedi .
“Pulang saja , aku malas pergi kemana-mana," jawabnya sambil menyenderkan punggungnya di kursi sambil memejamkan mata .
Ponsel Abdi berdering terlihat di layar nama mamanya memanggil
“Iya , ma ," Abdi mengangkat dengan malas .
“Segera pulang adik kamu baru saja pulang naik taksi , kamu gimana sih di suruh jemput malah pergi sendiri . Cepat pulang mama tidak mau dengar alasanmu ," perintah Dewi lalu mematikan panggilan sepihak .
Abdi menyimpan ponsel di dalam celananya sambil memijit keningnya .
Mobil sampai di depan rumah mewah milik Ibnu Dasawarsa . Abdi turun dengan tubuh lemas dan tidak bersemangat berjalan masuk ke dalam rumah .
Di ruang tengah yang luas semua anggota keluarga sedang berkumpul sambil bercanda ria . Abdi merasa tidak asing dengan suara perempuan tersebut membuatnya enggan melihatnya .
Yesha ada di antara keluarganya , Abdi berjalan menuju kamarnya dengan santai membuat semua orang merasa curiga .
"Ada apa dengan kak Abdi , seperti orang patah hati saja ," celetuk Almira Setyaningrum adik Abdi .
Yesha yang berada di sana merasa tidak di anggap oleh Abdi padahal ia kekasihnya . Hubungannya dengan Abdi sudah dua tahun tapi statusnya belum jelas mau kemana .
"Mungkin dia kecapekan , biarkan dia istirahat ," Yesha mencoba meminimalisir suasana hatinya agar tidak tersulut emosi .
Bagaimanapun juga Yesha sudah kenal dekat dengan keluarganya dan berencana ingin menikah akhir tahun yang tinggal beberapa bulan lagi .
Menjelang petang khasanah baru pulang . Ia langsung membersihkan diri dan merebahkan tubuh untuk beristirahat sejenak .
Saat malam hari ponselnya berdering sampai beberapa kali karena ia tinggalkan di kamar . Khasanah baru saja pulang dari warung menenteng tas kresek hasil belanja dan meletakkan di dapur .
Malam itu khasanah tidur dengan nyenyak namun siapa sangka ada yang menyelinap masuk ke dalam rumahnya dengan mengendap melalui jendela samping .
Orang itu bukan mau merampok tapi mencari khasanah . Ia mencoba membuka pintu kamar satu per satu tapi ternyata kosong sampai akhirnya ada satu pintu yang tertutup rapat ia berusaha membukanya dan ternyata terkunci dari dalam .
Khasanah terbangun karena merasa haus, ia membuka pintu .