NovelToon NovelToon
A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:481
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

Sejak bayi, Kim Areum menghilang tanpa jejak, meninggalkan tiga kakaknya—Kim Jihoon, Kim Yoonjae, dan Kim Minjoon—dengan rasa kehilangan yang tak pernah padam. Orang tua mereka pergi dengan satu wasiat:

"Temukan adik kalian. Keluarga kita belum lengkap tanpanya."

Bertahun-tahun pencarian membawa mereka pada sebuah kebetulan yang mengejutkan: seorang gadis dengan mata yang begitu familiar. Namun Areum bukan lagi anak kecil yang hilang—ia tumbuh dalam dunia berbeda, dengan ingatan kosong tentang masa lalunya dan luka yang sulit dimengerti.

Sekarang, tiga kakak itu harus membuktikan bahwa ikatan darah dan cinta keluarga lebih kuat daripada waktu dan jarak. Bisakah mereka menyatukan kembali benang-benang yang hampir putus, atau Areum telah menjadi bagian dari dunia lain yang tak lagi memiliki ruang untuk mereka?

"Seutas benang menghubungkan mereka—meregang, namun tidak pernah benar-benar putus."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Ibu Dan Anak

Pagi itu cerah. Cahaya matahari menembus tirai jendela kamar, menari lembut di dinding seolah ikut tersenyum pada dunia. Udara musim semi yang segar masuk dari jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma bunga-bunga yang baru mekar di halaman depan rumah keluarga Han.

Areum sudah sibuk sejak pagi. Tubuh rampingnya bergerak ke sana kemari, memeriksa barang-barangnya satu per satu. Di atas meja kecil, koper mungil berwarna krem terbuka, berisi pakaian hangat dan perlengkapan camping.

“Masih ada yang kamu butuhkan, nae ttal (putriku)?” tanya sang ibu lembut, sambil membantu melipat jaket tebal milik Areum.

“Eum… apalagi ya, Eomma? Aku tidak akan lama, sebenarnya hanya sekalian camping dengan mereka setelah pulang dari tempat wisata,” jawab Areum antusias, matanya berbinar menandakan semangat.

“Camping? Hanya semalam atau lebih?” suara sang ibu terdengar sedikit khawatir, namun masih dengan nada lembut khas seorang ibu Korea.

“Hanya semalam kok, Eomma. Aku ingin mencoba pengalaman baru. Sudah lama aku ingin merasakan suasana camping sungguhan,” balas Areum sambil tersenyum, pipinya sedikit memerah karena antusias. Sang ibu ikut tersenyum, menatap putrinya yang kini tumbuh dewasa dengan penuh kasih.

“Sejak kecil kamu memang sudah suka hal-hal seperti ini. Sama seperti Appa-mu dulu. Dia juga gemar seni dan eksplorasi alam. Bahkan, waktu muda dulu, kami sering naik gunung bersama.” ujar nya yang mana mendengar itu, Areum menghentikan aktivitasnya. Senyum tipis terbit di wajahnya saat ia berbalik menatap sang ibu.

“Eomma dan Appa sering naik gunung bersama?” tanyanya penuh rasa ingin tahu.

“Iya,” ujar sang ibu sambil tertawa kecil, nada suaranya mengandung nostalgia. “Eomma suka melukis, dan Appa-mu selalu menemani Eomma. Dia suka melihat langit dan pepohonan, katanya alam adalah kanvas terbesar ciptaan Tuhan. Di atas sana, Eomma sering melukis pemandangan, dan dia akan duduk di samping Eomma, memainkan gitar tua yang selalu dibawanya ke mana pun.” ujar Areum terdiam sejenak, matanya hangat. Ia bisa membayangkan kedua orang tuanya muda, tertawa bersama di atas gunung dengan udara dingin yang menenangkan. Akhirnya ia memilih duduk di hadapan ibunya, kedua tangan terlipat di pangkuan.

“Eomma… Appa sangat romantis ya,” ujarnya pelan.

Sang ibu tersenyum lembut, menatap putrinya dengan mata yang berkilat penuh kenangan.

“Romantis tidak selalu dengan kata-kata, Areum. Kadang, perhatian kecil seperti menunggu Eomma melukis sampai selesai itu sudah cukup.” ujar nya yang membuat Areum mengangguk pelan. Sebuah senyum terbit di wajahnya, meskipun samar terlihat bayangan rindu yang belum tuntas.

Tak banyak orang tahu, Areum bukan hanya mahasiswi yang giat dan pekerja paruh waktu di sebuah kafe kecil di Yeonnam-dong. Ia juga seorang penulis komik daring yang cukup dikenal di komunitas seni Korea. Namun, identitas aslinya tetap tersembunyi di balik nama pena yang ia gunakan — nama yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.

“Wah… itu indah sekali, Eomma,” ujar Areum dengan mata berbinar, membuat sang ibu tersenyum lembut.

“Tentu saja,” jawabnya pelan. “Kenangan paling indah dalam hidup Eomma adalah saat Appa-mu mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan. Saat itu, Eomma merasa menjadi wanita paling beruntung karena menikah dengan pria sebaik Appa-mu.” Ia menatap putrinya penuh kasih, sudut matanya berkerut halus karena senyum yang tulus.

“Eomma, andaikan saja semua pernikahan sebahagia pernikahan Eomma, mungkin banyak orang yang tidak akan takut menikah, kan?” ucap Areum asal, meski dalam hati kata-kata itu seperti cermin dari ketakutannya sendiri.

“Menikah itu pilihan, nae ttal,” ujar sang ibu lembut. “Menikah atau tidak, itu tidak menentukan nilai hidup seseorang. Tapi ketika kamu menikah dengan pria yang tepat—dia akan menjadi rumahmu saat dunia terasa asing, menjadi pelindung saat kamu lelah, dan menjadi tangan yang menuntunmu saat kamu hampir jatuh.” ujarnya yang membuat Areum menunduk, menatap jarinya sendiri yang saling berkait.

“Di pikiranku, menikah itu menakutkan, Eomma. Karena ketika kita gagal, kita lah sebagai wanita yang menanggung semua akibat nya,” ujar Areum yang membuat sang ibu tersenyum tipis, napasnya mengalun pelan seperti menenangkan.

“Eomma juga pernah di posisimu dulu. Pernah berpikir tidak akan menikah karena tak percaya pada siapa pun. Dulu Eomma mengira semua laki-laki sama. Tapi hidup ternyata punya waktunya sendiri. Saat Eomma menyerah, Tuhan justru mempertemukan Appa-mu—pria yang sabar, yang mengajarkan Eomma tentang makna cinta dan kesiapan.” ujar nya.

“Eomma, sulit mencari pria seperti Appa, bukan?” tanya Areum lirih, pandangannya jatuh pada wajah ibunya yang terlihat damai.

“Jodoh itu datang ketika waktunya tiba,” jawab sang ibu pelan. “Kalau Tuhan sudah menulis takdirmu bersama seseorang, semesta pun akan berusaha mempertemukan kalian. Pria seperti Appa-mu pasti ada, hanya saja kamu belum bertemu dengannya.” ujar nya yang membuat Areum tersenyum kecil, matanya berkaca-kaca.

“Aku sangat berharap bisa bertemu dengan pria seperti Appa,” ujarnya tulus.

Beberapa detik kemudian, ponsel yang tergeletak di atas meja bergetar dan berdering pelan. Nada dering khas dari idol group favoritnya terdengar memenuhi ruang tamu. Areum segera meraihnya, dan wajahnya berubah cerah begitu melihat nama di layar.

“Oh! Ini Hassa,” serunya bersemangat, lalu menekan tombol hijau dan mengangkat panggilan itu dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

“Halo…” sapa Areum sembari melirik ibu-nya yang masih setia membantu memasukkan baju ke dalam tas.

“Sudah siap?” tanya Hassa dari seberang, terdengar tak kalah antusias.

“Sedikit lagi. Eomma masih menyiapkan keperluanku. Apa Revan sudah siap?” tanya Areum sambil menekan ponsel di antara bahu dan pipinya, kedua tangannya sibuk melipat jaket.

“Iya, aku sudah menghubunginya tadi. Katanya, dia akan berangkat lebih dulu dan menunggu kita di taman yang sudah kita sepakati,” jawab Hassa cepat. Areum terkekeh pelan mendengar hal tersebut.

“Dia memang selalu bersemangat.” ujar nya.

“Begitulah dia, kadang malah lebih heboh daripada kita para perempuan,” balas Hassa sambil tertawa kecil.

“Benar sekali. Oke, aku sudah selesai. Kita ketemu di taman, ya.” tanya Areum memastikan.

“Hati-hati di jalan. Kami tunggu,” ujar Hassa sebelum menutup panggilan teleponnya.

Begitu panggilan berakhir, Areum meletakkan ponselnya di meja. Ia menatap ibu-nya yang masih sibuk memastikan barang-barang putrinya tertata rapi. Senyum lembut tersungging di bibir Areum. Ada rasa haru yang mengalir perlahan di dadanya—rasa syukur yang hangat.

Meskipun keluarganya tak hidup bergelimang harta, Areum tahu ia jauh lebih kaya dari kebanyakan orang. Cinta dan kasih sayang yang ia terima dari ibu dan ayah-nya sudah lebih dari cukup untuk membuat hidupnya terasa utuh.

“Eomma… aku pergi dulu, ya,” ujar Areum pelan. Ia mengambil tasnya, lalu menghampiri ibunya dan memeluknya erat. Aroma sabun dan minyak rambut lembut dari ibu-nya membuat Areum menutup mata sejenak, menikmati momen itu.

“Aigoo, hati-hati di jalan, nae ttal,” ujar sang ibu sambil membelai rambut Areum lembut.

Areum tersenyum, lalu mencium pipi ibunya sebelum benar-benar melangkah keluar rumah. Angin pagi Seoul menyambutnya begitu ia membuka pintu, membawa aroma bunga yang baru mekar di halaman kecil mereka.

Dari ambang pintu, sang ibu masih menatap punggung putri semata wayangnya itu yang perlahan menjauh.

“Dia sudah sangat besar…” gumamnya lirih, senyum bangga terselip di wajahnya, meski matanya sedikit berkaca-kaca.

•••

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit dengan taksi, Areum akhirnya tiba di taman yang sudah mereka sepakati sebelumnya. Udara pagi terasa sejuk, pepohonan ginkgo menjulang rapi di sisi jalan, dan burung-burung kecil beterbangan di antara ranting yang mulai menguning.

Areum melangkah perlahan sambil menatap ke sekeliling, matanya mencari-cari sosok dua sahabatnya. Namun karena terlalu fokus, ia tak memperhatikan arah langkahnya hingga—

Bruk!

“Aakh!” serunya pelan ketika tubuhnya terjerembab ke belakang. Tas yang dibawanya terlepas, dan beberapa barang jatuh berserakan di atas jalan setapak.

“Aduh… jalan pakai mata dong,” gerutunya sambil mengusap lutut yang kini kotor terkena tanah.

“Mianhamnida… Aku tidak sengaja,” ucap Areum cepat, menunduk dalam-dalam. Ia sadar betul, kali ini memang kesalahannya.

Pria yang ditabraknya tampak berjongkok, membantu memunguti barang-barangnya dengan tenang. Begitu semua terkumpul, ia menyerahkan kembali tas kecil Areum.

“Terima kasih banyak. Sekali lagi, aku minta maaf,” ujar Areum tulus.

Pria itu hanya mengangguk singkat tanpa sepatah kata pun, lalu melangkah pergi dengan gaya tenang. Areum sempat menoleh, matanya mengikuti punggung tegap pria itu yang semakin menjauh. Sekilas, wajahnya yang terekam di ingatan membuat Areum membeku—ketampanannya seperti aktor drama Korea yang sering ia tonton di malam minggu.

Siapa dia…? pikirnya dalam hati sebelum menepuk pipinya pelan, mencoba kembali fokus.

Belum sempat ia beranjak, sebuah tepukan ringan di bahu membuatnya sedikit tersentak. Ia menoleh cepat, lalu menghela napas lega begitu melihat dua sosok yang familiar.

“Kalian dari mana saja? Aku mencari lama sekali!” protes Areum dengan wajah sebal, meski nadanya terdengar lebih seperti rengekan manja.

“Itu semua salah Hassa, dia memintaku menemaninya ke minimarket. Biasalah, wanita.” jawab Revan cepat, menunjuk temannya.

“Aish, dasar! Jadi, apa yang kamu beli sampai harus menyeret Revan?” ujar Areum tertawa kecil, mendengar itu Hassa tersenyum bangga sambil mengangkat kantong belanja kecil dari tangannya.

“Ini.” Ucap nya yang membuat Areum menatap isi kantong itu, lalu melongo.

“Masker wajah? Hanya itu?” tanya nya yang membuat Hassa mengangguk polos.

Hassa mengangguk mantap. Areum dan Revan saling pandang sejenak sebelum akhirnya tertawa bersamaan, tak habis pikir dengan kelakuan sahabat mereka itu.

“Yakk! Kenapa kalian tertawa? Ada yang lucu, huh?” protes Hassa sambil manyun.

“Tidak ada, tidak ada... Ayo, kita berangkat sekarang. Bisa terlambat nanti.” ujar Areum cepat sambil menahan tawa.

Revan langsung mengangguk, sementara Hassa masih cemberut namun akhirnya ikut berjalan. Mereka bertiga kemudian menaiki mobil milik Hassa menuju tempat wisata yang sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari.

Sebenarnya, Revan awalnya sempat menolak ikut karena berencana pulang ke Indonesia untuk menemui keluarganya di masa cuti kuliah. Namun, berkat bujukan Areum dan Hassa yang tak kenal lelah, akhirnya ia luluh juga.

Mobil perlahan melaju meninggalkan taman. Dari jendela, Areum menatap pemandangan kota yang berangsur berubah menjadi pedesaan. Angin lembut Seoul menerpa wajahnya, membawa aroma bunga liar dan rumput basah yang menenangkan. Untuk sesaat, Areum merasa… hidupnya sedang berjalan indah—setenang pagi yang baru saja dimulai.

Setelah selesai beristirahat sejenak, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata yang menjadi tujuan sejak pagi. Di sepanjang perjalanan, tawa ketiganya mengisi kabin mobil. Lagu pop Korea terdengar pelan dari radio, diselingi gurauan ringan antara Hassa dan Revan yang membuat Areum beberapa kali tertawa terbahak.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka sampai di gerbang besar kawasan wisata tersebut. Papan bertuliskan “Seorabeol Eco Forest – Healing & Camping Site” berdiri megah di pintu masuk. Udara terasa lebih segar, dengan aroma pinus dan tanah lembap yang menenangkan.

Revan memarkirkan mobil di area parkir yang cukup luas. Begitu mesin dimatikan, ketiganya turun sambil menenteng barang bawaan masing-masing. Areum sempat menarik napas panjang, menatap pemandangan di hadapannya—pengunjung yang lalu lalang, suara anak-anak tertawa, dan beberapa tenda warna-warni yang sudah berdiri di kejauhan.

“Wah, ramai sekali,” ujar Areum kagum.

“Iya, musim semi memang waktu favorit orang-orang untuk camping,” timpal Revan sambil menutup pintu mobilnya.

Mereka kemudian berjalan menuju ticket counter yang berdiri di sisi kanan gerbang utama. Petugas wanita berseragam hijau lumut menyambut dengan senyum ramah.

“Annyeonghaseyo, selamat datang di Seorabeol Eco Forest. Ada yang bisa saya bantu?” sapanya sopan.

“Kami ingin membeli tiket untuk tiga orang,” ujar Hassa yang memang paling cepat berinteraksi.

“Baik, untuk tiga orang ya. Mau pilih paket A, B, atau AB?” tanya petugas itu sambil menunjuk ke papan kecil di sebelahnya yang menampilkan detail harga dan fasilitas setiap paket.

“Bedanya apa ya?” tanya Hassa penasaran. Petugas itu tersenyum dan mulai menjelaskan.

“Untuk paket A, kalian hanya mendapat lahan untuk mendirikan tenda serta akses ke dapur umum dan area api unggun. Paket B sudah termasuk semua fasilitas di paket A ditambah bahan makanan dan beberapa perlengkapan camping dasar. Nah, kalau paket AB ini yang paling lengkap—selain fasilitas A dan B, kalian juga akan mendapat guide yang akan menemani eksplorasi area hutan, sekaligus menjelaskan tentang flora dan fauna di sini. Semua paket berlaku untuk satu malam.” ujar nya yang membuat mereka terdiam sejenak sebelum akhirnya Hassa bergumam pelan.

“Hmm…” Hassa menoleh ke dua sahabatnya. “Bagaimana?” tanya nya meminta persetujuan.

“Aku pilih yang ada guide-nya,” sahut Revan cepat, membuat Areum terkekeh.

“Kau takut nyasar, ya?” candanya.

“Bukan, aku cuma tidak mau tersesat di hutan Korea,” jawab Revan pura-pura serius.

“Aku setuju, sekalian biar kita tahu lebih banyak tentang tempat ini.” Ujar Areum mengangguk.

“Baiklah, kami ambil paket AB, juseyo.” ujar Hassa mantap. Petugas itu mencetak tiga tiket berwarna hijau tua, lalu menyerahkannya sambil berkata.

“Ini tiket kalian. Guide-nya akan menunggu di area information center, tepat setelah gerbang kayu besar itu.” ujar nya menunjuk sopan.

“Kamsahamnida,” ujar Hassa sopan sebelum mereka bertiga berjalan menuju gerbang masuk.

Begitu melangkah ke dalam, suasana hutan terasa menenangkan. Suara serangga dan desir angin yang melewati dedaunan seolah menjadi musik alami yang menyambut kedatangan mereka. Beberapa wisatawan tampak sibuk mendirikan tenda, sementara aroma samgyeopsal panggang dari area sebelah membuat perut Areum ikut bergejolak.

“Wah, aku lapar,” gumam Areum sambil memegang perutnya.

“Tenang saja, sebentar lagi kita juga akan masak,” kata Revan sambil menepuk pundaknya.

Ketiganya berjalan ke arah tempat camping yang sudah ditunjuk. Setelah menata barang bawaan, Areum membantu Hassa membuka peralatan masak kecil yang mereka bawa. Di sisi lain, Revan sibuk mengatur posisi tenda.

Hari itu terasa begitu cerah. Suasana seperti ini sulit didapat, terutama bagi Areum yang sibuk kuliah dan bekerja paruh waktu. Bagi gadis itu, momen sederhana seperti ini—tertawa bersama teman, menghirup udara segar, dan merasakan kebebasan—sudah cukup untuk membuatnya merasa hidup.

....

1
Ramapratama
jangan jangan... adik yang hilang itu di adopsi keluarga Park kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!