(WARNING! banyak **** ***** dan tindakan yang buruk. Harap bijak dalam memilih bacaan dan abaikan buku ini jika membuat pembaca tidak nyaman.) Akira Kei, seorang bocah SMA yang yatim-piatu yang awalnya hidup dengan tenang dan normal. Dia hidup sendirian di apartemen setelah ibunya meninggal saat dirinya baru masuk SMA. Dan impiannya? Dia hanya ingin hidup damai dan tenang, meksipun itu artinya hidup sendirian. Tapi sepertinya takdir berkata lain, sehingga kehidupan Akira Kei berubah 180°. Apa Akira Kei bisa mewujudkan impiannya itu? Atau tidak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amigo Santos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ㅤ
Satu bulan berlalu begitu saja tanpa ada sesuatu hal menarik yang terjadi. Paling-paling cuma Rian dan Natasha yang setiap hari selalu saja berdebat karena berbeda jawaban atau pendapat.
Pak Alen sudah berusaha untuk membuat keduanya akrab dengan cara membuat keduanya berada dikelompok sama, tetapi bukannya berbaikan dan bekerja sama untuk mendapatkan nilai terbaik, keduanya malah terus berdebat dengan sengit sehingga kelompok mereka mendapatkan nilai terendah.
*2 minggu yang lalu
“Sudahlah, kalian berdua… waktu yang kita punya sudah hampir habis dan kita harus medapatkan konsep yang sesuai dengan tema nya,” ucap Arisha yang mencoba menengahi perdebatan Rian dan Natasha yang tidak kunjung selesai.
Namun, keduanya malah mengabaikan Arisha dan terus berdebat sampai waktu yang diberikan habis. Alhasil kelompok mereka tidak bisa mempresentasikan konsep yang mereka tentukan karena memang belum ditentukan, dan mereka juga tidak bisa melanjutkan ke tugas berikutnya yaitu mempraktikkan konsep yang di presentasikan.
“Ini salahmu, Rian. Seharusnya kau biarkan saja aku menjelaskan ide ku!” ucap Natasha sambil membersihkan papan tulis.
“Apa! Tentu saja aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Siapa juga yang setuju dengan ide mu itu, hah?” balas Rian yang tidak terima dirinya di salahkan sambil menata kursi dan meja murid.
Ketika Rian dan Natasha mulai berdebat kembali, kelompok mereka hanya bisa menghela nafas lelah sambil melakukan tugas mereka masing-masing. Ada yang menyapu kelas, mengelap jendela dengan kain basah, dan ada juga yang memegang alat pel sambil bersandar pada pintu untuk menunggu yang menyapu selesai.
Arisha selaku ketua kelas pun menjadi pusing karena di berikan amanah oleh Pak Alen untuk menjaga kondisi kelas tetap kondusif, tetapi Rian dan Natasha selalu saja berdebat hingga membuat kondisi kelas tidak kondusif.
Ya, mereka berdua dan kelompok mereka sekarang sedang diberikan hukuman oleh Pak Alen yaitu membersihkan kelas setelah semua murid pulang. Dan jangan lupakan MC kita saat ini, si Akira. Dia juga sekelompok dengan Rian, Natasha dan Arisha. Selain mereka bertiga, Akira juga sekelompok dengan Ellen dan juga Danis.
‘Sialan…! Aku benar-benar membenci mereka berdua!’ gerutu Akira di benaknya sambil mengelap jendela hingga bersih dan kinclong.
Beberapa saat kemudian mereka akhirnya selesai membersihkan kelas dan beristirahat sebentar di depan kelas mereka.
“Aku akan melapor ke Pak Alen kalau kita sudah selesai bershih-bersihnya, kalian tunggu di sini bentar ya. Ellen, ayo temani aku.” Ucap Arisha sambil berdiri dan membersihkan seragamnya dari debu sebelum mengajak Ellen untuk pergi bersamanya.
“Hah? Masih capek loh aku ini…” keluh Ellen ketika dirinya yang lelah di ajak Arisha untuk melapor kepada Pak Alen.
“Ish! Cuma bentar kok. Nanti pas pulang sekolah ku traktir deh, gimana?”
“Ok setuju.”
Ellen langsung beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan melewati Arisha dengan penuh semangat sementara Arisha menatap Ellen yang berjalan terlebih dahulu dengan malas.
“Wahh… aku juga mau kalau gitu.”
Danis juga ikut beranjak dari tempatnya duduk dan hendak berjalan mengikuti Ellen. Tetapi Arisha segera menghadang Danis dengan tangannya.
“Ga boleh, kau ga di ajak.” Ucap Arisha sebelum berbalik dan berlari kecil untuk mengejar Ellen yang sudah lumayan jauh.
Danis pun langsung menghela nafas dengan wajah lesu sebelum kembali duduk di samping Akira.
“Waduh, ada yang gagal pdkt sama Ellen nih.” Ucap Rian yang sudah berdiri di samping Danis sebelum duduk di sampingnya.
Natasha yang awalnya duduk sambil bersandar pada dinding kelas dan bermain ponselnya pun menatap Danis dengan heran.
“Hah? Serius kau suka sama Ellen, Nis?” tanya Natasha.
“Kau ngak tau Nat? kalau di Denis ini udah suka sama si Ellen sejak pertama kali bertemu di indoor loh.”
Rian kemudian menjelaskan kalau si Danis sudah menyukai Ellen sejak pertama kali bertemu dengannya di indoor saat pertama kali masuk sekolah.
“Wahh… gila! Baru juga masuk pertama, masa sudah ada yang main cinta-cintaan sih.” Kata Natasha yang jelas terkejut karena sudah ada yang bermain cinta-cintaan di awal semester.
“Ya, mau gimana lagi, Nat? Aku dah berusaha buat nahan loh, tapi gagal…”
Danis menjelaskan kalau dirinya sudah berusaha menahan perasaan sukanya kepada Ellen tetapi mungkin karena perasaannya terlalu kuat atau emang si Danisnya yang ga kuat nahannya, akhirnya si Danis mulai menunjukkan tanda-tanda suka kepada si Ellen. Bahkan sudah mulai pdkt loh. Yah masa muda…
Akira hanya diam sambil bermain ponsel tetapi dirinya juga mendengarkan setiap ucapan yang di ucapkan oleh Rian, Natasha dan Danis. Wahh bahaya nih bocah, diam-diam mengumpulkan informasi yang ga guna… kira-kira buat apa ya.
Akhirnya Arisha dan Ellen kembali setelah tadi melapor kepada Pak Alen. Danis menjadi orang pertama yang menoleh ke arah mereka berdua saat mereka berjalan mendekat.
“Gimana kata Pak Alen? Kita dah boleh pualang kah?”
Danis langsung berdiri dari tempatnya duduk dan bertanya kepada Arisha dan Ellen.
“Sudah boleh, kok. Tapi harus langsung pulang, soalnya dah sore.” Jawab Arisha sambil mengambil tasnya yang berada di dalam kelas.
“Yess! Pulang!”
Danis langsung masuk kelas dengan semangat dan mengambil tasnya sebelum berjalan keluar kelas untuk menuju gerbang sekolah dan pulang ke rumah. Kemudian sisanya berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah.
“Hei, Ellen… menurutmu apa yang harus ku lakukan supaya si Akira itu mau berbicara dengan yang lainnya ya?” tanya Arisha kepada Ellen yang berjalan di sampingnya.
Ellen berpikir sejenak ketika mendengar pertanyaan dari Arisha mengenai si Akira.
“Entahlah… dia itu memang sangat hemat bicara ya…” jawab Ellen sambil menoleh ke arah Arisha.
“Hahh… kau benar. Dia benar-benar kulkas delapan pintu…” keluh Arisha.
“Tidak, Arisha… dia bukan kulkas delapan pintu, tapi dia itu seperti kutub utara atau antartika itu lah.” Balas Ellen.
“Udahlah, bodo amat dah ama tuh anak. Mending ke minimarket yuk, kan aku dah janji untuk traktir kan?”
Arisha sudah cukup lelah menghadapi sikap Akira yang seperti kutub utara itu dan mengalihkan pembicaraan.
“Oh iya! Yaudah yuk.”
Mereka berdua kemudian berjalan menuju minimarket terdekat dengan Arisha yang mentraktir Ellen.
*kembali ke masa sekarang
Sekarang para murid 1.B sedang berada di lapangan olahraga untuk melakukan penilaian lari.
Pak Anton selaku guru olahraga kelas 1 pun berdiri di depan murid 1.B dengan menyilangkan kedua tangannya dan menatap murid dengan tajam seperti biasa.
“Baiklah. Sebelum kita melakukan penilaian lari, kalian harus melakukan peregangan seperti yang bapak ajarkan, kalian paham?” ucap Pak Anton dengan tegas kepada semuanya.
“Paham, Pak!” ucap semua murid 1.B dengan serempak.
Mereka kemudian melakukan peregangan seperti yang diajarkan oleh Pak Anton sejak awal bertemu. Setelah semua murid selesai melakukan peregangan, Pak Anton kembali berdiri di depan mereka.
“Ingat, ini adalah penilaian. Jadi, tunjukkan yang terbaik supaya kalian tidak mengulang di kemudian hari.”
Setelah mengusapkan hal itu, Pak Anton menyuruh murid untuk membentuk barisan 2 banjar ke belakang.
“Sekali lagi ku ingatkan kalau penilaian lari kali ini adalah penilaian daya tahan tubuh kalian, jadi kalian akan di beri waktu 12 menit dan kalian berlari memutari lapangan ini sebanyak mungkin, mengerti?” tanya Pak Anton sekali lagi untuk memastikan murid yang diajarnya mengerti.
“Mengerti, Pak.”
Pak Anton kemudian meniup peluit yang menjadi tanda di mulainya penilaian lari. Banyak murid yang berlari dengan cukup kencang untuk mendapatkan putaran lapangan paling banyak dan hanya sedikit murid yang menjaga ritme larinya supaya bisa bertahan sampai akhir. Sepertinya banyak yang lupa kalau ini adalah penilaian daya tahan tubuh, Pak Anton bahkan hanya bisa menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya.
Dan benr saja, ketika waktu baru berjalan sekitar 8 menit, sudah banyak siswa yang terduduk di pinggir lapangan dan terlihat sangat kelelahan. Sementara yang masih berlari hanya ada beberapa saja, bahkan bisa di hitung jari.
Waktu sudah berjalan hampir 11 menit dan sekarang hanya ada tiga murid yang masih berlari di lapangan, yaitu Rian, Natasha dan juga Akira.
‘Rian dan Natasha sudah terlihat sangat kelelahan, tapi Natasha benar-benar hebat karena mampu bertahan sampai akhir.” Ucap Pak Anton di benaknya ketika memperhatikan Rian dan Natasha yang terlihat kelelahan tapi keduanya masih memaksa untuk terus berlari.
‘Tapi yang mengejutkan adalah si Akira, dia bahkan hampir tidak terlihat kelelahan. Meski dia kalah putaran dari Rian dan Natasha, tapi dia benar-benar pintar mengatur ritmenya.’ Ucap Pak Anton di benaknya lagi sambil memperhatikan Kei.
Pak Anton meniup peluitnya ketika waktu sudah tepat 12 menit, dan Pak Anton menyuruh semua murid untuk berkumpul guna memberitahu hasilnya.
“Kebanyakan hanya bisa mencapai 7 putaran, tapi tidak masalah. Dan yang mendapatkan putaran paling banyak adalah Rian dan Natasha dengan jumlah 11 putaran, kemudian di ikuti oleh Akira dengan jumlah 10 putaran.”
Suara tepuk tangan yang riuh terdengar ketika Pak Anton memberitahu siapa yang mendapatkan putaran terbanyak. Sebagian ada yang mengangumi dan ada juga yang terkejut karena si dingin Akira ternyata mampu menyaingi Rian dan Natasha. Namanya juga MC, jadi wajarlah.