NovelToon NovelToon
Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Dijodohkan Orang Tua / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:230
Nilai: 5
Nama Author: chayra

zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.

Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.

Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3

“Sudah selesai makan kue nya, Sayang?” tanya diana berjalan mendekati albian yang bangkit berdiri dari tempat duduk.

“Udah, Ma. Aku udah kenyang,” jawab albian seraya memperhatikan pakaian Mamanya yang nampak rapi. “Mama mau keluar?”

“Iya. Mama ada urusan di luar. Kamu tahu sendiri kalau Mama di kantor juga banyak kerjaan. Gapapa kan kalau Mama tinggal?” Dianara menggandeng lengan albian sembari melewati tangga.

“Tentu aja gapapa, Ma. Mama pergi aja. Aku bisa naik sendiri. Lagian kan aku udah sembuh, Ma. Jangan terus memperlakukan aku kayak orang sakit. Minggu depan aku juga udah masuk kuliah.” Pegangan diana dilepaskan dari lengan albia .

“Ya udah kalau gitu. Kamu baik-baik di rumah diana mengusap lembut bahu putranya sebelum akhirnya berlalu pergi dari sana.

Dari tangga, albian menatap punggung sang Mama yang semakin jauh meninggalkannya. Senyumannya pun mengembang begitu diana tak lagi terlihat.

Tangannya merogoh saku celananya, lalu menghubungi kontak milik Brigita di HP nya.

“Halo, bian. Lo gimana keadaannya sekarang? Baik-baik aja kan?”

Belum sempat albian menyapa, Brigita sudah menyambar lebih dulu di seberang sana.

Dari nada suaranya, gadis itu terlihat sangat khawatir pada albai.

“Gue udah enakan sekarang. Minggu depan gue udah masuk kuliah. Lo bisa gak ke sini sekarang? Gue udah lama gak ngerokok nih. Mumpung Mama lagi keluar, kayaknya gapapa kalau nyoba sebatang atau dua batang.”

Tawa Brigita menguar di seberang sana, membuat albian segera menjauhkan HP nya dari telinga.

“Siap! Gue meluncur ke sana sekarang. Tungguin ya,” ucap Brigita riang.

Albian menggeser ikon merah di layar untuk mengakhiri panggilannya. Lalu sambil berjalan naik ke atas tangga, ia masukkan HP itu kembali ke saku celana.

Baju-baju beterbangan, bahkan abaya dan jilbab pun berserakan di teras. Tak hanya itu, koper besar menggelinding turun ke pelataran setelah dilemparkan kuat oleh seorang wanita paruh baya dari dalam rumah.

Suara tangisan bersahutan dengan suara teriakan wanita pemilik kontrakan itu.

Wanita dengan rambut pirang itu tak peduli meski dianggap kejam. Bahkan ia juga melemparkan buku-buku tebal ke arah ziara hingga membuat beberapa bagian tubuhnya lebam.

“Udah saya bilang kan kalau saya paling benci sama orang yang telat bayar kontrakan! Kalau gak punya uang itu jangan sok-sokan ngontrak. Tidur aja sana di kolong jembatan!” teriak wanita pemilik kontrakan itu.

“Maaf, Bu. Tapi saat ini saya lagi gak punya uang. Tolong, kasih saya waktu, Bu,” ucap ziara memohon. Semua uang tabungan dan uang peninggalan Tantenya sudah habis untuk biaya pemakaman dan biaya rumah sakit.

Tak sedikit warga sekitar yang melihat kejadian itu. Semua orang menatap iba pada gadis bercadar yang tengah menangis sambil memunguti barang-barang yang berceceran di tanah. Tak sedikit yang merasa kasihan padanya. Setelah kehilangan Tantenya, kini ia diusir dengan kejam dari kontrakan. Tapi, mereka juga takut dengan amarah pemilik kontrakan itu kalau mencoba membantunya.

Kemalangan datang silih berganti menghampiri hidup ziara, seolah semesta tak mengizinkannya untuk bahagia.

“Cepat ambil semua barang kamu sebelum orang yang sudah menyewa kontrakan ini datang. Saya udah terlalu sering kasih keringanan sama kamu dan almarhumah Tante kamu dulu. Paham?!” Suara teriakan wanita pemilik kontrakan itu melengking panjang di samping ziara hingga sang gadis terjingkat.

Kepala ziara mengangguk samar dengan pandangan ke bawah. “Baik, Bu Ratih. Saya minta maaf,” jawabnya lirih.

Begitu wanita paruh baya bernama Ratih itu akan pergi, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan rumah kontrakannya. Lalu, dari dalam mobil itu diana turun sambil menenteng tas branded yang terkenal mahal dengan harga ratusan juta.

Wanita kaya yang terkenal sebagai pemilik perusahaan Rajasa Grup yang bergerak dibidang konstruksi itu berjalan menghampiri ziara sambil membuka kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya.

“Permisi, apa benar ini tempat tinggal ziara Kalya, keponakan dari Bu tika?” tanya diana.

Wanita dengan dress hitam dan jilbab yang senada itu mengedarkan pandangan ke sekitar, melihat deretan rumah petak yang pintunya terbuka. Ia juga melihat satu persatu orang yang berkeliling di sana, mencoba menebak-nebak siapa pemilik nama ziara.

Sebagai pemilik kontrakan, Bu Ratih pun menghampiri diana, melihat penampilannya dari atas hingga ke bawah. Ada bau uang di setiap pakaian dan aksesoris yang diana gunakan, membuat Bu Ratih menyambutnya ramah.

“Ada yang bisa saya bantu, Bu? Apa Ibu mau cari kontrakan? Semua kontrakan di sini, saya pemiliknya,” ucap Bu Ratih.

Diana yang awalnya memperhatikan ziara yang tengah memungut barang-barang jadi menoleh ke arah wanita dengan rambut pirang itu.

“Saya sedang mencari ziara Kalya, keponakan Bu Eva. Menurut info yang saya dapat, dia kontrak di sekitar sini,” balas diana.

“Kalau boleh tau, ada perlu apa ya Ibu mencari ziara?” tanyanya penasaran. “Apa jangan-jangan si tika punya hutang ya sama Ibu? Jadi Ibu ke sini mau menagihnya?”

Belum sempat diana menjawab, sang pemilik nama pun berjalan mendekat mendengar namanya beberapa kali disebutkan.

“Maaf, Bu. Saya ziara, keponakan Tante tika. Ada apa ya Ibu mencari saya?” tanya ziara dengan cadar yang nampak basah karena air matanya.

Tiba-tiba diana menarik tubuh ziara ke dalam pelukannya. Matanya langsung berkaca-kaca, hingga detik kemudian air mata menetes begitu saja tanpa dapat dicegah. Tak ia sangka ternyata gadis malang yang sempat menarik perhatiannya tadi adalah ziara, gadis yang tengah dicarinya.

“Maaf karena Tante datang terlambat, ziara,” ucap diana lirih. Tangannya mengusap lembut belakang kepala ziara.

“Tante ini siapa?” tanya ziara, setelah pelukan diana terlepas.

Diana mengulas senyuman. “Tante ini sahabat lamanya Tante kamu, zia. Tante baru dengar kemarin kabar meninggalnya Tante kamu. Makanya, Tante langsung ke sini mencari kamu.”

“Jadi Tante sahabatnya Tante tika? Kenapa Tante tika gak pernah cerita?”

Diana mengusap bahu gadis bercadar itu, sebelum akhirnya melambaikan tangan pada dua orang yang bodyguard-nya yang ada di depan mobil.

Dua pria dengan baju serba hitam itu pun berjalan mendekati diana.

“Kalian bawa semua barang-barang ini.”

Diana menunjuk ke arah semua barang ziara yang masih banyak yang berceceran.

“Baik, Bu,” balas dua pria berbadan tegap itu kompak.

Diana merangkul bahu ziara. Ia bahkan tak merasa jijik meski abaya biru yang dipakai gadis itu terlihat kotor dan lusuh.

Justru diana begitu senang melihat penampilan ziara yang tertutup.

“Aku gak nyangka. Ternyata keponakan Bu tika adalah gadis sholehah. Sekarang aku punya rencana baru,” batin Diana

Saat Dianara hendak membawa ziara pergi dari sana, tiba-tiba Bu Ratih menghadangnya dari depan. Mata wanita itu menatap nyalang ke arah ziarq yang hendak pergi begitu saja.

“Tunggu dulu. Kalau Ibu mau bawa ziara pergi, bayar saya dulu.” Bu Ratih mengulurkan tangannya ke depan. “Dia ini sudah menunggak membayar kontrakan selama tiga bulan. Jadi, jangan asal pergi gitu aja. Saya gak akan biarkan Ibu bawa ziara.”

Tatapan diana menajam. Ia membuka tas yang ditentengnya, lalu mengambil segepok uang seratus ribuan.

“Harusnya ini cukup untuk membayar kontrakan Ibu selama tiga bulan.” Diana mengulurkan uang itu ke arah Bu Ratih. Tapi, ia lemparkan uang itu ke tanah saat Bu Ratih hendak mengambilnya.

Mata Bu Ratih terbelalak melihatnya. Tapi, semua orang di sekitar sana yang menyaksikan merasa puas dengan perlakuan diana pada si pemilik kontrakan yang kejam itu.

“Maaf kalau saya kasar. Anggap saja ini sebagai balasan karena Ibu sudah bersikap kejam pada calon istri putra saya,” ucap diana tegas.

Mata Zivana membulat mendengarnya.

“Calon istri? Jadi aku akan dijodohkan dengan putra ibu ini?” gumamnya lirih.

1
shora_ryuuka shoyo
Wow, luar biasa!
Raquel Leal Sánchez
Membuat saya terharu
y0urdr3amb0y
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!