NovelToon NovelToon
Jiwa Sang Pangeran Aerion

Jiwa Sang Pangeran Aerion

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:714
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

Dikhianati. Dituduh berkhianat. Dibunuh oleh orang yang dicintainya sendiri.
Putri Arvenia Velmora seharusnya sudah mati malam itu.
Namun takdir memberinya satu kesempatan—hidup kembali sebagai Lyra, gadis biasa dari kalangan rakyat.
Dengan ingatan masa lalu yang perlahan kembali, Lyra bersumpah akan merebut kembali takhta yang dirampas darinya.
Tapi segalanya menjadi rumit ketika ia bertemu Pangeran Kael…
Sang pewaris baru kerajaan—dan reinkarnasi dari pria yang dulu menghabisi nyawanya.
Antara cinta dan dendam, takhta dan kehancuran…
Lyra harus memilih: menebus masa lalu, atau menghancurkan segalanya sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3-Gerbang Emas

Kael pergi. Suara sorak-sorai perlahan memudar seiring iring-iringan itu menjauh menuju Istana. Namun, pasar tidak kembali seperti semula. Semua mata tertuju pada Lyra.

​Bukan karena ia memecahkan teko, tetapi karena Pangeran Kael telah berbicara dengannya—seorang gadis rendahan—dan memberinya emas. Rasa iri, takjub, dan curiga berputar di udara.

​Lyra tidak mendengar bisikan itu. Pikirannya masih dipenuhi aura cendana dan tatapan emas gelap Kael.

​“Mata seorang yang malu biasanya tidak membawa badai seperti matamu.”

​Lyra merasakan getaran di tangannya. Kael tidak hanya melihat Lyra, gadis pasar. Ia melihat badai yang terperangkap di dalamnya—ia melihat Arvenia.

​Mengapa? Apakah jiwa Valerius benar-benar bersemayam di sana, secara naluriah mengenali jiwa yang pernah dicintainya, yang kini penuh kebencian? Atau Kael hanya seorang pria dengan indra keenam yang tajam?

​Lyra menyelinap keluar dari kerumunan, meninggalkan pecahan keramik dan koin emas di keranjangnya. Ia tidak ingin uang itu, tetapi ia tidak punya pilihan selain mengambilnya. Ia membutuhkan uang untuk bertahan hidup, dan setiap koin itu sekarang terasa seperti janji yang harus ia tunaikan.

​Ia mencari tempat sunyi, jauh di belakang gudang penyimpanan yang lembap. Lyra menjatuhkan keranjangnya, dan mengambil koin emas itu, menatap pantulan dirinya yang buram di permukaannya.

​"Valerius," bisiknya, suaranya dipenuhi racun yang tertahan selama empat bulan.

​Ia mencintai Valerius. Lebih dari takhta, lebih dari hidupnya. Dan Valerius membunuhnya karena tuduhan pengkhianatan yang sama sekali tidak dilakukannya.

​Kini, reinkarnasi dari jiwanya—atau setidaknya, pewaris takhta barunya—muncul dengan wajah baru, namun dengan tarikan familiar yang berbahaya. Kael bisa menjadi kunci untuk menghancurkan Valerius yang sebenarnya (jika ia hidup) atau untuk menghancurkan sistem yang membuat Arvenia jatuh.

​Lyra memejamkan mata, membiarkan ingatan pengkhianatan itu menjadi energi baru.

​"Aku bersumpah," ucapnya, suaranya kali ini bergetar karena tekad yang membara. "Aku akan merebut kembali apa yang menjadi milikku. Aku akan mengungkap siapa yang sebenarnya mengkhianatiku, dan siapa yang menuduhku."

​Ia menatap ke arah Istana Eteria, yang menara-menara megahnya terlihat samar di cakrawala kota.

​"Dan Pangeran Kael," Lyra menyeringai pahit. "Kau adalah kunci. Kau adalah senjata dan bencana yang akan aku gunakan untuk menghancurkan, atau menebus, semuanya."

​Ia memasukkan koin emas itu ke dalam kantongnya. Emas dari Pangeran. Senjata pertama Lyra.

​Koin emas dari Pangeran Kael terasa panas di kantong Lyra. Emas itu bukan hanya alat pembayaran; itu adalah tiket masuk dan penghinaan terakhir dari Valerius, yang kini hidup melalui sosok Kael.

​Lyra menghabiskan dua hari berikutnya merencanakan langkahnya. Sebagai Lyra, seorang gadis pelayan pasar, ia tidak memiliki akses. Tapi sebagai Arvenia, ia tahu persis bagaimana sistem Istana Eteria bekerja.

​Istana Eteria bukan benteng yang dikunci; Istana adalah sarang laba-laba yang dibangun di atas kesombongan dan kebutuhan.

​Bangsawan selalu membutuhkan barang-barang mewah. Dan di antara yang paling dibutuhkan dan paling sulit didapatkan adalah kesenangan unik—sesuatu yang tidak dimiliki bangsawan lain.

​Lyra teringat pada Nyonya Cressida, kepala penjahit Istana. Nyonya Cressida terkenal angkuh, tetapi ia sangat tergila-gila pada sulaman gaya Elirian yang sangat rumit—sebuah teknik yang hanya diajarkan kepada Putri-Putri Kerajaan di masa lalu. Arvenia menguasainya. Lyra tidak.

​Lyra menghabiskan malam itu menggali kembali ingatan ototnya. Ia mengambil kain terburuk milik Nyonya Elva dan jarum yang tumpul.

​Awalnya, tangan kasarnya bergetar. Gerakan Lyra canggung. Tetapi saat ia memejamkan mata dan membiarkan keahlian Arvenia mengambil alih, tangannya mulai bergerak dengan presisi, menghasilkan simpul dan putaran benang yang sempurna, membentuk pola Bunga Angin Elirian.

​Ketika subuh tiba, Lyra memiliki contoh sulaman seukuran telapak tangan: bukti tak terbantahkan atas keahlian yang sangat langka. Ini adalah umpannya.

​“Kau gila, Lyra,” bisik Nyonya Elva saat Lyra bersiap pergi, mengenakan gaunnya yang paling bersih, namun tetap kasar. “Mau kemana? Istana? Kau akan dilemparkan ke sel tikus!”

​“Aku akan menjual hasil sulamanku,” kata Lyra tenang. Ia tahu ini berisiko. Jika ia menarik perhatian terlalu banyak, identitasnya bisa terbongkar. Tapi ia harus mengambil risiko.

​Lyra menggunakan beberapa koin Kael untuk menyewa kereta kecil ke Distrik Bangsawan. Kereta itu berhenti di dekat Gerbang Utara, tempat para pedagang dan penyuplai Istana berkumpul.

​Jantung Lyra berdebar kencang. Ini adalah wilayahnya, tempat ia pernah bermain dan memerintah. Sekarang ia datang sebagai pengemis.

​Ia berhasil menemukan pintu belakang rumah Nyonya Cressida, yang terletak di perbatasan wilayah Istana. Penjaga gerbang mencibir Lyra.

​“Kau pikir Nyonya Cressida mau bertemu dengan sampah pasar sepertimu?”

​Lyra mengabaikan penghinaan itu. Ia mengeluarkan satu koin emas Kael, memperlihatkannya sebentar di telapak tangannya. "Sampaikan ini pada Nyonya. Dan tunjukkan sulaman ini padanya. Katakan, ini adalah Bunga Angin yang dicari dari penguasa lama."

​Penjaga itu langsung melunak melihat emas yang berkilauan. Setelah beberapa menit yang menegangkan, Lyra dipersilakan masuk ke ruang tamu yang mewah, penuh dengan kain sutra yang menumpuk.

​Nyonya Cressida muncul. Seorang wanita tua yang angkuh dengan mata elang yang langsung fokus pada sulaman di tangan Lyra.

​Matanya melebar.

​“Mustahil,” Nyonya Cressida berbisik, menyentuh sulaman itu dengan ujung jarinya yang dihiasi permata. "Teknik ini... sudah punah. Hanya Putri Arvenia yang menguasainya."

​Lyra merasakan hawa dingin. Identitasnya hampir terbongkar.

​"Teknik ini... diturunkan dari klan pengembara di Selatan, Nyonya," Lyra berbohong tanpa gentar. "Klan saya meninggal, dan hanya ini yang tersisa."

​Nyonya Cressida menatap Lyra, mencoba mencari celah. Lyra membalas tatapannya, kini bukan dengan mata Lyra yang takut, melainkan dengan tatapan Putri Arvenia yang penuh otoritas, yang tahu cara memenangkan negosiasi.

​"Aku tidak tertarik pada kisah klanmu. Aku hanya tertarik pada benang ini," kata Cressida. "Aku harus membuat jubah untuk Pangeran Kael. Dia menginginkan kemewahan yang belum pernah ada. Kau akan mengerjakannya di bawah pengawasanku. Berapa hargamu, gadis?"

​"Bukan uang," Lyra tersenyum tipis—senyum yang penuh perhitungan. "Hanya akses. Saya ingin hak untuk mengirimkan hasil sulaman saya sendiri ke dalam Istana, tanpa pemeriksaan yang ketat. Saya tidak suka perhiasan saya dipegang sembarangan."

​Nyonya Cressida terkejut, namun segera tertarik. Gadis ini bukan gadis bodoh. "Disepakati. Tetapi jika ada satu benang pun yang salah, kau akan dicambuk dan dibuang."

​Lyra mengangguk. Akses ke dalam Istana Eteria telah didapatkan.

1
Andira Rahmawati
aku kok aga bingung ya sama jln ceritanya...masih blm nyimak..
putri lindung bulan: iya maaf akan aku revisi lagi,karena masih pemula
total 1 replies
putri lindung bulan
Ketika hati hancur, dunia terasa runtuh. Namun, dari luka yang paling dalam, justru lahir kekuatan yang tak pernah kita sadari.
“Bangkit Setelah Terluka” bukan sekadar kisah tentang kehilangan, tapi tentang keberanian untuk memaafkan, bertahan, dan mencintai diri sendiri kembali.

Luka memang meninggalkan jejak, tapi bukan untuk selamanya membuat kita lemah.
Dalam setiap air mata, tersimpan doa yang tak terucap.


Cinta, pengorbanan, dan air mata menjadi saksi perjalanan hidup seorang wanita yang hampir kehilangan segalanya—kecuali harapan.

“Bangkit Setelah Terluka” menuturkan kisah yang dekat dengan hati kita: tentang keluarga, kesetiaan, dan keajaiban ketika seseorang memilih untuk tetap bertahan meski dunia meninggalkannya.

Bacalah… dan temukan dirimu di antara setiap helai kisahnya.
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Terima kasih untuk cerita yang luar biasa, tolong jangan berhenti!
putri lindung bulan: salam kenal
total 2 replies
putri lindung bulan
yang sudah baca,terimakasih ya.yuk berteman dengan ku💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!