NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita / Era Kolonial
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengalaman Mandi

Keesokan paginya.

Galuh bangun dari tidur panjangnya. Ia pikir semalam bermimpi jika menjadi seorang Gundik Belanda Tua. Nyatanya, setelah membuka mata ia melihat dirinya berada di sebuah kamar yang lain, bukan rumahnya di tahun 2025. Ia yakin jika dirinya sudah mati, entah bagaimana bisa tubuhnya bertransmigrasi ke era kolonial ini.

Lalu Galuh bangkit, menurunkan kedua kakinya yang terasa berat menapaki lantai yang terasa dingin meski hari sudah pagi. Terlihat jelas tidurnya semalam sangat nyenyak, kasur yang terasa empuk yang dilapisi seprai putih bersih itu sedikit berantakan. Suasana kamar ini sangat mewah dan tenang. Bantal-bantal yang lembut dan empuk disusun rapi di kepala tempat tidur memberi kesan damai dan rileks, sementara tirai yang tipis dan transparan menggantung di jendela, membiarkan cahaya matahari masuk dengan lembut memberikan kesan yang hangat dan nyaman pada kamar.

"Ini tidak mungkin. Aku kembali hidup di tubuh wanita gendut." Gumam Galuh masih tidak percaya dengan bentuk tubuh yang lain. Ia menatap pantulan dirinya di cermin datar yang besar seukuran tubuhnya.

Sanggul rambut yang rapi dan elegan, dengan tusuk konde yang cantik yang menghiasi rambut hitamnya. Sanggul yang khas Jawa itu menambah kesan mewah dan anggun.

Galuh memiringkan tubuhnya, terlihat pantatnya yang empuk dan lembut. Tubuh ini memiliki penampilan yang unik dan menarik, dengan wajah yang manis dan mata yang cerah, menunjukkan kepercayaan diri dan kepositifan.

Di balik kebaya yang elegan dan kemben yang ketat, wanita Jawa itu menyembunyikan hati yang kompleks. Ia menjadi gundik Belanda, menjalani kehidupan yang penuh kontras antara tradisi dan budaya Barat. Namun, di balik senyum manis dan mata lembut, tersimpan cerita tentang misi mengubah takdir dengan tekad yang kuat.

Seketika pintu terbuka lebar. Pria tua yang semalam ia lihat terlihat masuk lalu menyambutnya dengan manis. " Nyai Galuh, kamu sudah sadar ? Semalam kamu pingsan. Dokter bilang, kamu harus banyak istirahat dan mengalami amnesia ringan." ujar Edwin dengan gaya bahasa melayu. Sehingga Galuh dengan mudah mengerti apa yang diucapkan pria tua itu.

Edwin meraih tangan yang penuh lemak itu lalu membawa ke depan mulutnya. Galuh membiarkan saja pria itu mengecup punggung tangannya.

Rasa yang campur aduk, antara terkejut dan tidak nyaman. Sentuhan yang tidak terduga dan terlalu intim membuat Galuh merasa tidak nyaman lalu menarik tangannya sehingga menciptakan jarak.

"Nyai," Seolah Edwin melayangkan protes.

Galuh belum biasa diperlakukan seperti ini dengan orang lain apalagi pria tua yang sudah banyak uban dan berkumis putih.

"Eum, maafkan saya Tuan. Saya sedikit grogi." Galuh tidak punya alasan yang cukup baik untuk disampaikan.

"Grogi ?" bahasa yang asing yang belum pernah keluar dari mulut gundiknya.

Jika dirinya berada di era kolonial, berarti jiwa Galuh yang asli pasti berada di era modern yang sekarang sudah tewas. Ia memutuskan menjalani kehidupan ini meski terasa asing dan berat.

"Tuan ?" Galuh menjeda kalimatnya. Seakan bertanya siapa yang menjadi lawan bicara ini.

"Aku Edwin De Groot. Bahkan kamu lupa dengan namaku." Edwin menjadi gelisah, lalu menuntun Galuh untuk duduk di kursi. "Istirahatlah,"

Galuh mengikuti instruksi pria itu. Kelihatannya pria ini sangat baik dan kasih sayang terhadapnya begitu tulus.

"Bagaimana keadaanmu, apa memar di kepalamu masih terasa sakit ?"

"Tidak, sekarang sudah lebih baik." sahut Galuh singkat. Pikirannya terusik, bagaimana bisa gadis jawa yang gendut ini mau menikah dengan pria tua yang seusia dengan ayahnya.

"Baguslah kalau begitu. Aku sampai cemas tak bisa tidur semalam memikirkanmu."

"Gila banget!" teriak Galuh dalam diam.

Terdengar langkah beberapa pembantu masuk lalu berdiri berjajar di hadapannya. Masing - masing membawa baki berisi kebaya ganti yang mewah dan menawan, meminta Galuh untuk memilih yang mana yang mau dipakai untuk hari ini.

Galuh terkesima dengan kehidupan Gundik Belanda ini, lebih terhormat dan dimanja. Pasti ada maunya, pikirnya kemudian.

" Nyai Galuh, mandi dan berganti pakaianlah ! Ini ada beberapa hadiah yang mungkin bisa menghiburmu. Aku dan Wilda akan menunggu mu di ruang makan." lalu Edwin bangkit meninggalkan Galuh bersama para pembantu.

"Dia memanggilku, Nyai Galuh ?" Gumam wanita berusia 20 tahun itu dalam diam tidak menyangka mendapat sebutan sebagai nyai yang masih terdengar asing di telinga.

Seperginya Edwin dari kamar Galuh, para pelayan mulai bertindak. Ada yang ingin melepas kembennya ada yang menarik tusuk kondenya.

Tangan Galuh yang besar menahan tangan salah satu pembantu yang ingin menarik kembennya. "Aku bisa sendiri, tolong tinggalkan aku."

Para pembantu terkejut dan saling melempar pandang. Tidak seperti hari kemarin, sikap nyai Galuh hari ini terdengar santun dan lembut.

"Tapi, Nyai, kami harus membantu Anda untuk mandi." ujar Kasminah berusaha melayani.

"Kami takut jika dihukum tuan Edwin." sela Jumikah.

Nyai Galuh memahami situasi mereka, lalu menanggapi dengan tersenyum manis, senyuman yang jarang sekali dilihat oleh mereka. "Memangnya aku masih bayi ? Kalian cukup tunggu saja aku di sini." Lalu Galuh memilih satu kebaya ungu dan kemben berwarna hitam.

Di dalam kamar mandi.

Memakai atau melepas kebaya adalah bukan hal asing lagi bagi Galuh, karena setiap tanggal 21 April ia selalu memakai baju adat di kantor sebagai bentuk apresiasi di hari Kartini. Bedanya ini ukuran tubuhnya yang jumbo jadi agak susah saat melepas kebaya.

Kamar mandi di era kolonial ini seperti oasis kemewahan dan keanggunan, dengan perpaduan gaya Eropa dan pengaruh lokal. Kamar mandi ini juga dilengkapi dengan bak mandi besar yang terbuat dari marmer, wastafel dengan desain yang rumit, dan toilet yang dihiasi dengan detail yang halus, sehingga menciptakan suasana yang mewah dan elegan. Tidak hanya itu, dindingnya juga tinggi dan langit-langit yang berhias, menambah kesan kemewahan dan keagungan pada kamar mandi yang indah ini.

Galuh yang menempati tubuh gadis gemuk ini memiliki pengalaman mandi yang berbeda karena ukuran tubuhnya. Dia memerlukan lebih banyak waktu dan usaha untuk membersihkan diri terutama saat menggosok lipatan lemak, serta memerlukan peralatan tambahan seperti sabun yang melembutkan kulit. Andai ada shower yang lebih besar untuk memudahkan proses mandi. Sayangnya shower belum ada di era itu. Ini menjadi tantangan baginya, karena ukuran tubuhnya yang lebih besar. Namun, dengan kesabaran dan perawatan yang tepat, dia dapat menikmati pengalaman mandi yang nyaman dan menyegarkan.

Galuh keluar dengan mengenakan kebaya ungu yang terbuat dari kain sutra yang lembut dan mengkilap, memberikan kesan yang sangat elegan dan mewah. Warna ungu yang kaya dan mendalam menambahkan sentuhan kemewahan dan kecanggihan pada penampilannya membuatnya terlihat sangat anggun dan feminin.

Para pembantu sampai ternganga menatapnya.

"Kalian bisa membantuku menyanggul ?" Galuh menjeda kalimatnya menatap mereka yang langsung bereaksi mengangguk kan kepala. " Kalau begitu tolong!"

1
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!