Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 3
...Berjuang boleh, membodohi diri jangan....
...Harus tau diri dan sadar dengan realita....
࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇
Aidan terlihat resah saat menatap ponselnya, wajahnya terlihat mengerut saat ponselnya tak seperti biasanya sunyi senyap tak ada satu pesan pun yang di kirim oleh Emily.
"Ada apa kak.?"tanya Salsa yang saat ini memperhatikan wajah Aidan.
sedangkan Berlian masih menikmati hidangan yang ada di hadapannya.
"Hem gak kok, hanya saja tumben aja dia biasanya kirim pesan berbagai macam kalau saya keluar makan bersama Berlian di luar. " ucap Aidan yang terlihat menatap ponselnya.
Sedangkan Salsa yang mendengarkan jawaban dari Aidan hanya tersenyum tipis menatap Aidan.
"Mungkin Kak Emily sedang sibuk makanya gak sempat kirim pesan seperti biasanya. " ucap Salsa dengan menatap wajah Aidan dengan tatapan serius.
"Berlian, habiskan makanan mu segera setelah itu Papa antarkan kamu ke sekolah. " ucap Aidan dengan menatap lekat wajah sang putra yang masih menikmati makanan yang ada di hadapannya.
Sedangkan Salsa yang melihat bagaimana Aidan saat ini terlihat mengepalkan tangannya.
"Akan ku buat mereka menjadi milik ku dan akan hanya menjadi milik ku satu-satunya. " batin Salsa yang terlihat menatap Aidan yang masih menyantap makanan yang ada di hadapannya.
Beberapa saat kemudian mereka pun selesai menikmati semua hidangan yang ada di hadapan mereka, Aidan menatap Berlian yang terlihat begitu sumringah bersama dengan Salsa.
"Papa mau kerja, tapi Papa lebih dulu mengantar kamu ke sekolah. " ucap Aidan dengan melihat Berlian.
Berlian pun tersenyum dengan anggukkan kepala. Aidan dan juga Salsa membawa Berlian meninggalkan restoran, mereka terlihat seakan seperti keluarga yang bahagia. Akan tetapi siapa sangka bahwa kenyataannya adalah anak dan laki-laki yang ada saat itu adalah keluarga orang lain dan bukan miliknya.
Beberapa menit kemudian kini mereka telah sampai di sekolah, Salsa keluar dari mobil mengantarkan Berlian ke gerbang sekolah sedangkan Aidan masih berada di dalam mobil dengan melihat Sang putra yang memasuki gerbang sekolah.
Melihat sang putra telah memasuki gerbang kini Salsa berjalan menuju ke arah mobilnya. Salsa terlihat benar-benar berbeda dengan sang istri, nyatanya beberapa lelaki hanya satu atau dua yang bisa menjaga pandangan matanya. Mereka terpesona dengan godaan di luar dan melupakan wanita yang selalu mengurusnya.
Nyatanya 7 tahun cukup membuat dirinya merasa jenuh, apa lagi saat melihat istrinya yang hanya mampu membereskan semua pekerjaan rumah tanpa memperdulikan penampilannya. Akan tetapi gaya penampilan sederhana atau berbeda dari sebelumnya sang istri itu pun karna lelaki yang berdampingan dengannya bagaimana sang suami yang menjaga dan memperhatikannya. Tuntutan untuk tetap seperti saat awal bertemu pun harus ada sebuah dukungan.
Salsa memasuki mobil, ia melihat Aidan dengan senyuman hangat di wajahnya. Menatap dengan sorot mata yang saat ini berbeda dari sebelumnya.
"Kak Aidan... " panggil Salsa yang saat ini tangannya menyentuh kaki Aidan dengan perlahan.
"Belum terlalu siang untuk bermain sebentar. " sambung Salsa dengan menatap lekat wajah Aidan.
Aidan yang merasakan tangan yang saat ini mengusap pelan kakinya tersenyum.
"Maka jangan pernah menyesal karna telah menggoda ku...!" ucap Aidan dengan tersenyum.
Salsa yang mendengarkan jawaban Aidan tersenyum, ia melihat Aidan yang saat ini menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke hotel.