Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 29
Warren berjalan mengendap-endap dan membaca situasi di tempat itu.
"Sistem"
[Ting]
"Dimana para penjaga itu bersembunyi?"
[Mereka adalah penjaga bayangan dengan ilmu bela diri di atas tingkat 9. Sebenarnya ada satu yang bersembunyi persis 5 langkah di hadapanmu. Mereka punya ilmu bela diri dan menyesuaikan diri di tempat gelap seperti bunglon. Jangan melangkah lagi. Di depanmu juga ada jebakan!]
Warren menghela nafas panjang. Semua emas di ruang penyimpanannya sudah dia tukar dengan semua peralatan yang bisa digunakan untuk merakit granat tangan. Dia tidak punya emas lagi.
"Apa di dalam ruangan penyimpanan masih ada benda bisa aku gunakan untuk pertukaran keselamatanku?"
[Tentu saja, tuan rumah masih memiliki beberapa lukisan antik yang dicuri dari kerajaan. 10 lukisan antik itu, kalau di dunia modern satunya bisa berharga 1 miliar. Tuan rumah bisa menukarnya dengan kemampuan untuk menghindari jebakan]
"Tukar!" ucap Warren tanpa ragu.
Toh, dia berpikir kalau lukisan itu juga tidak ada gunanya untuknya. Jadi, dia akan menukarnya saja untuk kemampuan menghindari jebakan.
"Aku ingin bergerak sangat cepat, seperti flash kamu tahu, yang bergerak sangat cepat itu!"
[Tentu saja bisa, dua lukisan untuk kekuatan menghindari jebakan dan bergerak secepat kilat]
"Setuju, tukar!"
[Proses penukaran berhasil]
Dan terlihat cahaya menyilaukan dari tubuh Warren. Komandan Jagabaya yang melihat menggunakan teropong dari jarak yang jauh itu pun sangat terkejut dengan apa yang dia lihat itu.
"Apa yang terjadi padanya?" gumamnya penasaran.
Namun, kilatan itu tidak hanya membuat komandan jaga bahaya terkejut. Penjaga malam yang ada di hadapannya juga tiba-tiba muncul.
Dari balik bebatuan, tiga penjaga malam pertama muncul, tubuh mereka tertutup kain hitam pekat. Tanpa suara, mereka menerjang dengan pedang pendek berlapis racun. Warren mencondongkan tubuh sedikit ke samping, dan seolah-olah tubuhnya lenyap sejenak, pedang-pedang itu hanya menebas bayangan.
Ketiga penjaga itu cukup terkejut. Bukan hanya mereka, komandan Jagabaya yang menyaksikan semua itu dengan teropong yang ada di tangannya juga sampai ternganga. Bagaimana Wiratama bisa bergerak secepat itu. Dia bahkan tidak bisa melihatnya tadi, dan tiba-tiba saja ketiga pedang dari penjaga malam itu hanya menebas bayangan. Itu sungguh membuat Komandan Jagabaya tercengang.
Dengan gerakan cepat, Warren membalas. Satu tebasan telapak tangan bercahaya biru menghantam dada penjaga pertama, membuatnya terlempar ke dinding gua.
Brukkk
Brakkk
Penjaga malam itu memuntahkan darahh, dan langsung terkapar di tanah tak bergerak lagi.
Dua lainnya mencoba berputar, namun Warren sudah berkelebat di belakang mereka.
Srettt
Tangan kosongnya mengenai titik vital, membuat mereka tumbang dalam sekali serangan. Dan keduanya jatuh tengkurap tak bergerak.
Warren kembali melangkah maju, nalurinya mengatakan masih ada beberapa orang lagi penjaga malam. Namun dia terus melangkah.
Tiba-tiba suasana menjadi senyap. Warren berdiri waspada, namun tidak melihat apa-apa. Para penjaga malam mengaktifkan kemampuan kamuflase mereka, menyatu dengan kegelapan. Yang terdengar hanya desiran angin dan langkah samar.
Dan dalam sekejab hujan anak panah melesat dari berbagai arah. Warren yang memang sudah mengaktifkan kemampuan untuk menghindari serangan miliknya kemudian berputar, tubuhnya berpendar cahaya putih tipis. Dalam sekejap, ia sudah berpindah tempat, meninggalkan bayangan palsu yang tertancap puluhan panah. Hal itu membuat para penjaga malam yang menyerangnya menjadi semakin geram.
Dari arah lain, dua penjaga muncul dan mencoba menusukkan tombak. Warren menunduk, lalu bergerak seperti kilat ke atas, menghantam dengan tendangan berputar di udara. Kedua penjaga itu jatuh bersamaan bahkan tidak bisa bangkit lagi.
Merasa lawan mereka kali ini, cukup kuat. Tujuh penjaga tersisa menyerang bersama-sama, formasi mereka seperti jaring laba-laba, menutup semua arah gerakan. Tangan mereka mengeluarkan jurus tingkat sembilan, pukulan tenaga dalam yang mampu meretakkan batu.
Namun Warren sudah masuk ke mode penuh. Tubuhnya kini seolah menyala, setiap langkah meninggalkan kilatan cahaya. Ia bergerak begitu cepat sehingga serangan mereka hanya mengenai udara kosong. Benar-benar tidak ada satupun serangan mereka yang mengenai tubuh Warren. Mereka semakin geram. Mereka saling pandang, dan mencoba untuk meningkatkan serangan.
Namun, Warren yang memang tidak ingin menyia-nyiakan waktu karena bisa saja salah satu dari mereka sudah memanggil bantuan, dengan gerakan beruntun tanpa henti, Warren meluncur dari satu penjaga ke penjaga lain.
Satu dihantam dengan lutut ke perut.
Satu lagi dipukul mundur dengan telapak bersinar.
Dua orang dihajar secara bersamaan oleh bayangan ganda miliknya. Dia benar-benar tidak ingin membuang-buang waktu lagi karena sepertinya tadi dia melihat salah satu dari penjaga malam itu meluncurkan suar ke atas langit.
Yang tersisa mencoba kabur dengan kamuflase, tapi mata Warren berkilat, ia dapat merasakan aliran nafas mereka. Dengan satu serangan terakhir berupa pukulan kilat yang menyambar dari langit, ketiga penjaga itu tumbang sekaligus. Terpental ke tanah dan tak bergerak.
Komandan Jagabaya sampai menjatuhkan teropong yang ada di tangannya karena sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Warren untuk mengalahkan para penjaga malam yang berjaga di depan gua. Yang selama ini memang belum pernah ada pendekar yang bisa mengalahkan mereka.
Warren berdiri di depan mulut gua. Matanya berkilat tajam. Tubuhnya rileks, namun siap meledak kapan saja. Kemampuan barunya, menghindari jebakan dan bergerak secepat kilat itu benar-benar sangat berguna.
Langkah pertama Warren adalah melintasi jalur berliku yang dipenuhi perangkap. Dari ujung matanya, ia bisa melihat kilatan tipis tali senar yang hampir tak terlihat, terhubung ke anak panah beracun. Di tanah, ada lempengan batu yang jika terinjak akan memicu tombak keluar dari dinding. Warren menghirup napas dalam-dalam, lalu…
Zettt
Dalam sekejap, tubuhnya lenyap dari pandangan, hanya meninggalkan bayangan samar. Ia muncul kembali tiga meter di depan, dengan gerakan ringan seperti angin. Satu demi satu, perangkap dilewatinya dengan mudah. Senar terpotong oleh udara kosong, tombak melesat hanya mengenai bayangan kakinya, dan lubang jebakan tertinggal di belakang.
"Ternyata hanya begini saja!" gumamnya yang lantas masuk ke dalam gua dengan santainya.
***
Bersambung...