Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34# Anakku bukan anakku
Senja membawa serta rasa lelahnya dalam putaran ban mobil menuju rumah Vio.
Sejak tadi, notifikasi yang memintanya untuk segera datang masih saja berisik mengganggu pendengaran.
Jelas, kedatangannya yang paling ditunggu saat ini...mengingat kabar belakangan yang membuat grup gempar adalah tentang dirinya.
Oke. Harus ia jelaskan apa hubungan rumit antara dirinya, Arlan dan Maru? Ia terkadang bingung sendiri, cinta segi-segi berujung penyesalan kah?!
Bunyi klakson mobilnya, tak sampai 5 menit memancing si empunya rumah untuk keluar, ia melihat 3 motor terparkir juga saat Shaka menggeser pagar rumah.
Semakin saja Senja mele nguh melihat lelaki itu sudah pulang dengan stelan safari yang masih menempel di badan, ciri khas pegawai pemerintahan dan sandal jepit pink milik Vio.
Senja menyembulkan kepalanya dari celah kaca mobil, "calon bapak lusuh banget mukanya!" tawa Senja melihat Shaka yang terlihat hanya mengehkeh meladeni ucapannya.
"Masuk carport engga, Ka?"
"Bentar gue geser-geser dulu motor di dalem."
Huft, ia mandeg di depan gawang pagar yang telah terbuka lebar, tanpa sadar mengetuk-ngetuk setir seraya memperhatikan kondisi di depan sana, ada motor matic hitam milik Lula, dan dua lainnya tentu saja milik sang pemilik rumah.
Gestur Shaka yang tengah menggeser-geser motor disana cukup membuat Senja teralihkan dari pikiran lelahnya seharian ini.
"Nja, yo masuk! Pelan-pelan..." Shaka sudah berdiri bersiap menutup kembali pintu pagar, saat dirinya sudah memasukan mobil.
"Ini nanti cici datang muat parkir engga, Ka?"
Blugh! Senja turun dan menutup pintu mobil.
"Masuk. Nyempil aja nanti disitu. Kalo ngga nanti dia suruh parkir aja di atap." Tunjuknya di belakang mobil Senja.
"Hallo everybodyyy!" serunya masuk menenteng kunci mobil dan tasnya lelah. Terlihat jelas gurat kelelahan dan mumet itu di wajah wanita kantoran ini.
Senja memendarkan pandangannya ke segala arah, menemukan Nalula yang sudah merambah dapur, Vio yang duduk di atas karpet sambil nyemil keripik balado, "Njaaa! Akhirnya dateng juga lo!"
"Biang rusuh, yang kalo udah bikin geger terus pergi. Nyebelin! Gue ngga bisa tidur tau, mikirin lo, Arlan sama Maru yang ci pokan..." omel Vio tanpa sensor padanya yang hanya mengulas senyuman nyengir, macam anak sd kepergok nyontek.
Tak lama Mei muncul dari kamar mandi, menularkan senyum lebarnya, "ciee wanita karir baru balik kantor nih!" godanya merapikan rambut yang ia ikat satu dengan pita pink. Aura pengantin baru masih sumringah aja!
"Gue udah ngga sabar, yok cerita...cepet!" desak Vio.
"Jangan dulu nanya kek Vio ih. Laper gue, aus...ngga liat ini gue udah dehidrasi gini, muka gue melorot seharian ketemunya komputer, mesin print, mesin foto copyan, ketemu muka-muka kusem orang kantor yang pengen banget gue sikat pake sikat wesee..." Senja langsung duduk di samping Vio dan mencomot kue bawaan Mei yang masih berada di dalam wadahnya.
"Delivery baso ngga sih ini, kita?!" tanya Lula yang membawa sepiring cemilan lain.
"Boleh kalo mau."
"Sayang hape aku tolong dong, ada nomor si mas Bejo...biar dipanggil kesini aja..." ucap Vio pada Shaka yang baru saja masuk ke rumah.
"Emang hari ini jualan, dia?" pertanyaan yang mungkin receh dan tak berarti apapun, namun bagi Senja...cukup paham, kalau Vio tak bisa untuk tak merecoki Shaka setiap waktunya. Senja bahkan terkekeh renyah mendapati kenyataan Shaka bucinnya Vio itu.
Ia berdecak, "Vi, harus banget ya lo nyuruh-nyuruh begitu sama laki? Shaka laki lo loh, by the way..." Senja merotasi bola matanya yang membuat Vio terkekeh, "mumpung posisinya dia lebih deket sama hape gue, males berdiri guenya, Nja."
"Loh, eonni...datang pake apa? Dianter bang Jing?" ia menunjukan gestur kagetnya saat menyadari jika Mei turut duduk mengapitnya.
Seperti biasa, si kordes bucin itu tak akan sampai membiarkan Mei bergerak sendiri, kalo bisa jika harus menjadi tangan dan kaki Mei...mungkin akan Jingga lakukan.
Mei mengangguk, "biasa lah. Ntar baliknya dia jemput.."
"Ngga ilang-ilang bucinnya. Lula aja yang anteng, ya La? Apa-apa ngga mesti ditempelin Zaltan." Decak Senja membayangkan betapa, Vio dan Mei risih ditempeli terus pasangan, "sekali-kali lo berdua kabur gitu yang jauh. Pengen liat gue kalo Shaka sama Jingga kelimpungan ngga ada guling hidupnya."
Bukan Vio atau Mei, namun Lula yang mendengus geli.
"Si Zal ngga bisa nempel berhubung mesti ke luar kota, Nja. Kalo ada sih sama aja...beda sama Maru." Celetuk Shaka ikut bergabung menyerahkan ponsel Senja.
Dan celetukan Shaka itu mulai memancing riak air yang awalnya tenang itu.
"Hallo mas Bejo...bisa ngga?"
****
Disini mereka, rumah Shaka dan Vio dengan menggenggam masing-masing mangkok basonya. Syua pun sudah hadir 10 menit yang lalu, sama halnya Senja...gadis sipit ini pun baru saja pulang dari kantornya.
Hidup memang tak dapat ditebak kemana arah arusnya. Disaat yang lain telah menemukan pelabuhannya, ada yang masih begitu berusaha dengan pekerjaan dan kesendiriannya saja untuk saat ini, termasuk Senja dan Syua. Dan kedua independent women itu masih mengerumuni mas Bejo di depan gerobaknya.
"Buruan deh, Nja...ngga usah ngulur-ngulur waktu buat jelasin..." Si bumil ini jadi begitu rese dan tak sabaran jika menyangkut masalah rumit percintaan seseorang dengan alur persis drama korea. Seolah hidup orang lain adalah hiburan untuk hidupnya yang tak lagi seadrenalin dulu.
"Gue makan dulu lah Vi...takut keselek ceritanya kalo masih makan. Baso gue pedes soalnya..." kilahnya.
"Bener-bener ngga nyangka gue, Nja..Nja..." Syua telah bergabung setelah urusannya dengan cuka, sambal dan kecap selesai.
"Nih orang bertiga emang bikin kita semua kecolongan banget. Tau-tau udah rumit aja, persis bola kusut." Oceh Shaka.
Nalula terkekeh diantara kunyahannya, "bisa banget disikat langsung dua begitu personel 21, Nja...oh Nja."
"Lo tau Nja? Maru bilang apa waktu pesta bujang Jingga?" terlihat betul wajahnya yang berapi-api menjelaskan. "Dia nitip anak sama lo." Ucapan itu lolos begitu saja dari mulut ember Shaka yang seolah sedang mengulang rasa keterkejutan mereka malam itu.
Bukan hanya Senja, namun Vio ikut tersedak kuah bakso mercon miliknya.
"Hah?! Asli?!" Nalula melotot, sementara Shaka masih sibuk memberikan minum pada bumil gembulnya itu.
"Nja?" Tatapan syok sekaligus meneliti dilemparkan Syua, sementara Mei hanya tertawa kecil sebab Jingga sudah mengatakan sebelumnya.
"Shhh!" Senja menggaruk keningnya mendadak kurap, harus ia katakan apa dengan sifat Maru yang satu itu, yang jika berucap seringnya itu setengah jalan. Setengah ia kemukakan di udara, setengah nyangkut di tenggorokan dan ia pilih telan kembali, memancing orang lain untuk selalu salah paham.
"Anak yang ada di otak kalian beda dengan persepsi anak versi gue sama Maru." Sejenak ia tak lagi naf suu memakan baso miliknya. Shaka sih, ah!
"Masih inget ngga boneka beruang yang waktu itu dikasih Maru buat gue, di posko?" kini Senja mulai bercerita panjang lebar awal mula keruwetan, benang kusut yang semakin bergulir jadi bola bekel ini.
"Inget..." angguk Mei dan Vio.
Dan Shaka yang tertawa lebih kencang dibanding yang lain, "ya itu, gue iseng-iseng kasih nama dia, Jojo. Gue iseng juga, anggap dia anak gue soalnya sering beli set baju teddy bear...eh ternyata, Maru malah sama isengnya, gue pikir ya karena iseng aja, buat hiburan..."
"Sama gilanya lebih tepatnya." Sembur Shaka. Apa kabar dengan gelak tawa mereka sekarang yang sampai keluar air mata diantara pedasnya kuah baso.
"Anakku bukan anakku..." Mei bahkan sudah mengusap ekor matanya.
"Asli ih, ngga nyangka sumpah." Geleng Vio, "tapi otak gue dipaksa percaya, kalo Senja orangnya."
"Orang tuh kalo udah jatuh cinta kadang otaknya suka geser gitu, ya?" ringis Syua tak habis pikir.
"Terus lo sama Arlan gimana?" tanya Nalula.
"Ya Arlan mundur lah..." celetuk Shaka lagi membuat Senja cukup tertohok dengan kenyataan itu. Kenyataan jika faktanya, Arlan...
"Nah loh, Nja. Jangan sampe nanti lo jadi penyebab kkn 21 bubar...anak orang tuh! Lo gituin..."
"Jangan gitu dong Vi, masa iya mesti gue pacarin dua-duanya?!"
"Ya lo racun aja dua-duanya kalo gitu, beres." Celetukan Shaka itu...memang ada benarnya, tapi percayalah, saat ini Senja ingin sekali menampol kepala calon bapak ini dengan sandalnya.
.
.
.
.
demi cinta.....poor Maru....😍😍😍😍