Area ehem ehem! Yang bocil harap Skip!!!
Bagi Candra, sang Casanova, tidak ada perempuan yang bisa dia ajak serius untuk menjalin suatu hubungan setelah merasa hidupnya hancur karena perceraian sang ayah dan ibunya.
Perempuan bagi Candra adalah miniatur, pajangan sekalian mainan yang hanya untuk dinikmati sampai tetes terakhir.
Namun, kehadiran Lila, seorang gadis yang kini menjadi adik tirinya, membuat dia harus memikirkan ulang tentang cinta. Cinta dan benci hadir bersamaan dalam indahnya jalinan kasih terlarang.
Lalu bagaimana jika larangan itu tetap dilanggar dan sudah melampaui batas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Step Bro?
"Selamat datang, Kalila. Ini rumahmu juga sekarang dan semoga kamu betah ya tinggal di rumah Papa."
Kalila menyambut sambutan dari ayah barunya itu dengan senyum hangat. Mama Belina sekarang sudah berangkulan dengan papa Mahesa. Ketiganya masuk ke dalam rumah megah itu dengan sukacita.
"Ini kamarmu, bagaimana, kamu suka?" tanya papa Mahesa lagi setibanya mereka di depan sebuah kamar luas yang sekarang pintunya sudah terbuka itu.
"Wah ... Gede banget. Makasih ya Oom, eh, Pa." Kalila tersenyum malu.
"Kalila ..." Mama mencoba mengingatkan putrinya yang sepertinya belum terbiasa dengan panggilan papa kepada Mahesa.
"Gak apa kok, nanti juga Kalila akan terbiasa. Bukan begitu, Kalila?"
Kalila mengangguk. Ia memang belum terbiasa memanggil ayah tirinya itu dengan sebutan papa, tapi ia pasti akan mencobanya.
"Oh iya, kata Mama, Papa punya anak juga ya?" tanya Kalila antusias.
Wajah Mahesa seketika jadi keruh, setidaknya begitu dalam pandangan Kalila atau mama Belina saat ini.
"Ada, Kalila. Namanya Candra. Nanti kamu akan bertemu dengannya. Sekarang, dia sedang di luar."
Kalila, menganggukkan kepalanya. Ia tidak sabar mau bertemu kakak tirinya itu. Entah seperti apa rupanya.
"Kalo gitu, sekarang, kamu istirahat dulu ya, Kalila. Papa dan Mama akan pergi ke perusahaan. Perusahaan sekarang sedang ditinggalkan Candra, jadi Papa gak bisa tinggal di rumah dulu. Sekalian, Papa mau memperkenalkan secara langsung Mama kamu ke semua bawahan Papa."
"Oke, Pa. Semoga hari Papa dan Mama menyenangkan ya. Aku mungkin akan membereskan sedikit barang yang masih berantakan," sahut Kalila riang. Papa Mahesa tersenyum lantas mengangguk. Ia suka dengan anak tirinya yang ramah dan ceria itu. Sungguh energinya positif sekali.
Berbeda dengan Candra yang keras kepala dan sukanya bikin onar.
Kalila masuk, diikuti Sweety yang sudah berada di atas ranjang empuknya. Kalila menjawil hidung Sweety dengan gemas.
"Enak ya, Sweety, jadi orang kaya. Ah, semoga kakak tiriku orangnya juga sebaik papa Mahesa," ujar Kalila kepada Sweety yang hanya memandangnya dengan malas.
Jiwa kucing sultannya mulai menguasai semenjak ia menjejakkan kaki empatnya di lantai rumah papa Mahesa.
Kalila mulai membereskan beberapa peralatannya yang masih berantakan. Ia ingin menata kamar itu sesuai dengan selera dekornya.
Saat sedang membuka jendela kamar, ia melihat sebuah mobil sport keluaran terbaru masuk ke pekarangan rumah yang luas lalu menghilang di balik garasi.
Kalila tidak terlalu tertarik sebab mobil seperti itu memang menjadi benda biasa yang dimiliki oleh orang kaya.
Eh, tapi tunggu dulu, siapa pemiliknya? Bukannya, papa Mahesa tidak memakai mobil sport? Dan lagi pula, papa Mahesa baru saja pergi dengan mamanya ke perusahaan.
Menerka-nerka siapa kiranya pemilik mobil mewah itu, membuat Kalila jadi sakit perut. Ia segera pergi keluar kamar, tergopoh-gopoh menuruni tangga melingkar tapi di pertengahan jalan, ia berhenti.
Bukannya kamar luasnya memiliki kamar mandi juga? Kalila mengutuk Sweety berikut bulu belangnya karena kebodohannya sendiri saat ini. Ia segera kembali menapaki tangga dan terburu-buru masuk lagi ke kamar dan langsung ke kamar mandi tanpa menutup pintu kamarnya terlebih dahulu lagi.
Cukup lama Kalila bersemedi di dalam kamar mandi karena panggilan alam yang datang tiba-tiba sampai ia mendengar langkah derap kaki di kamarnya. Mendekat ke kamar mandi yang masih tertutup dengan dia di dalamnya.
"Siapa ya? Toiletnya masih dipake, kalo udah kebelet, ke bawah aja," ujar Kalila setengah berseru.
Tak ada jawaban. Tapi ia masih bisa mendengar suara langkah kaki itu di dalam kamarnya. Kalila jadi takut, bagaimana kalau itu orang jahat yang akan bertindak tak senonoh kepadanya.
Maka setelah selesai dari urusan perut sakit, Kalila segera keluar dari kamar mandi. Namun, setelah keluar, tak ditemukannya lagi suara derap langkah kaki.
Apa rumah itu ada hantunya? Kalila bergidik ngeri. Benar-benar misteri yang harus segera dipecahkannya!
Kalila yang penasaran akhirnya pergi ke luar kamar, dan ia melihat kamar yang bersebrangan dengan kamarnya kini dalam keadaan terbuka.
Kalila mengerutkan kening, siapa yang sudah membuka pintu itu. Ia yang jiwa penasarannya sama seperti detective Conan, segera melangkah ke sana dengan hati-hati.
Pintu yang terbuka itu tak ada orangnya. Tapi baru saja Kalila hendak berbalik, ia mendengar suara seseorang. Suara yang rasanya tak asing. Cukup menyebalkan untuk didengar.
"Siapa lo?!"
Kalila menoleh, pandangannya dengan lelaki berambut gondrong itu bertemu. Lelaki itu hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Rambutnya masih setengah basah, nampaknya ia baru saja selesai mandi.
Tatapan tajam penuh selidik, seolah Kalila adalah penyusup. Tidak, bukannya dia yang penyusup dan demi Sweety yang sekarang sudah jadi kucing sultan, Kalila masih ingat dengan lelaki di depannya itu. Bukannya itu pria menyebalkan yang ia kira adalah tamu di acara perkawinan mamanya kemarin?
"Hei, lo lagi?!" Pria itu mendekat, Kalila jadi mundur beberapa langkah. Kenapa pria itu jadi berkali-kali menakutkan dari kemarin saat ia kebelet mau buang airkecil?
"Kamu yang siapa?!"
Kalila gelagapan, tapi tetap mencoba mencari keberanian dengan bertanya sedikit keras kepada lelaki berhanduk itu.
"Ini rumah gue!" hardik pria itu membuat tenggorokan Kalila tercekat. Ia menoleh, melihat foto besar di dinding bercat putih itu.
Laksmana Candrakumara?
Kalila rasanya mau pingsan, saat ia terkenang tadi ayah tirinya sempat mengatakan nama panggilan anaknya. Candrakumara.
Kepala Kalila jadi pening, jadi lelaki congkak nan arogan dan berambut gondrong ini adalah kakak tirinya? Kakak tiri yang ia kira ramah dan sehangat papa Mahesa?
"Maaf, Mas Candra. Aku gak tahu kamu adalah anak papa Mahesa."
Mendengar Kalila menyebut ayahnya begitu, Candra seketika sadar siapa gadis menyebalkan itu. Gadis yang ternyata adalah adik tirinya. Candra segera menunjuk pintu dengan jarinya.
"Keluar!" titahnya.
Kalila masih terdiam di tempatnya berdiri. Ia sibuk menyamakan informasi. Bukankah mamanya bilang anak papa Mahesa sedang di Bali?
"Hei, tunggu apalagi? Keluar!"
Kalila tersentak, ia memandang kesal kepada Candra yang masih menatapnya bengis. Tapi ia masih saja menoleh ke arah Candra yang sudah menatapnya jengah.
Sampai Kalila tidak sadar ia sudaj hampir tiba di depan pintu dan ia salah, terlalu menyamping hingga membuatnya terpental karena menabrak dinding.
Candra menatap gadis itu berang, ia segera mengangkat tubuh Kalila yang mungil dan membawanya keluar lalu menutup pintu, lebih tepatnya membanting pintu itu.
Kalila yang keningnya masih sakit jadi hilang mood dan berdecak kesal hendak menyuarakan protes. Namun, ia akhirnya lebih memilih kembali ke kamarnya sendiri.
"Dasar orang-orangan sawah!" desis Kalila kesal lalu membanting tubuhnya sendiri di atas ranjang. Kakak tirinya ternyata tak sesuai ekspektasi. Kalila melambaikan tangan ke kamera, ia ingin menyerah, atau kalau bisa, tukar guling saja kakak tirinya yang keras kepala itu dengan produk patung cina.