Tiga tahun Arunika rela menjadi istri yang sempurna. Ia bekerja keras, mengorbankan harga diri, bahkan menahan hinaan dari ibu mertua demi menyelamatkan perusahaan suaminya. Namun di hari ulang tahun pernikahan mereka, ia justru dipaksa menyaksikan pengkhianatan paling kejam, suami yang ia cintai berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Diusir tanpa belas kasihan, Arunika hancur. Hingga sosok dari masa lalunya muncul, Rafael, pria yang dulu pernah dijodohkan dengannya seorang mafia yang berdarah dingin namun setia. Akankah, Rafael datang dengan hati yang sama, atau tersimpan dendam karena pernah ditinggalkan di masa lalu?
Arunika menyeka air mata yang mengalir sendu di pipinya sembari berkata, "Rafael, aku tahu kamu adalah pria yang kejam, pria tanpa belas kasihan, maka dari itu ajari aku untuk bisa seperti kamu!" tatapannya tajam penuh tekad dan dendam yang membara di dalam hatinya, Rafael tersenyum simpul dan penuh makna, sembari membelai pipi Arunika yang basah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. siapa penculik Arunika?
Rafael sudah tahu Arunika hilang bahkan sebelum Marco selesai bicara. Amarahnya meledak, tapi wajahnya tetap tenang, seperti predator yang menyembunyikan taringnya. Ia berdiri di tengah ruang bawah tanah, memberi perintah singkat namun menggetarkan seluruh pasukannya.
“Kerahkan semua jaringan. Jangan sisakan satu celah pun, cari dia sampai dapat! Jika tidak..." Rafael mencengkram kerah kemeja Marco, "kau yang akan mati!" Rafael menghempaskan tubuh Marco begitu saja terhuyung kebelakang hampir saja terjengkal.
Dalam hitungan jam, dunia bisnis berguncang. Rafael menyerang duluan. Saham milik Roman diguncang, pemasok diambil alih, kontrak vital diputus. Gudang-gudang Andrian terbakar malam itu juga. Semua musuhnya dikepung tanpa sempat bernapas. Roman dipanggil paksa ke sebuah ruangan pertemuan, dikelilingi bodyguard Rafael. Ia masuk dengan wajah murka, tapi matanya jelas menyimpan rasa takut.
“Aku memang ingin gadis itu mati,” ucap Roman, nada suaranya penuh tekanan. “Tapi bukan tanganku ... kau tahu aku tidak sebodoh itu ... menyentuhnya sama saja menggali kuburku sendiri.” teriak Roman lantang.
Rafael menunduk sedikit, menatapnya dengan mata gelap. “Kau beruntung kalau benar begitu. Tapi jika aku temukan satu bukti kau berbohong…” ia berhenti sejenak, suaranya seperti bisikan maut, “aku akan menenggelamkanmu bersama seluruh keluargamu.”
Zhilo pun jadi target, dalam semalam, Rafael mengirim pasukan untuk memburu adik Roman itu. Zhilo bersama dengan Archilo bersembunyi, berpindah-pindah tempat, tapi tak ada celah yang bisa menyelamatkannya dari bidikan Rafael.
Andrian juga tak luput, bisnisnya yang baru bangkit kembali hancur hanya dalam dua hari. Investor kabur, gudang kosong, distribusi lumpuh. Semua orang tahu, Rafael sedang mengamuk, dan siapapun bisa jadi korban.
Namun, meski seluruh kota diguncang, ada satu hal yang membuat Rafael semakin gelap. Untuk pertama kalinya, ia tidak bisa menemukan jejak Arunika. Semua CCTV, semua jaringan bawah tanah, semua orang-orang tak bisa memberikan bukti semua tentang Arunika. Seolah seseorang yang jauh lebih kuat sudah lebih dulu bergerak.
Arunika merasakan mobil berhenti mendadak. Jantungnya berpacu liar, tangannya mencengkeram tas kecil di pangkuannya. Begitu pintu terbuka, cahaya lampu jalan menyambar matanya, menyilaukan sesaat.
“Turun,” suara berat terdengar.
“Aku tidak mau! Siapa kalian?!” Arunika berusaha menahan tubuhnya di kursi, kakinya menendang udara. Namun genggaman kasar menarik lengannya dengan paksa. Dia berusaha melawan, menendang, bahkan menggigit tangan salah satu pria bertopeng yang mencoba menariknya.
“Lepaskan aku!”
Dugh!
Sebuah pukulan mendarat keras di pelipisnya. Pandangannya langsung berkunang, dunia seakan berputar. Napasnya tercekat, tubuhnya kehilangan kekuatan.
“Cepat, bawa dia masuk. Jangan sampai membuat Boss menunggu. Satu lagi ... jangan buat luka lebih dari ini, jika tidak kalian akan mati!"
Pintu besi berderit keras saat dibuka, kemudian ditutup kembali dengan suara menggaung. Tubuh Arunika dilemparkan begitu saja ke lantai kasar.
Sementara itu, di ruang bawah tanah, Rafael duduk di kursi besi, tangan kirinya mengepal di atas meja, wajahnya menunduk.
Marco masuk dengan wajah tegang.
“Tuan … ada sesuatu, mobil yang membawa Nyonya terdeteksi sebentar di jalur utara. Setelah itu … hilang dan rekamannya terhapus. Bersih sekali ... hanya ada satu orang yang bisa melakukannya. Dan sepertinya Anda tahu siapa orangnya,"
Rafael menegakkan tubuh, matanya dingin menusuk. “Katakan!”
Marco menelan ludah, saat melihat tatapan Rafael seperti malaikat maut,
“Orang itu … satu-satunya yang bisa melawan Anda.”
"Tidak mungkin ... " gumam Rafael pelan, tapi dia bangkit dari kursinya dengan kasar.
"Periksa seluruh tempat yang dikunjunginya dalam bulan terakhir ini. Periksa juga kapan terakhir dia berada di Jepang." Marco mengangguk langkahnya tergesa pergi meninggalkan ruang bawah tanah itu.
Salam sehat ttp semangat... 💪💪😘😘
Salam kenal Thor.. 🙏🏻
mikir nihh