Bunga yang pernah dikecewakan oleh seorang pria, akhirnya mulai membuka kembali hatinya untuk Malik yang selama setahun terus mengejar cintanya. Ia terima cinta Malik walau sebenarnya rasa itu belum ada. Namun Bunga memutuskan untuk benar-benar mencintai Malik setelah mereka berpacaran selama dua tahun, dan pria itu melamarnya. Cinta itu akhirnya hadir.
Tetapi, kecewa dan sakit hati kembali harus dirasakan oleh Bunga. Pria itu memutuskan hubungan dengannya, bahkan langsung menikahi wanita lain walaupun mereka baru putus selama sepuluh hari. Alasannyapun membuat Bunga semakin sakit dan akhirnya memikirkan, tidak ada pria yang tulus dan bertanggungjawab di dunia ini. Trauma itu menjalar di hatinya.
Apakah Bunga memang tidak diizinkan untuk bahagia? Apakah trauma ini akan selalu menghantuinya?
follow IG author : @tulisanmumu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jelita
Hari- hari berlalu. Sudah dua bulan sejak pertemuan terakhirnya dengan Malik. Kehidupan Bunga kini hanya seputar rumah dan rumah sakit. Pada hari libur sesekali Bunga pergi untuk naik gunung dengan metode tek-tok. Maksudnya adalah mendaki gunung dengan cara pergi-pulang atau sekali jalan dalam satu hari, tanpa bermalam ataupun berkemah. Selain mendaki gunung, ia juga sering mengikuti kegiatan offroad untuk mengisi waktu liburnya. Bunga benar-benar menghabiskan waktunya sebaik mungkin, menggeluti hobi lama yang sempat terhenti karena kesibukan pendidikan dulu. Semua kegiatan ia lakukan agar bisa melupakan masalah yang ia hadapi.
Hari ini Bunga pulang sedikit lebih cepat karena tak banyak pasiennya walaupun ini adalah hari senin. Bunga berencana ingin cepat tidur karena dirinya sangat lelah. Kemarin ia baru saja melakukan pendakian tek-tok ke gunung Parang yang ada di Provinsi Jawa Barat.
Di jalan, Bunga mampir ke sebuah minimarket untuk membeli pembalut karena persediaannya di rumah sudah habis. Setelah memarkirkan mobilnya, Bunga turun dan masuk ke dalam minimarket.
Setelah mendapatkan pembalut yang biasa ia pakai, Bunga juga mengambil beberapa cemilan untuk simpanannya di dalam kamar. Seperti biasa, setiap masa periodenya datang, Bunga akan lebih sering untuk makan cemilan. Beberapa makanan ringan, susu UHT rasa coklat yang menjadi favoritnya, dan beberapa biskuit turut masuk ke dalam keranjang belanjanya. Dirasa cukup, Bunga berjalan menuju ke kasir untuk membayar belanjaannya.
Tiba dikasir, Bunga mendapati seorang gadis kecil yang mungkin berumur 3 tahun sedang membayar es krim miliknya. Bunga melihat sekeliling dan tak menemukan orang dewasa di dalam selain dirinya dan kasir. Dimana orang tua gadis ini, pikir Bunga. Kenapa ceroboh membiarkan anak kecil sendirian. Bagaimana jika ada yang ingin menculiknya.
"Cantik, kamu sama siapa kesininya?" Bunga yang tidak tahan akhirnya bertanya kepada gadis kecil itu.
"Sama Mbak Ane, Tante," jawabnya dengan suara yang sangat lucu menurut Bunga. Gadis itu memakai dress dibawah lutut, berwarna dasar kuning dengan corak bunga-bunga. Rambutnya yang panjang dan ikal di kepang dua. Sangat lucu dan cantik di mata Bunga.
"Mbak Ane nya dimana?" tanya Bunga lagi.
"Ke toilet, sakit perut katanya," jawabnya lagi dengan nada khas anak kecil.
"Harganya sepuluh ribu lima ratus, Dek," ucap kasir sambil memberikan es krim milik gadis itu. Tampak gadis itu memberikan uang pecahan dua puluh ribu pada sang kasir.
"Kembaliannya ini, ya," ucap si kasir lagi sambil memberikan uang kembalian dan struk belanja.
"Terima kasih."
Bunga kembali tersenyum melihat tingkah lucu gadis ini. Bunga bergeser sedikit untuk menaikan keranjang belanjaannya ke atas meja kasir.
"Nama kamu siapa, cantik?" tanya Bunga penasaran.
"Jelita, Tante," jawab gadis itu dengan senyuman yang sangat manis. Bunga juga baru sadar kalau ternyata gadis kecil ini memiliki lesung pipi di kedua pipinya.
Untuk seusia Jelita, gadis kecil itu sangat pintar. Terlihat selesai membayar tadi, ia masih berdiri di dekat meja kasir, tanpa berlari-larian seperti yang biasa dilakukan oleh anak seusianya.
"Rumahnya dekat sini?" tanya Bunga lagi.
Gadis kecil mengangguk.
Bunga telah selesai membayar belanjaannya. Ingin rasanya ia segera pergi, namun rasa tak tega meninggalkan gadis itu sendirian lebih besar. Bagaimana jika ia diculik? Petugas minimarket pasti tidak selalu bisa memantau karena mereka juga sibuk dengan pekerjaannya. Akhirnya Bunga memutuskan untuk menemani Jelita.
"Kita tunggu Mbak Ane nya disana, yuk," ajak Bunga sambil menunjuk kursi tinggi yang ada di dekat pintu masuk.
Jelita mengikuti langkah Bunga menuju tempat yang ditunjuk tadi. Karena kursinya yang tinggi, Bunga membantu Jelita dengan mengangkat gadis itu agar bisa duduk. Dirasa sudah aman, Bunga kemudian duduk di sebelahnya.
"Namanya Tante, siapa?" tanya Jelita.
"Nama Tante, Bunga. Bunga Jelita," jawab Bunga pelan. Senyum tak luntur sejak tadi dari bibirnya.
“Nama kita sama!” seru Jelita. Kedua matanya berbinar, jelas menunjukkan betapa senangnya ia bertemu seseorang dengan nama yang sama.
“Iya, nama kita sama,” jawab Bunga lembut, matanya menyiratkan kehangatan.
"Kata Papa, Papa suka dengan nama Jelita. Papa bilang, Papa kenal dengan perempuan yang namanya Jelita. Dia pintar, baik, dan cantik juga," jelas Jelita.
"Mungkin itu Tante," jawab Bunga asal. "Ini es krimnya mau makan sekarang apa dirumah?"
"Sekarang," jawab Jelita.
Bunga merasa sangat senang bisa bertemu dengan Jelita. Selain anaknya yang cantik, imut, dan pintar, entah kenapa dia merasa nyaman dekat dengan gadis kecil itu.
Bunga membantu Jelita membuka bungkusan es krimnya. Tampak wajah lucu Jelita yang sangat menunggu Bunga membuka bungkusannya.
"Makasih, Tante," ucapnya kala Bunga memberikannya es krim rasa coklat yang telah dibuka itu.
Bunga hanya tersenyum menanggapinya. Sesekali ia melihat ke arah pintu belakang, dimana letak toilet berada.
"Mbak Ane nya lama, ya?" tanya Bunga yang penasaran.
"Tadi katanya sakit perutnya. Mbak Ane makan seblak level 10," jawab Jelita.
Jelita yang sedikit berantakan makan es krimnya terlihat semakin lucu di mata Bunga. Ia mengambil tisue basah yang selalu ia bawa dalam tasnya.
"Tante bersihkan dulu mulutnya,” izin Bunga.
Jelita menghentikan sejenak dari makan es krimnya, dan mencondongkan sedikit badannya ke arah Bunga yang sedang membersihkan mulutnya.
"Terima kasih, Tante."
"Sama-sama."
"Maaf Mbak Ane lama ya, Ta."
Bunga dan Jelita menoleh ke belakang, ke arah asal suara wanita yang datang tiba-tiba.
"Mbak Ane lama. Jelita makan langsung es krimnya," jawab Jelita dan ternyata es krimnya telah habis.
"Ya maaf. Perut Mbak sakit banget tadi." Mbak Ane menjawab dengan mikik penyesalan sambil memegang perutnya. "Eh ini..."
"Saya Bunga. Saya menemani Jelita, takutnya ada orang jahat," ujar Bunga yang paham maksud Mbak Ane.
"Oh iya, terima kasih ya, Mbak sudah mau menemani Jelita. Perut saya sakit sekali tadi," ucap Mbak Ane tak enak. Ia takut orang lain akan berpikir ia akan menelantarkan anak majikannya itu.
"Tak apa. Saya pamit dulu. Jelita, Tante pulang dulu, ya. Semoga lain kali kita bisa ketemu lagi." Anaya mengelus pelan kepala gadis kecil itu.
"Iya Tante. Telima kasih udah nemanin Jelita."
Bunga tersenyum dan tak lama ia segera meninggalkan minimarket itu.
Ia melajukan kembali mobilnya menuju rumahnya. Sepanjang jalan ia tersenyum mengingat kebersamaan sebentarnya bersama Jelita tadi.
"Imut sekali."
****
Terima kasih sudah mau mampir ya. Jangan lupa tinggalkan jejaknya 🫶🏻🫶🏻
Semoga masih ada harapan Bunga kembali ke Fadi
Mama nya Jelita hamil dengan orang lain dan Fadi yg menikahi nya
Jelita bertemu dengan tante Bunga di IGD & Bunga tidak menyangka kalau papa Jelita adalah Fadi sang mantan.
2 mantan berada di IGD semua dengan kondisi yang berbeda