NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

berita mengejutkan

Di tengah kemeriahan pesta, Laura terkejut bukan main. Ia bertemu dengan pria yang selama ini berusaha ia hindari seumur hidupnya.

Jantungnya berdetak kencang tak terkendali, wajahnya pucat pasi seperti mayat hidup, dan tangannya mulai bergetar hebat.

Rasa takut dan trauma bertemu kembali dengan pria yang telah merenggut malamnya menjadi pukulan yang sangat kuat bagi dirinya. Ia merasa seperti terhempas ke dasar jurang yang gelap dan dingin.

"Laura, ayo kita harus duduk ke kursi kita. Sudah waktunya mulai sesi makan," ucap Aunty Grace, menyentuh lengan Laura lembut dan mengajaknya duduk di kursi yang sudah disediakan untuk mereka di pesta itu.

Laura tersentak kaget, matanya membulat dengan tatapan kosong dan ketakutan. Ia tidak mendengar apa yang dikatakan Aunty Grace, pikirannya masih terpaku pada sosok pria yang telah menghancurkan hidupnya.

"Ada apa denganmu, Laura? Kau terlihat pucat?" tanya Aunty Grace khawatir, memperhatikan perubahan drastis pada wajah Laura.

"A'ah... aku tak apa, aunty. Aku akan ke kamar kecil dulu," jawab Laura gugup, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Ia kemudian berjalan cepat keluar dari ruangan pesta.

*

Laura berjalan sedikit berlari, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia pergi ke kamar mandi yang ada di lantai bawah, mencari tempat untuk menenangkan diri dan melarikan diri dari kenyataan pahit ini.

Dirinya merasa ketakutan yang luar biasa, seolah ada monster yang mengejarnya.

Ia tidak menyangka akan bertemu dengan pria yang menghabiskan malam bersamanya di sini, di tempat yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan.

Laura sudah berusaha pergi sejauh mungkin, mencoba melupakan masa lalunya dan membangun kehidupan yang baru.

Entah apa yang harus ia lakukan saat ini, yang jelas Laura hanya ingin menghindari pria itu agar tidak berpapasan dengannya lagi.

*

Laura pun sampai di toilet lantai bawah, ia membuka kran air di wastafel dengan segera dan membasuh mukanya dengan air dingin. Ia berharap air itu bisa menyegarkan pikirannya dan meredakan rasa takutnya.

"Tenanglah Laura. Tenangkan dirimu. Kau akan baik-baik saja," gumam Laura di depan cermin, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Namun, bayangan pria itu terus menghantuinya, membuatnya semakin ketakutan.

Tangannya masih bergetar hebat dan jantungnya masih berdetak cepat saat ia mengingat kembali tatapan pria itu kepadanya tadi. Tatapan yang penuh dengan misteri dan seolah menyimpan sesuatu yang ingin ia sampaikan.

Laura yang merasa kepalanya mulai sedikit pusing dan berat akhirnya berencana untuk langsung pulang ke rumah, meninggalkan pesta yang masih berlangsung.

Ia akan menghubungi Aunty Grace jika dirinya pulang terlebih dahulu karena tubuhnya yang tidak sehat. Ia tidak sanggup lagi berada di tempat ini, ia ingin segera melarikan diri dari mimpi buruk ini.

namun saat ia keluar dari toilet dan hendak pergi dari villa, ia terkejut dengan sosok pria itu yang sedang berdiri di depan toilet dengan santai, menghisap rokok hingga asap rokok itu melayang ke udara. Pria itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, seolah ingin berbicara dengannya.

Laura terkejut, langkahnya langsung terhenti. Tubuhnya kembali bergetar hebat, keringat dingin membasahi tubuhnya. Tak lama kemudian, pandangannya kabur dan dirinya tak sadarkan diri.

BUGH...

Kody, yang sedari tadi mengawasi Laura, melihat wanita itu tiba-tiba pingsan. Dengan sigap, ia segera menangkap tubuh Laura sebelum ia jatuh ke lantai.

Ia segera menggendong Laura dan membawanya ke salah satu kamar yang ada di villa.

"Panggilkan Connie, bilang padanya jika ada tamu yang pingsan," perintah Kody dengan nada cemas saat berpapasan dengan seorang pelayan yang lewat.

Pelayan itu mengangguk dan dengan cepat naik ke lantai atas di mana pesta berlangsung untuk memanggil Connie, yang merupakan seorang dokter.

*

*

Beberapa jam kemudian...

Laura perlahan-lahan mulai tersadar, kelopak matanya terbuka dengan ragu. Ia melihat sekeliling, ruangan itu tampak asing baginya. Dindingnya berwarna krem dengan lukisan bunga-bunga yang lembut, perabotannya antik dan mewah, dan aroma lavender memenuhi udara.

Kemudian, ingatannya kembali berputar. Ia teringat dengan jelas bahwa setelah keluar dari toilet, ia pingsan di depan pria yang seharusnya ia hindari seumur hidupnya.

"Laura, kau sudah sadar?" ucap suara wanita yang familiar, Fia, dengan nada cemas.

"Fia... ini di mana?" tanya Laura pelan, suaranya serak dan lemah.

"Kau di salah satu kamar di villa Aunty Celia. Bagaimana keadaanmu? Aku akan memanggil Connie sebentar," ucap Fia, tangannya gemetar saat menyentuh dahi Laura.

Laura menahan tangan Fia. "Jangan, aku baik-baik saja. Aku hanya kelelahan, sekarang aku ingin langsung pulang ke rumahku," ucap Laura, berusaha bangkit dari ranjang.

"Tapi..." ucap Fia terpotong, ia khawatir dengan kondisi Laura yang masih lemah.

"Fia, aku mohon. Acara masih berlangsung. Aku tak ingin mengganggu pesta Aunty Celia hanya gara-gara aku," ucap Laura, matanya memohon pengertian.

"Baiklah," ucap Fia akhirnya mengalah, meskipun hatinya masih ragu.

Namun, saat Laura ingin beranjak dari ranjang, pintu kamar terbuka. Terlihat Kody, Connie, serta Aunty Celia dan Aunty Grace masuk ke dalam kamar dengan wajah khawatir.

Laura sedikit terkejut, jantungnya berdegup kencang, namun ia berusaha tetap tenang di saat Kody dan yang lain masuk ke kamar. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan mereka.

"Kau sudah sadar, Laura?" ucap Aunty Grace dengan wajah khawatir, langsung menghampiri Laura dan menggenggam tangannya erat.

"Aku baik-baik saja, aunty. Maaf sudah membuat kalian khawatir. Aku akan pulang duluan agar bisa segera beristirahat di rumah," ucap Laura, berusaha tersenyum meskipun hatinya hancur berkeping-keping.

"Laura, ada yang ingin kami bicarakan padamu," ucap Aunty Grace serius, tatapannya penuh dengan perhatian.

"Ada apa, aunty? Kita bicarakan nanti saja. Pesta masih berlangsung. Aku tak ingin menjadi perusak pesta kalian karena tubuhku yang sedikit lelah," ucap Laura, berusaha mengelak.

"Ini penting, Laura. Dan kau harus tahu hal ini. Saat ini kau sedang hamil. Apa kau tahu itu?" ucap Connie tiba-tiba, memecah keheningan.

Laura terkejut dengan ucapan Connie yang mengatakan dirinya saat ini sedang hamil. Ia terdiam, mencoba mencerna kata-kata Connie. Jika ia ingat kembali, dirinya menyadari jika ia memang sudah lama tidak datang bulan.

"Hamil?" ucap Laura pelan, suaranya bergetar.

"Ya... tadi Connie mengecek kondisi tubuhmu saat kau pingsan. Ia mengatakan jika kondisimu saat ini sedang hamil," ucap Aunty Celia, matanya menatap Laura dengan penuh kasih sayang.

"Laura, siapa anak dari dalam perutmu? Apa kau sudah menikah? Kau harus memberitahukan hal ini pada pria yang merupakan ayah dari anak dalam kandunganmu," ucap Aunty Grace, suaranya penuh dengan tuntutan.

"T-tidak," ucap Laura menggelengkan kepalanya lemah. "Tidak mungkin," ucap Laura lagi, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

Berita ini seperti pukulan keras bagi hidupnya. Bagaimana bisa ia sampai hamil? Laura tidak mempercayai itu, ia merasa seperti sedang bermimpi buruk.

"Kau pasti salah, Connie. Aku tak mungkin hamil. Aku cuma kelelahan dan aku akan pulang sekarang," ucap Laura, lalu beranjak bangun dari ranjang dan berjalan keluar kamar.

Laura melewati mereka semua, namun saat melewati Kody, tangan Kody mencengkram kuat lengannya, menghentikan langkahnya.

"Aku akan mengantarmu pulang," ucap Kody datar, tatapannya tajam dan penuh dengan tekad.

"Lepaskan aku. Tidak perlu," ucap Laura dengan wajah memerah dan matanya seperti menahan air mata yang akan keluar. Ia tidak ingin berurusan dengan pria ini lagi.

"Laura, kau ingin pulang dengan apa ke rumah? Biarkan Kody mengantarmu pulang jika kau bersikeras ingin pulang," ucap Aunty Grace, suaranya memohon.

"Tak perlu, aunty. Aku akan pulang sendiri," ucap Laura keras kepala.

"Kau tak mungkin pulang mengendarai mobilku dengan kondisi tubuhmu sekarang. Kami sangat mengkhawatirkanmu, Laura. Biarkan Kody mengantarmu pulang, ya?" ucap Aunty Grace memohon, berusaha membujuk Laura.

Namun, secara tak terduga, Kody langsung menggendong Laura ala bridal style, membuat semua orang di sana terkejut.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" ucap Laura kaget sekaligus marah dengan Kody yang tiba-tiba menggendongnya. Ia meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari gendongan Kody.

Semua yang ada di sana kaget melihat sikap Kody yang tiba-tiba menggendong Laura. Mereka tidak menyangka Kody akan bertindak sejauh ini.

"Aku akan mengantarnya pulang, jadi kalian lanjutkan saja pestanya," ucap Kody dingin, lalu berjalan keluar dari kamar untuk mengantar Laura pulang. Ia tidak peduli dengan tatapan terkejut dan bingung dari orang-orang di sekitarnya.

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!