"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 3. Ada bibi jelek.
Eps. 3. "Mama.."
Semua orang terkejut saat mendengar Lea kecil berteriak memanggil ibunya, mereka melihat Lea kecil berlari ke arah pintu tapi dengan sigap seseorang menahan Lea, itu pakde nya.
"Nduk, mau kemana?" Tanya pakde nya Lea.
"Pakde, itu mama.. Lea mau ke mama." Ujar Lea, wajah nya sumringah.
Lea masih melihat perempuan yang wajah nya persis ibunya, masih berdiri di ambang pintu dan tersenyum padanya. Tapi itu hanya Lea yang lihat, orang lain tidak ada yang melihat itu..
"Nduk, ndak ada mamamu di sana." Ujar pakde.
"Itu mama pakde." Lea kukuh, bahwa ibunya ada di sana.
Semua orang panik jadinya, itu artinya Lea melihat arwah ibunya. Padahal jelas - jelas ayah Lea sendiri yang duduk di teras rumah tetap diam menatap langit dengan tatapan kosong, dia tidak melihat istrinya. Lea melihat siapa?
"Astagfirullah, comot Lea bawa masuk mas, Rianti gentayangan iki." Ujar salah seorang tetangga.
Mendengar nama istrinya di sebut, ayah Lea menolah ke orang yang mengatakan istrinya gentayangan. Wajah ayah Lea langsung tidak santai setelah nya..
"Opo maksude ngomong koyo ngono mas?! Rianti ndak gentayangan!" Ujar ayah Lea.
"Anakmu sendiri yang liat kok! Ojo ngelamun, mas!" Ujar tetangga nya itu.
"Wes toh.. Wes.." Beberapa melerai.
Lea kecil di gendong dan di bawa masuk pakde nya, di serahkan pada bude nya yang menemani nenek Lea di kamar, nenek Lea seperti nya sakit. Tapi Lea kecil masih bisa mendengar keributan di luar, bahkan sepertinya ada perkelahian karena ada suara tangis perempuan yang melerai ayah Lea dengan tetangga nya itu.
"Nek sampean gak ikhlas, Rianti gak bakal iso pergi dengan tenang mas!" Lea mendengar ucapan itu, sebelum akhir nya kuping nya di tutup oleh bude nya.
Tapi setelah kuping Lea di tutup, Lea langsung tidak mendengar suara apapun.. Hanya suara "Nging" yang panjang seolah Lea kehilangan daya dengar nya. Tapi tiba - tiba, Lea mendengar suara yang sangat di kenal nya.. suara ibunya.
"Cah ayu.. Ojo nangis yo nduk, mama ndak akan pergi kemana - mana, mama bakal selalu menemani Lea."
Itu yang Lea dengar, lalu suara ibunya itu menyanyi.. Menyanyikan lagu tidur yang biasa di nyanyikan nya saat menidurkan Lea kecil, dan akhir nya Lea kecil pun terlelap..
Ke esokan harinya..
Lea kecil sudah duduk di depan rumah nya, tapi hari ini.. Lea tidak seperti kemarin. Lea hari ini tampak biasa saja, hanya.. dia menjadi pendiam. Lea di tawari makan pun menggeleng, di tanya juga hanya menggeleng. Seolah Lea yang biasa itu hilang, yang ada hanya Lea yang pendiam.
"Nduk, maem yo?" Tanya bude nya Lea.
Lagi dan lagi, Lea menggeleng. Dan tanpa bicara Lea pergi ke pekarangan tempat biasa dia dan teman - teman nya bermain bersama, Lea mulai mengumpulkan tanah, untuk dia bermain rumah - rumahan.
"Kok Lea meneng wae, yo?" Bude nya bertanya - tanya.
"Mungkin sudah lupa, kan bagus.. jadi Lea ndak nangisin mama nya terus." Ujar tetangga nya.
"Tapi kok koyo ada yang aneh.." Gumam bude Lea.
"Wes toh, mungkin itu efek kemarin Lea nyebrangi keranda mama nya." Ucap tetangga nya.
Bude nya diam, dia menatap Lea yang sama sekali tidak peduli dengan teman - teman lain nya yang mengajak bicara, Lea tetap diam dan asik sendiri.
...•••...
Beberapa hari setelah nya, di hari ke 7 kematian ibunya Lea..
Hari ini hari terakhir tahlilan untuk mendoakan ibunya Lea, tapi ayah Lea masih saja terus murung. Beda dengan Lea yang sudah bersikap biasa saja tanpa sebab.. Lea benar - benar tidak mencari keberadaan ibunya, banyak yang curiga arwah Rianti menemani Lea sebab Lea terus menangis hari itu tapi sekarang sudah anteng.
Ada yang mencoba memberi tahu ayah Lea, tapi ayah Lea tidak percaya. Sebenar nya ayah Lea ini juga orang yang paham agama, tapi sejak istrinya meninggal, ayah Lea seolah kehilangan semangat hidup nya. Bahkan sejak hari itu ayah Lea belum sama sekali menggendong Lea, atau bahkan memeluk Lea.. anak kecil itu, terus sendiri.
"Mas, sampean bener ndak curiga sama anakmu? Aku sering lihat Lea ngomong dhewe." Ujar salah satu tetangga yang ikut tahlilan.
"Ngomong apa toh mas, Lea meneng - meneng ae ngono kue loh. Biasa nya juga kan Lea main rumah - rumahan dan ngomong sama boneka nya, ya wajar lah wong masih bocah." Ujar ayah Lea.
Ayah Lea lalu pergi keluar dan duduk di teras, entahlah.. Ayah Lea seperti tak peduli dengan putrinya, seolah hidup nya berhenti setelah kematian Rianti.
Hingga tiba orang - orang yang melakukan tahlilan selesai, Lea duduk dengan tenang di tikar bersama bude nya dan memakan kacang rebus. Bude nya sangat curiga dengan sikap Lea yang mendadak menjadi pendiam itu, Lea dulu anak yang cerewet dan suka bertanya, hal kecil apapun akan di tanyakan Lea tapi sekarang dia diam..
"Lea ndak bobo?" Tanya bude nya.
"Nanti bude." Sahut Lea.
'Opo perasaanku tok, opo memang enek yang ganjil sama anak iki..' Batin bude nya Lea.
Lea tiba - tiba bangun, dan dia dengan mandiri merangkak naik ke atas ranjang tidur nya, lalu dia bersiap tidur sambil tengkurap. Bude nya yang melihat itu heran..
"Lea tidur nya masih posisi gitu ae, padahal mama nya wes gak ono." Tiba - tiba nenek Lea muncul melihat cucu nya yang tidur sendirian.
"Memang nya iku posisi tidur Lea, bu?" Tanya bude nya Lea.
"Iyo, Lea biasa tidur di atas badan mama nya, meluk mama nya." Ujar nenek Lea.
Mendengar itu, bude nya Lea langsung merinding dan kembali menoleh ke arah Lea. Dan entah apa yang terjadi, bude nya Lea tiba - tiba melihat Lea kecil menang tidur tengkurap di atas perut seorang perempuan.
Bude nya yang melihat itu langsung memalingkan wajah nya, dia yakin perempuan yang di lihat nya itu adalah Rianti, ibunya Lea.
'Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah..' Bude nya sampai istigfar berkali kali.
Ke esokan harinya..
Karena 7 hari sudah selesai, akhir nya rumah nenek Lea sudah kembali sepi. Lampu - lampu petromaks sudah kembali di lepas, yang artinya Lea dan nenek nya akan kembali menggunakan lampu teplok yang lebih kecil..
Dan Lea.. Dia masih sama, menjadi pendiam. Indi datang utuk mengajak main, ibunya Indi mengira Lea masih murung dan sedih sebab di tinggal ibunya, dia minta anak nya untuk mengajak Lea main supaya lupa.. Tapi Lea hanya mau bermain di teras rumah nya saja.
"Bu, aku berangkat yo." Ucap ayah Lea.
Lea menoleh mendengar itu, dia sedih.. Sejak hari terakhir dia mengulurkan tangan nya meminta gendong pada sang ayah, ayah nya tidak menggubris.. Dan bahkan sampai detik ini, ayah nya belum sama sekali memeluk nya.
"Koe ndak pamitan sama Lea, melas no anakmu meneng wae." Ujar nenek Lea.
"Ibu saja bantu jelaskan ke Lea, Assalamualaikum bu." Ujar ayah Lea dan pergi tanpa menoleh.
Lea melihat ayah nya semakin pergi menjauh, bahkan berjalan pergi pun ayah nya tidak sedikitpun menoleh menatap nya. Lea kecil kebingungan tentu saja, kenapa ayah nya tidak memeluk nya lagi? Kenapa ayah nya tidak menggendong nya lagi? Kenapa ayah nya.. Pergi?
"Nduk, bapak pergi cari uang dulu yo." Ucap nenek Lea, sepelan mungkin nenek Lea bicara supaya Lea tidak menangis.
"Bapak ndak peluk Lea, ti. Lea ndak salim.." Ucap Lea.
Dan malah nenek Lea yang langsung menangis mendengar kalimat yang keluar dari mulut cucu nya, nenek nya juga merasa, ayah Lea seperti menjauhi Lea.
"Mungkin bapak buru - buru.. Wes, Lea sama uti saja di rumah." Ujar nenek Lea.
Lea hanya diam, dia masih menatap ayah nya yang semakin menjauh dan akhir nya tidak kelihatan lagi. Setelah nya Lea kembali bermain dengan mainan nya, dan tidak mempermasalahkan ayah nya yang pergi.
Sampai akhir nya sore hari, Lea bingung karena rumah nya gelap, tidak terang dan ramai seperti kemarin.
"Ti, kok lumah kita gelap lagi?" Tanya Lea kecil pada nenek nya yang sedang menyalakan lampu minyak kecil di meja.
"Kan wis selesai pengajian, jadi nya sudah ndak pasang lampu terang lagi." Sahut utinya dengan lembut.
"Tapi Lea takut, ti. Lea suka yang telang." Ucap Lea.
Lea kecil mengikuti pergerakan utinya, kemanapun utinya pergi bahkan ke kamar mandi sekalipun, dia ikut. Padahal sebelumnya Lea tidak penakut, tapi setelah selesai 7 hari ibunya Lea malah jadi penakut.
"Ndak usah takut, toh.. Kan ini di rumah, takut nya sama Allah saja, nduk." Ujar nenek Lea.
"Uti.. Itu ada bibi jelek, liatin Lea telus." Ucap Lea berbisik.
Nenek nya tertegun, ia langsung menatap Lea dan memeluk nya sambil melihat kesana kemari. Tapi nenek nya tidak melihat apa yang Lea lihat, selain hanya suasana rumah yang entah kenapa rasanya berbeda dari biasanya.
"Uti.. Mama mana?" Tanya Lea polos.
Utinya kebingungan, sejak beberapa hari yang lalu Lea tidak sama sekali mencari ibunya, dia juga banyak diam, tapi sekarang.. Baru hari ini dia mencari ibunya.
"Mama.. Mama lagi cari uang buat Lea." Ucap nenek nya, akhir nya dia berbohong.
"Buat beli telpon - telponan ya, ti?" Tanya Lea polos, dan nenek nya mengangguk menahan tangis.
"Uti mau pipis dulu, Lea di sini saja ya?" Ujar nenek Lea.
"Lea ikut, ada olang selem di sana." bisik Lea menunjuk ke arah pintu masuk rumah.
Akhir nya nenek Lea membawa Lea ke kamar mandi yang letak nya di luar rumah, dan saat Lea keluar.. di pandangan nya saat ini dia melihat banyak mata berwarna merah dari tengah kegelapan. Selain mata - mata itu Lea juga mendengar suara yang memanggil nya..
"Lea.."
Saat nenek nya sedang buang air, tiba - tiba Lea kecil pergi dari sana membuat nenek nya terburu - buru.
"Nduk, sek tungguin uti. Kamu mau kemana?" Panggil nenek Lea.
Nenek Lea buru - buru menyelesaikan hajat nya dan dia celingukan mencari Lea, tapi kemudian nenek Lea mendengar suara Lea berceloteh di dalam rumah.
"Wes masuk, katanya takut." Gumam nenek Lea.
Nenek Lea kemudian masuk kedalam rumah, dan saat dia mencari Lea rupanya Lea sudah tengkurap tidur di ranjang orang tua nya, nenek Lea heran secepat itu Lea tidur.
'Tumben anak iki ndak nangis, ya Allah.. kasihan cucuku, masih cilik di tinggal ibu nya, ayah nya juga berubah.
BERSAMBUNG!
Tinggal sama demit mungkin lebih baik😅, daripada sana sini gak diterima
Lalu kendalikan tuh para setan, buat nakut2 para orangtua yang tak bertanggungjawab....
atau jadi dukun sekalian ....
balikkan keadaan ,jadikan dirimu wanita sukses.
Lea sdh berkembang lagi
miris nasibnya Lea ,
jgn2 nenek2 itu yg mengawali terbuka nya mata batin Lea
mata batinnya mulai terbuka rupanya.
dan nenek2 yg selalu menyapa lea ,semoga saja ( kalau dedemit )baik .
Anak memang kewajiban orangtua yang mengurus..
di kasus ini Lea tidak mau ke rumah bapaknya,karena ,tidak nyaman dan merasa tidak di terima oleh keluarga bapaknya.
sedari lahir sudah sama uti nya ...
Bowo yang sabar, ....siapa tahu daganganmu laris manis lek.
Ajari Lea berdagang ,ajak dia pasti dia senang dan akan belajar dengan sendirinya ,daripada uring2an terus.