Di jantung hutan misterius, terdapat sebuah kuil kuno yang tersembunyi dan dirahasiakan dari dunia luar. Konon katanya, Kuil tersebut menyimpan sebuah kekuatan dahsyat yang bisa menggemparkan dunia.
Sampai saat ini banyak yang mencari keberadaan kuil kuno tersebut, namun sedikit orang yang bisa menemukannya.
Akan tetapi, tak ada satupun yang berhasil kembali hidup-hidup setelah memasuki kuil kuno itu.
Sebenarnya, kisah apa yang tersimpan di dalam kuil kuno tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lien Machan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Bab 19~Ambisi Zhang Bai.
Plak
Tamparan keras mendarat di pipi Zhang Yuze yang dilakukan oleh kakeknya, Zhang Bai. Pria tua itu menatap sengit sang cucu yang masih bergeming, tak berani membuka suara.
Rahangnya terasnya kebas akibat tamparan tersebut, tapi Zhang Yuze tetap bungkam, mencerna situasi saat ini.
Ming Ji menarik tubuh mendekati Zhang Bai. "Tuan Zhang, apa yang kau lakukan? Mengapa kau memukulnya?!" belanya. Pria tua itu terlihat marah karena sang cucu ditampar di depan matanya.
Zhang Bai menggulir mata melirik Ming Ji. "Mengapa aku tidak bisa melakukannya? Aku merawat Ibunya dan dia berjanji padaku untuk menemukan Kuil Naga sebagai balasannya. Lalu sekarang apa? Tidak berguna!" sungutnya penuh emosi.
Mendengar perkataan itu Zhang Yuze semakin bungkam.
"Apa? Kau menyuruhnya mencari Kuil Naga? Tempat itu sangat berbahaya." sembur Ming Ji geram. Pria tua itu lantas memegang kedua pundak cucunya lalu berkata, "Kenapa kau tidak berunding dulu denganku, Yuze? Kau anggap apa aku ini?!" geramnya.
Walaupun terlihat marah, tapi Zhang Yuze tahu bahwa kakeknya itu sedang mengkhawatirkan dirinya.
Zhang Yuze mendongak menatap sang kakek. "Maaf!" cicitnya lirih. Ia merasa sedih bukan karena mendapat tamparan dari Zhang Bai, melainkan melihat kesedihan di mata Ming Ji, kakek dari pihak ibunya.
Ternyata beliau menyayangi dirinya walaupun selalu bersikap keras setiap saat. Zhang Yuze merasa bersalah sudah membentak kakeknya dan berdebat karena masalah penyakit yang diderita ibunya.
Zhang Bai muak melihat interaksi yang ditunjukan Zhang Yuze dan kakeknya itu. Karena tak mendapat apa yang diinginkannya, pria tua itupun memutuskan sesuatu yang membuat Zhang Yuze dan Ming Ji marah besar.
"Yuze, karena kau tak memenuhi keinginanku, maka sebagai gantinya Ibumu akan ditahan di Kediaman Zhang sampai kau menemukan Kuil Naga." tekannya. "Dan satu lagi. Bawakan aku kuku besi milik Harimau putih Tie Chie penjaga Lembah Petir sebagai balasan telah merawat Ibumu." lanjutnya lagi.
"Apa? Kau memanfaatkan Ibunya untuk memeras cucumu sendiri? Kau sudah gila!" seru Ming Ji geram.
"Kenapa? Apa kau keberatan?" cemooh Zhang Bai.
"Tentu saja aku keberatan karena tempat yang kau bilang itu adalah tempat yang sangat berbahaya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Yuze? Apa kau__"
Zhang Bai segera menyela. "Aku tak peduli, asalkan apa yang aku minta segera terpenuhi."
"Kau benar-benar keterlaluan, Zhang Bai. Kau tidak bisa menjadikan Putriku sebagai tawanan agar Yuze mau menuruti keinginanmu. Hari ini juga aku akan membawanya pulang," cetusnya geram.
Zhang Bai menyeringai penuh arti. "Berarti kau yang akan menggantikan Yuze untuk membayar hutangnya padaku," celetuknya.
"Baik, aku yang akan membayar hutangnya padamu. Akan ku bawakan kuku besi Tie Chie untukmu."
"Tidak, Kakek!" Zhang Yuze menyela. "Ini urusanku dan Kakek Zhang, Anda tidak boleh terlibat apapun!" pungkasnya.
"Tapi, Nak. Kau tak cukup berpengalaman dalam hal ini. Kau tidak tahu seberapa berbahayanya tempat itu!" jelas Ming Ji.
Zhang Yuze terus menenangkan kakeknya. "Walaupun begitu aku tetap harus menanggung semuanya sendiri, Kek. Maafkan aku karena mengabaikan nasihat Kakek. Maaf!" cicitnya lirih.
Zhang Yuze jadi teringat perkataan pria tua yang ditemuinya sewaktu berkelana beberapa bulan lalu.
'Yang terlihat baik belum tentu itu hal baik, begitupun sebaliknya'.
Dan kini ia mengerti apa arti dari ucapan tersebut. Bahwa kakek Zhang terlihat baik di matanya namun memiliki sifat busuk, begitu juga dengan kakek Ming yang selalu terlihat tegas namun nyatanya itu untuk kebaikannya.
Zhang Yuze menyesal telah membawa ibunya tinggal di Changming jika harus menjadi tawanan rumah keluarga Zhang.
Ming Ji menepuk bahu cucunya sambil mengangguk. "Selalu berhati-hati dalam hal apapun, Yuze! Jika kau mendapat kesulitan, ingatlah untuk meminta bantuan pada Kakekmu ini!" cetusnya kemudian.
Zhang Yuze mengangguk lalu menoleh pada Zhang Bai. "Aku setuju untuk pergi. Tapi sebelum itu, aku ingn bertemu dengan Ibuku untuk meminta restunya."
Zhang Bai tidak bisa lamgsung mengabulkan permintaan cucunya karena ia merasa curiga, takut jika Zhang Yuze berbohong dan membawa sesuatu untuk menyembuhkan Ming Yun.
Namun, Zhang Yuze meyakinkannya dengan mau digeledah jika kakeknya itu masih tidak percaya.
Akhirnya, Xiaojin sebagai orang kepercayaan Zhang Bai segera menggeledah seluruh tubuh Zhang Yuze di depan semua orang.
Tak ada apapun yang ditemukan Xiaojin kecuali botol pil pemberian Ming Ji dan itupun langsung disita Zhang Bai.
Tentu saja hal itu membuat Ming Ji berang akan sifat kejam Zhang Bai. Bagaimanapun pil itu adalah bekal darinya untuk sang cucu karena khawatir terluka dalam perjalanan.
Tapi, Zhang Bai tak peduli sebab tak mau mengambil resiko dibohongi oleh cucunya tersebut. Kalau mereka tidak setuju, maka Zhang Bai bisa melenyapkan ibunya saat itu juga.
Ancaman itu membuat Zhang Yuze dan Ming Ji terpaksa setuju. Dengan pengawalan ketat, Zhang Yuze memasuki kamar ibunya.
Pemuda itu bersimpuh di samping tempat tidur ibunya dengan mata berkaca. Ia menunduk sedih, tak berdaya akan nasib yang mempermainkannya. Namun, penyesalan tiada guna sebab itu jalan yang sudah ditempuhnya.
Racun hitam terus menggerogoti tubuh Ming Yun dari dalam sehingga kondisinya terlihat semakin buruk. Jika dibiarkan terus, maka tak lama lagi nyawanya tak kan bisa diselamatkan dan hal itu dimanfaatkan Zhang Bai untuk memaksa cucunya pergi memenuhi keinginannya.
"Maafkan aku, Ibu! Maaf karena belum bisa menyembuhkan lukamu," lirihnya. Zhang Yuze terus menggenggam tangan ibunya sambil menunduk sedih.
Zhang Bai terus berdecak dan mendengus sebal melihat pemandangan mengharukan itu. "Cepat berpamitan pada Ibumu agar kau segera pergi ke Lembah Petir!"
Ming Ji terlihat geram tapi ia berusaha menahan diri.
Zhang Yuze pun mengangguk. Walaupun ibunya masih tetap memejamkan mata, namun tak hentinya ia bercerita dan meminta restunya. Setelah itu, Zhang Yuze pun memeluk ibunya sambil membisikkan sesuatu.
Tanpa sepengetahuan semua orang, Zhang Yuze diam-diam memasukan eleksir penyembuh yang diberikan Shizen ke mulut ibunya.
"Tetaplah berpura-pura sakit sampai aku kembali, Ibu."
Ming Yun yang sudah membuka mata pun terkejut mendengar bisikan putra semata wayangnya. Walaupun tak paham maksud perkataan Zhang Yuze, tapi ia tetap menjawab, "Ya," sambil menutup mata kembali.
Ditariknya tangan Zhang Yuze sampai berdiri. "Sudah cukup! Pergilah sekarang juga dan dapatkan kuku Tie Chie untukku. Jika tidak, jangan harap melihat Ibumu lagi!" bentak Zhang Bai.
Kini Ming Yun mengerti maksud ucapan putranya. Hatinya begitu sakit mengetahui fakta bahwa dirinya dimanfaatkan untuk mengancam Zhang Yuze demi ambisi kakeknya.
"Baik, Kek. Tapi, tolong jaga Ibuku. Berikan makanan yang bergizi dan menyehatkan demi kesembuhan Beliau."
"Ya ya ya, asalkan kau membayar seluruh hutangmu padaku maka aku akan memberikan semua makanan dan herbal kualitas tinggi untuk Ibumu. Pergilah!" ketus Zhang Bai sambil mendorong tubuh cucunya keluar.
Sementara Ming Ji terlihat memejamkan mata. "Maafkan aku yang tak bisa berbuat apa-apa, Yun'er! Aku tak ingin membuatmu dalam bahaya walaupun aku sangat mengkhawatirkan anak itu."
Ketika semua orang keluar dari ruangan Ming Yun, wanita itupun langsung menangis tersedu. "Maafkan Ibu telah menyusahkanmu, Yuze. Andai Ayahmu masih hidup, mungkin kita tak akan mengalami kesulitan seperti ini."
...Bersambung ......