NovelToon NovelToon
INDIGO

INDIGO

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ap

Nadia ayu, seorang gadis yang bisa melihat 'mereka'

mereka yang biasa kalian sebut hantu, setan, jin, mahluk halus atau lain sebagai nya.


suara dari mereka, sentuhan bahkan hembusan nafas mereka, bisa di rasakan dengan jelas. Sejak mengalami kecelakaan itu, mengubah cara pandangannya terhadap dunia..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Soto

Selama dua bulan akhir ini, ustad Yusuf mengajariku doa doa untuk menghadapi mereka yang berenergi negatif. Beliau juga mengajariku bagaimana caranya memagar gaib rumah kami agar mereka tidak bisa sembarangan masuk ke dalam.

Aku masih rutin melakukan puasa sunnah. Sedangkan mamah selalu membaca surah Al-Baqarah setelah selesai sholat magrib

Pagi ini kami akan kontrol rutinan ke rumah sakit, kata dokter minggu lalu. Sudah ada kemajuan untuk kaki ku

"Assalamualaikum" sapa seseorang di luar rumah.

"Walaikumsalam " Kami saling pandang siapa yang bertamu pagi pagi. Pintu terbuka memperlihatkan Rendy. Ia tersenyum melihat ku

"Maaf Tante, saya mau ngasih brownies buat Nadia" ucapnya. Mamah melirikku

"Oh ya udah, kalian ngobrol dulu ya. Mamah mau ke dalem kayanya ada yang ketinggalan" Ku persilahkan Rendy duduk, ia menyodorkan sekotak brownies kepadaku

"Makasih, tapi lain kali gak perlu lagi. Inget lo udah punya calon istri" sinis ku

"Aku khawatir sama kamu" Rendy menatapku dalam tapi ku hiraukan

"Lo udah punya calon istri Ren, lupain gue. Gak seharusnya lo kaya gini"

"Aku tau, tapi aku juga masih sayang sama kamu, Nad. Cepet sembuh ya, aku ada kelas sekarang, titip salam buat mamah melati" Rendy berlalu dari hadapanku. Aku menatap kosong pada brownis yang ada di meja

..

"Siap kak" tanya mamah, kami sudah berada di dalam mobil

"Siap mah" mobil kami melaju menuju rumah sakit. Beberapa kali aku bisa melihat mereka jiwa jiwa yang hilang berkeliaran.

Ya, aku menyebutnya jiwa jiwa yang hilang karena sebagain dari mereka ada yang tidak ingat siapa tuhannya.

Terkadang aku merasa takut atau juga merasa kasian pada mereka yang kehilangan arah. Tapi, aku pun tak bisa melakukan apa apa selain mendoakan mereka

Mobil kami parkir di dekat lobi rumah sakit. Aku turun dengan tongkat penyangga di tanganku bersama mamah. Seperti biasa pemandangan pertama kali aku masuk ke rumah sakit adalah mereka degan keadaan yang bermacam macam..

Waktu pertama kali aku melihat mereka, aku sempat histeris ketakutan.

Banyak dari mereka dengan rupa yang tak lazim. Karena korban kebakaran, kecelakaan, tenggelam, kekerasan, pemerkosaan dan lainnya. Perutku mual melihat mereka tapi sebisa mungkin ku tahan sampai giliran ku masuk ke ruangan check up

"Kita cek ya mba, bisa coba jalan pelan pelan. Pegangan tembok juga ga papa" aku mulai mengikuti instruksi dokter, pelan pelan kaki ku melangkah.

Rasa nyeri masih bisa ku tahan sampai beberapa menit setelah itu aku tidak sanggup berjalan lagi. Ngilu bukan main

"Cukup, kemajuan yang bagus. Rutin latihan jalan ya setalah ini" dokter tersenyum menatapku lalu menuliskan beberapa resep obat yang baru. Setelah selesai check up, aku dan mamah keluar

"Kak mamah pengen makan soto deh, cari soto dulu ya" aku setuju, perutku juga sudah keroncongan, kami mampir ke rumah makan di dekat taman kota.

Mamah membantuku jalan. Baru saja aku duduk di meja kami, tiba tiba perutku terasa seperti di aduk, mual. Mamah menatapku cemas

"Kamu kenapa kak" ucapnya memegang tanganku

"Gak tau nih mah, mual banget tiba-tiba"

"Tunggu sebentar mamah pesenin teh anget ya" setelah mamah pergi, ku tekan perutku rasa mual belum juga reda.

Apa asam lambung gue naik lagi ya, pikir ku

Tak lama mamah kembali dengan segelas teh, aku segera meminumnya. Dua porsi soto datang ke meja kami. Ku tatap lamat lamat soto itu. Perasaan ku jadi tidak karuan. Seperti sesuatu yang janggal tapi entah apa.

Mataku menatap ke sekeliling tidak ada yang aneh. Hanya ada beberapa staff yang sibuk mondar mandir, dan laki laki paruh baya sebagai kasir. Ku rasa bapak itu pemilik rumah makan ini. Ia memperhatikan gerak gerik ku.

Lalu aku menatap ke arah dapur dengan konsep terbuka, ada satu sosok yang berdiri di samping kompor. Beberapa kali ku lihat sosok itu meludah ke dalam kuali

"Astaghfirullah" ucapku agak keras, sukses membuat laki laki yang ada di kasir menatapku tajam, karena jarak kami yang tidak begitu jauh.

Ku usap kedua mataku, mungkin aku hanya halusinasi. Tapi sosok itu masih disana dan melakukan hal itu berulang ulang. Seketika aku menatap mamah yang sudah memakan kuah soto itu. Ku tahan tangan mamah lalu menggeleng, ia menatapku bingung

"Kita pergi dari sini mah" bisik ku pelan

"Kenapa?" Tanya mamah bingung

"Tempat ini pake penglaris ludah pocong" bisikku semakin lirih, sontak mamah menaruh sendok ke mangkuk agak kasar

"Serius kak??"

"Iya, sekarang kita keluar dulu mah" tanpa basa basi aku dan mamah melenggang pergi. Saat di kasir, bapak itu masih menatap kami sinis. Aku juga tak kalah sinis menatapnya

"Lain kali lebih rapih mainnya" sindir ku. Ia mengepalkan tangannya menatapku tajam.

"Sudah cacat masih banyak tingkah" balasnya tak kalah sinis, mamah segera membantuku jalan lebih cepat

Baru saja mobil kami menjauh beberapa meter dari area rumah makan, mamah langsung berhenti dan keluar untuk memuntahkan isi perutnya. Dengan susah payah aku meraih botol minum dan ku bacakan doa seperti yang ustad Yusuf ajarkan

"Minum dulu mah" ucapku. Mamah meraih botol itu dan meminumnya.

"Astaghfirullah kak, perut mamah mual banget"

"Kita pulang aja mah, masih kuat nyetir kan?" Tanyaku khawatir, di jawab dengan anggukan dari mamah.

Entah kenapa kali ini aku kecolongan, biasanya jika tempat makan yang menggunakan mahluk penglaris auranya bisa ku rasakan dari jarak beberapa meter. Tapi kali ini aku tidak bisa merasakan apapun bahkan sampai masuk ke dalam restoran nya.

Kepalaku berdenyut sakit. Ku putuskan untuk tidur setelah sampai di rumah.

>>>>>

Samar samar ku bermimpi melihat ramai orang berdiri di depan rumah ku. Sedangkan aku berdiri tepat di tengah jalan aspal komplek. Mereka berdiri mengelilingi rumah, tapi entah mengapa orang orang itu memakai jubah hitam dari kepala sampai ujung kaki.

Aura negative terasa kuat di sekitarku, aku hanya diam berdiri disana. Hingga salah satu dari mereka menoleh ke arahku yang sukses membuatku tersentak ngeri. Ternyata wajah mereka seperti binatang.

"Astaghfirullah, ya allah" Kaki ku melangkah mundur. Aku benar benar takut sekarang. Satu persatu dari mereka menatap ku lalu menyeringai.

Aku berusaha untuk lari meski sulit, orang orang berjubah itu mengejar ku dengan cara melayang. Aku lupa semua doa yang sudah ustad Yusuf ajarkan, bahkan aku sudah menangis sambil berlari karena takut

"Ya allah, aku berlindung kepadamu dari setan yang terkutuk" ucapku berulang ulang

Brughhh...

Salah satu dari mereka mengayunkan tongkatnya ke arahku membuatku jatuh seketika. Aku merangkak mundur, tidak peduli baju tidur ku yang kotor bahkan robekan tercetak di bagian siku

Sosok itu melesat cepat, ku tutup kedua mataku hingga

"ARGGGHHHH...!!!" Mereka berteriak, para mahluk itu terpental jauh di ikuti suara auman harimau. Sosok harimau putih berdiri di depanku

Ia menoleh, mata birunya beradu pandang denganku lalu kembali menatap para mahluk berjubah itu. Hanya dengan satu kali gerakan harimau itu membuat semua mahluk berjubah hitam menghilang bagikan asap

Kini tersisa aku dan harimau itu. Ia berjalan perlahan, menatapku tajam. Aku merangkak mundur lagi. Tapi sosok itu hanya melewati ku lalu menghilang di iringi dengan hawa dingin yang membuat mataku memburam seketika dan aku pingsan

1
Afiq Danial Mohamad Azmir
Wahhh!!
Alexander
Nggak kebayang ada kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!