nissa seorang gadis cantik nan ayu,dan menjadi yatim piatu di tinggalkan orang tuanya sejak berumur lima tahun, nissa hidup bersama neneknya di desa terpencil, nenek yang sangat menyayanginya melebihi apapun di dunia ini, namun siapa sangka di balik wajahnya yang cantik nan ayu tersimpan seribu dendam pada pembunuh orang tuanya yaitu arya juragan perkebunan
teh yang berusia 28 tahun, dan nissa yang kala itu berumur 17 tahun terpikat dengan laki-laki tampan yang menolongnya ketika dia terjatuh ke sungai,laki-laki itu ternyata dari golongan bangsa jin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CancerGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Bekerja Di Warung Makan
Pagi-pagi sekali nissa sudah merapikan bawaanya untuk berdagang di pasar, dan mita
yang masih berpakaian setelah mandi belum juga keluar rumah, sampai neneknya yang datang memanggilnya.
" mita, koe wes rampung belum nduk ?(mita kamu sudah selesai belum)'" tanya mbah uti.
" sebentar lagi mbah" jawab mita dari dalam kamar.
" yo wes cepetan yo ...itu nissa sudah menunggu dari tadi,"
mbah uti pun berlalu sepuluh menit kemudian nissa dan mita berangkat menuju pasar, dalam perjalanan mereka bertemu dengan rudy si juragan teh yang tengah menaiki mobil mewahnya menuju arah yang sama yaitu pasar.
pasar di desa itu berdampingan dengan jalan raya yang banyak angkutan umum lalu lalang menunggu penumpang, umur pria itu kini
menginjak 32 tahun dan hingga saat ini pria yang ketampanannya belum memudar, masih juga membujang, sedangkan ayahnya tengah sakit-sakitan ingin sekali menimang cucu dari anak semata wayangnya, ibunya telah
meninggal saat melahirkan rudy.
pria dengan postur tubuh yang tinggi itu keluar dari dalam mobil terlihat wajah nissa dan mita yang keheranan melihat juragan teh yang terkenal kekayaanya yang melimpah
turun dari mobilnya.
sebab neneknya tidak pernah cerita bahwa pria itu lah yang membunuh kedua orang tua
mereka, neneknya hanya bercerita kalau kedua orang tua nissa dan mita sama-sama di bunuh oleh sekelompok pria.
neneknya tidak menceritakan bahwa pria yang kini berada di hadapan merekalah yang
ternyata pembunuhnya.
" kalian mau kemana?" tanyanya pada kedua
gadis berumur 17 tahun itu.
mata arya menatap mita dari atas hingga bawah sampai mita merasa risih, nissa yang dari tadi terdiam hanya memalingkan wajahnya ke hamparan luas padi yang mulai
menguning.
" kami mau ke pasar mas..eh tuan, maksudnya juragan" mita terbata-bata pria itu tersenyum.
" panggil saja mas arya, ndak perlu pakai juragan atau tuan.. kalian mau saya antar kita arah yang sama?" tawarnya sembari menunggu.
" terimakasih ndak usah mas," tolak mita tersenyum ramah.
lelaki itu sedikit memaksa tetapi nissa memberi kode agar mereka jalan saja, lagi-lagi mita menolaknya dan akhirnya pria itu menyerah.
" lain kali saja yah mas.." senyum mita mengembang mita merasa jatuh cinta pada
kebaikan pria itu.
" iya ndak papa de, yasudah mas duluan yah de?" arya masuk kedalam mobilnya lagi setelah pamit pada mereka.
" iya mas...hati-hati," ujar mita pria itu tersenyum sekali lagi pada mita dan berlalu.
saat mobil itu tidak terlihat lagi, mita
meloncat kegirangan.
" ya ampuuun...ganteng sekali cowok itu nis...
manisnya...senyumnya.." puji mita.
" halaaaahhh...ganteng gundulmu yaudah yo jalan..." nissa bergegas berjalan meninggalkan mita yang terlalu lama berjalan.
wajah mita merah meron pipinya membayangkan wajah pembunuh orang tuanya itu.
sesampainya di pasar, seperti biasa nissa dan mita menggelar tikar dan menyusun
dagangannya, entah kenapa baru saja daganganya selesai dijejerkan, tiba-tiba orang-orang yang berbelanja mengerumuni
mereka dan membeli dagangan mereka hingga habis tak tersisa.
hanya sepuluh menit dagangan itu habis, mita keheranan terlebih nissa mulai kebingungan.
" heran aku nis..baru saja kita duduk tiba-tiba sudah banyak pembeli..padahal kita dagang apapun pasti lama terjualnya dan masih sisa
kadang malah gak laku sama sekali" tutur mita.
nissa membenarkan itu sembari mengangguk tanda setuju.
" iya loh mit aku juga heran"
" jangan-jangan gara-gara cincinmu itu nis" dalih mita.
" ndak tau mit, bisa jadi seperti itu,"ucap nissa netranya memandang cincin itu.
" yaudah yuk kita pulang" ajak mita.
" sembarangan! kita kan ada janji sama bu alya mit..gimana sih" protes nissa.
" oh iya ya..yaudah lambemu ojo manyun koyo ngono elek tau (mulutmu jangan cemberut
seperti itu jelek tau)," ucap mita cengengesan.
mereka membereskan bekas jualan mereka dan mereka pun ke warung bu alya yang tampak sepi pembeli.
" permisi bu.."sapa nissa membuyarkan lamunan bu alya.
" sini nduk masuk.." ibu alya mempersilahkan keduanya masuk ke warung makan milik bu alya.
" langsung saja yah nduk..maksud ibu memanggil kamu kesini ibu mau memperkerjakan kamu disini nduk, bareng
saudaramu juga, gajinya sebulan delapan ratus ribu apa kamu minat nduk?" tanyanya penuh harap.
bu alya kerepotan jika mengelola sendiri warung makan itu, nissa dan mita
mengangguk setuju, terasa lega di dada ibu alya.
" kami mau bu.." senyum mereka mengembang.
" yasudah besok pagi-pagi kamu sudah mulai bekerja yah nduk..siapa nama kalian nduk?" tanya bu alya lagi.
" saya mita bu.."
" dan saya nissa bu" ibu alya tersenyum sungguh gadis yang giat bekerja pikirnya.
" kami pamit ya bu.." pamit nissa dan mita.
" eh tunggu dulu nduk" bu alya bergegas membungkus dua bungkus nasi beserta air
mineralnya.
" ini buat kalian" bu alya menyerahkan bungkusan itu ke nissa mereka berdua menolak.
" ndak usah bu...jadi merepotkan ibu.." ujar nissa.
" ndak repot kok nduk cuma nasi sama air saja,ini ambil nduk" mereka terdiam bu alya
mengerti, lalu bu alya meletakan bungkusan itu ke dalam bakul milik nissa.
" ya ampun bu..saya jadi ndak enak bu.. makasih yah bu..." nissa dan mita pamit dan
keluar dari warung makan bu alya.
lalu mereka berdua menengok kanan dan kiri, di rasa aman mereka pun menyebrang jalan masuk kedalam desa kecil itu ,jalanan turun naik tak membuat mereka lelah karena sudah biasa mereka berjalan setiap harinya demi pundi-pundi rupiah.
mereka sampai rumah tepat jam 09.00 pagi
" kenapa pulang nduk?" tanya si mbah uti keheranan.
" sudah habis mbah uti.."ujar mita.
" lah cepat sekali nduk.. syukur kalau begitu nduk.." ucap mbah uti.
" ini mbah uang hasil jualan nya dan ini kami bawa nasi buat si mbah" nissa mengulurkan nasi dan uang hasil jualan.
" mbah uti sudah makan pakai tiwul nduk.. kalian saja yang makan" ucapnya.
(tiwul terbuat dari tepung gaplek yaitu
singkong yang di keringkan lalu di tumbuk)
" mbah jarang makan nasi loh mbah ini mumpung ada mbah" bujuk mita.
" tiwul juga sama seperti nasi nduk..jadi mbah ndak mau sudah kenyang.." jawabnya lagi.
nissa memberikan uang dagangan ke neneknya dan nenek menyimpannya ke ujung
kain jarik yang di ikatnya.
" mbah uti..besok kami berdua sudah mulai bekerja di warung makan bu alya..apa boleh kami bekerja di sana mbah?" tanya nissa pada neneknya.
" boleh nduk..selagi pekerjaan itu halal mbah akan izinkan." tutur mbah sembari
menumbuk kinang.
" makasih yah mbah sudah izinkan kami" ucap nissa.
terlihat mita yang tengah memikirkan sesuatu
" mit..ndak elok pagi-pagi ngelamun" nissa menepuk kedua pundak mita.
seketika membuyarkan lamunan mita,
mereka duduk di dipan bambu teras rumah.
" ih...ngagetin aja kamu nis.." mita terlihat sewot sedangkan nissa tertawa mengejek.
" lagi ngelamunin juragan teh yah mit..." ledek nissa.
" ih apaan sih niss.. yah ndak lah, jangan ngeledek..risih tau" ucapnya dusta.
" alaaaahhhh ...jawab jujur aja sih mit..hehehe iya kaaaan..."ledeknya lagi.
" ihhhh nissaaa...nyebelin banget sihh." mita mengejar nissa yang tengah lari mengelilingi halaman rumah mereka.
neneknya yang tengah menginang mendengar ucapan mereka, wajah nya terlihat pucat mana kala mengingat kejadian dua belas tahun silam, rasa gemuruh di dada seakan bergejolak menahan amarah saat tahu cucu angkatnya nya kini mencintai seorang pembunuh.