Ayla adalah pembaca webnovel paling sinis yang pernah ada. Baginya, novel "Algoritma Hati Sang CEO" adalah sampah klise dengan plot hole yang menganga dimana-mana.
Apalagi soal CEO dingin yang tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama, dan villain yang otaknya tumpul setumpul pisau yang berkarat.
Stress dengan pekerjaannya sebagai CS entry level yang monoton, melampiaskan kekesalan pada novel adalah satu-satunya pelarian yang dimilikinya.
Tapi kutukan menimpanya!
Di tengah caci makinya pada sebuah plot hole konyol, Ayla mendapati pantulan dirinya di cermin perlahan berubah menjadi wajah asing yang tak ia kenali, seragam magang, dan sebuah kartu identitas yang menggantung dilehernya bertuliskan KARSA - RANI - INTERN.
Ayla bertransmigrasi kedalam novel yang paling ia benci sebagai Rani, seorang anak magang sial yang ditakdirkan dipecat karena alasan sepele.
Alya bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya lebih pintar dari takdir bodoh yang penulis novel itu berikan untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hada Kamiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Menjelang Malam
Pagi itu, di sela-sela rutinitas magang yang membosankan, pikiran Ayla sibuk menyusun strategi.
USB kecil dari Arjuna terasa membebani tasnya, pengingat akan misi berisiko tinggi yang harus ia jalankan. Server utama Divisi Keamanan. Secara fisik, dan tanpa ketahuan.
Ayla tahu ia tidak bisa terburu-buru. Ia perlu mengamati. Sepanjang hari, ia lebih sering berjalan-jalan di sekitar area kantor, berpura-pura mencari file atau mengantarkan dokumen.
Matanya memindai setiap sudut, mencari tahu di mana letak Divisi Keamanan? Bagaimana tata letaknya? Adakah kamera pengawas? Siapa saja yang masih bekerja lembur di sana?
Ia menyadari bahwa Divisi Keamanan terletak di lantai yang sama dengan R&D, namun di area yang lebih terisolasi, di balik pintu berlapis dengan sistem akses kartu. Ini akan lebih sulit dari yang ia duga.
Saat makan siang, Ayla duduk bersama Laras, yang masih antusias membahas Kirana.
"Rani, kamu tahu? Kirana itu benar-benar ramah sekali!" Laras bercerita dengan ceria. "Tadi dia mampir ke divisi kita, kenalan dengan senior-senior. Dia bahkan sempat bertanya tentangmu lagi, loh!"
Ayla mengerutkan kening, sendoknya berhenti di tengah jalan. "Tentang aku?"
"Iya! Dia bilang, dia ingin lebih mengenalmu karena Bima bilang kamu magang yang cerdas dan teliti!" Laras mengangguk-angguk. "Senang sekali punya teman yang disukai heroine novel... eh, maksudku, disukai orang-orang populer seperti dia!"
Ayla merasakan firasat buruk. Kirana yang sempurna dan baik hati ini rasanya terlalu manis, “Mengapa dia tiba-tiba menanyakan Rani pada Bima? Ini tidak mungkin hanya keramahan biasa. Di novel, Kirana memang suka menarik perhatian, tapi kali ini terasa ada tujuan tersembunyi. Apakah Kirana sudah menjadi pion Arion juga, atau hanya kebetulan? Atau dia adalah jenis heroine licik yang bersembunyi di balik senyum manisnya?”
"Aku tidak tahu kalau aku sepopuler itu sampai Kirana menanyakan namaku pada Bima," gumam Ayla, nada sinisnya nyaris tidak terdengar.
"Kamu kan memang berbeda, Rani!" Laras tertawa. "Kamu berani pada Bima, terus kamu punya koneksi ke Pak Arjuna. Siapa yang tidak tertarik?"
Ayla hanya tersenyum samar. Koneksi ke Arjuna, adalah pedang bermata dua. Ia sudah berada di tengah target.
...****************...
Sore harinya, saat pulang, Ayla sengaja berjalan sedikit lebih lambat. Ia ingin memastikan tidak ada yang mengikutinya, dan mencoba mencari tahu pola aktivitas karyawan yang pulang lembur. Ia melihat beberapa karyawan dari Divisi Keamanan masih di kantor, lampu ruangan mereka menyala.
Saat ia melewati lobi, sebuah suara memanggilnya. "Rani!"
Ayla menoleh. Arion sang CEO, berdiri tidak jauh darinya, ditemani oleh Kirana yang tersenyum manis di sampingnya. Arion tampak karismatik seperti biasa, dan Kirana memancarkan aura innocent yang menusuk mata Ayla.
"Lama tidak bertemu di lobi, Rani," sapa Arion, senyum tipis di wajahnya. "Bagaimana di Divisi Pengembangan? Semua lancar?"
Ayla membeku sejenak. Arion, si CEO sempurna yang jarang terlihat di lantai bawah, kini menyapanya? Dan Kirana ada di sampingnya? Ini terlalu banyak kebetulan.
"Lancar, Pak Arion," jawab Ayla, berusaha tenang. "Saya mencoba yang terbaik."
"Bagus, bagus," kata Arion. Matanya yang tampak ramah, namun Ayla bisa merasakan ada sesuatu yang dingin di baliknya. Ia melirik USB Arjuna di dalam tas Ayla, seolah tahu keberadaannya. "Saya dengar kamu magang yang sangat teliti. Itu aset berharga bagi Karsa."
Kirana mengangguk-angguk setuju. "Iya, Pak! Rani memang luar biasa. Aku juga ingin belajar banyak darinya."
Ayla berusaha keras untuk tidak menunjukkan rasa jijiknya. Pujian dari Arion terasa seperti jebakan, dan senyuman Kirana terasa seperti pisau yang tersembunyi di balik madu.
"Senang bisa berkenalan dengan kalian berdua lebih jauh," kata Ayla, berusaha mengakhiri percakapan.
"Tentu saja," Arion tersenyum lebar. "Sampai jumpa lagi, Rani. Jaga dirimu baik-baik."
Arion dan Kirana kemudian berjalan pergi, meninggalkan Ayla berdiri mematung.
Tatapan Arion yang seolah menembus tasnya, dan keramahan Kirana yang terlalu manis, membuat Ayla yakin satu hal mereka tahu sesuatu, misi penyusupan ke server Divisi Keamanan ini jauh lebih berbahaya dari yang ia bayangkan.
Ia bukan lagi sekadar menyelamatkan diri, melainkan telah menjadi target.
