Pangeran Dari kerajaan Vazkal tiba-tiba mendapatkan sistem auto pilot saat kerajaannya diserang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perang dimulai
Dalam hati, Sekya berbisik, "Sistem, bagaimana menurutmu, apakah Eliana akan baik-baik saja? Aku tahu dia kuat, tapi misi ini... ini terlalu penting, dan aku tidak bisa membayangkan jika sesuatu terjadi padanya."
Suara sistem itu merespons dengan cepat, nadanya datar dan tanpa emosi, namun setiap kata yang diucapkannya terasa begitu logis dan menenangkan, {Eliana memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan kecerdasan emosional yang kuat, Pangeran Sekya. Dia akan menjalankan perannya dengan sempurna. Fokuslah pada bagianmu, dan percayakan Eliana pada kemampuannya sendiri. Keraguan hanya akan menghambat efisiensi operasional.}
Sekya menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya, ia tahu sistem itu benar, tetapi kekhawatiran itu tetap ada, menggerogoti hatinya.
Tak lama setelah itu, Kevin muncul dari gerbang istana, langkahnya cepat menghampiri Pangeran Sekya yang masih berdiri di sana, pandangannya penuh hormat.
"Yang Mulia," ucap Kevin, suaranya terdengar sedikit terengah-engah, namun jelas, "ada kabar penting yang harus saya sampaikan kepada Anda, ini mengenai pergerakan musuh yang baru saja terdeteksi di perbatasan, dan saya khawatir ini bisa menjadi ancaman yang serius bagi kita semua."
Pangeran Sekya menoleh ke arah Kevin, matanya menyipit, lalu ia bertanya dengan nada serius yang penuh kewaspadaan, "Apakah itu tentang para penyihir mereka, Kevin? Apakah mereka sudah mulai mengerahkan kekuatan sihir mereka di perbatasan, atau ada hal lain yang harus kita ketahui?"
Kevin mengangguk, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam, lalu ia menjawab dengan suara pelan namun jelas, "Benar, Yang Mulia, mata-mata kita melaporkan bahwa sejumlah besar penyihir telah terlihat bergerak ke tempat-tempat tertentu."
Pangeran Sekya tersenyum, sebuah senyuman yang penuh misteri, lalu ia bertanya lagi, nadanya tenang namun penuh makna, "Bagaimana kau bisa tahu, Yang Mulia? Saya belum sempat menjelaskan detailnya, tetapi Anda sudah menebaknya dengan sangat tepat, seolah-olah Anda sudah mengetahui semua ini sebelumnya."
Pangeran Sekya kemudian menatap Kevin dengan tatapan yang dalam, senyumnya semakin lebar, dan ia menjelaskan dengan nada santai namun penuh keyakinan, "Tentu saja aku tahu, Kevin, karena aku sudah memprediksi bahwa Lamina akan menempatkan para penyihir mereka di posisi-posisi yang sulit dijangkau oleh pasukan kita, mereka akan menggunakan sihir jarak jauh untuk menyerang kita dari ketinggian atau dari balik benteng yang kokoh, tetapi aku sudah menyiapkan solusi untuk itu, bahkan sebelum mereka sempat memikirkannya, jadi kau tidak perlu khawatir sedikit pun."
Tiba-tiba saja, Raja Saul datang dari gerbang istana, langkahnya tenang, namun pandangannya langsung tertuju pada Kevin yang berdiri di samping Pangeran Sekya, dan dengan senyum hangat penuh kelegaan, ia berkata, "Lihat, siapa ini, pengawalku yang paling setia, Kevin, syukurlah kau ada di sini dan baik-baik saja."
Kevin langsung berlutut di hadapan Raja Saul, air matanya mulai menggenang, dan dengan suara bergetar ia memohon, "Yang Mulia Raja, hamba mohon ampun atas kegagalan hamba di masa lalu, hamba tidak bisa melindungi Pangeran Lavindo, dan hamba merasa sangat bersalah atas semua itu,"
Namun sebelum Kevin menyelesaikan kalimatnya, Raja Saul segera mengangkat tangannya, menghentikan ucapan Kevin dengan lembut, dan berkata dengan suara yang penuh pengertian, "Itu semua bukan salahmu, Kevin, jangan pernah menyalahkan dirimu lagi, karena aku tahu kau sudah melakukan yang terbaik, dan aku tidak pernah meragukan kesetiaanmu."
Kevin kemudian menegakkan tubuhnya, matanya memancarkan tekad yang membara, dan dengan suara yang mantap ia bersumpah, "Hamba bersumpah, Yang Mulia Raja, kali ini hamba akan melindungi seluruh keluarga kerajaan dengan segenap jiwa dan raga, hamba rela menukar nyawa hamba demi keselamatan Anda semua, tidak akan ada satu pun dari mereka yang bisa menyentuh Anda, bahkan jika itu berarti hamba harus mati di medan perang."
Pangeran Sekya menatap Kevin dengan tatapan serius, lalu ia membalas dengan nada tegas, "Aku tidak sudi kehilangan satupun nyawa bawahanku demi diriku, Kevin, karena kalian semua adalah rekanku, bukan sekadar bawahan yang bisa kukorbankan, dan aku akan memastikan kita semua kembali dengan selamat setelah perang ini usai, jadi jangan pernah berpikir untuk menyerahkan nyawamu dengan sia-sia."
Enam hari kemudian, seluruh halaman istana Vazkal dipenuhi oleh pemandangan yang menggetarkan jiwa. Ribuan prajurit berdiri tegak dalam barisan yang rapi, mengenakan zirah baru yang berkilauan di bawah sinar matahari. Di samping mereka, tumpukan senjata canggih yang baru saja selesai dibuat menjulang tinggi, mulai dari meriam penghancur yang siap memuntahkan api, hingga busur panah otomatis yang mampu menembus apa saja. Semuanya sudah siap sepenuhnya untuk pertempuran besar yang akan datang, kecuali mereka yang telah lebih dulu berangkat ke perbatasan, menunggu saat yang tepat untuk melancarkan serangan balasan yang dahsyat.
Pangeran Sekya melangkah maju ke tengah-tengah lautan prajurit yang berjejer rapi, tatapannya menyapu setiap wajah, dari prajurit paling muda hingga yang paling berpengalaman. Dengan karisma yang terpancar kuat dari setiap inci dirinya, ia mulai berbicara, suaranya menggelegar memenuhi seluruh halaman istana,
"Dengarkan aku baik-baik, para prajuritku yang gagah berani, hari ini kita berdiri di sini bukan hanya sebagai pasukan, melainkan sebagai perisai terakhir bagi Kerajaan Vazkal, bagi keluarga kita, dan bagi masa depan yang lebih baik."
"Kita akan menghadapi musuh yang kuat, yang mungkin mengira kita lemah, tetapi kita akan membuktikan kepada mereka bahwa semangat Vazkal tidak akan pernah padam, bahwa setiap tetes keringat yang kalian curahkan dalam latihan, setiap luka yang kalian dapatkan, adalah bukti dari tekad baja yang tak tergoyahkan."
"Dan hari ini, kita akan bertarung bukan hanya dengan pedang dan panah, melainkan dengan hati yang membara, dengan persatuan yang tak terpecahkan, dan dengan keyakinan penuh bahwa kemenangan akan menjadi milik kita!"
Serentak, ribuan prajurit di halaman istana membalas pidato Pangeran Sekya dengan sorakan yang menggelegar, suara mereka bergemuruh bagaikan badai yang akan datang, "Untuk Vazkal! Untuk Raja! Untuk Pangeran Sekya! Vazkal! Vazkal! Vazkal!" Semangat mereka membara, siap menghadapi segala rintangan demi melindungi tanah air dan keluarga mereka.
Setelah sorakan mereda, Pangeran Sekya bergerak menuju seekor kuda hitam gagah yang telah menunggunya di pinggir barisan, melompat dengan cekatan ke atas pelana, dan dengan suara yang penuh perintah serta tekad yang membara, ia mengacungkan pedangnya tinggi-tinggi ke udara, lalu berseru, "Ayo kita berangkat! Dan beritahu mereka! Siapa yang mereka hadapi hari ini!"
Singkat cerita, setelah perjalanan yang melelahkan namun penuh perhitungan, pasukan besar Kerajaan Lamina yang dipimpin langsung oleh Pangeran Lamino, yang gagah menunggangi kuda perang hitamnya yang perkasa, akhirnya tiba di perbatasan Kerajaan Vazkal, dan seperti yang Pangeran Sekya duga dengan sangat tepat sebelumnya, para penyihir musuh telah ditempatkan di posisi-posisi yang sangat sulit dijangkau oleh pasukan darat, berdiri di puncak bukit terjal dan di balik formasi batu yang kokoh, siap melancarkan serangan sihir mereka dari kejauhan, sebuah pemandangan yang mengonfirmasi setiap perkiraan strategis yang telah dibuat oleh Pangeran Sekya dengan cermat.
Dari kejauhan, tepat di hadapan mereka, terdengar suara langkah kaki prajurit Vazkal yang berirama, diiringi oleh lagu kematian yang mereka nyanyikan dengan nada yang menyeramkan, membuat keringat dingin mulai mengucur di dahi para prajurit Lamina, kaki mereka bergetar tak terkendali, bahkan kuda yang ditunggangi Lamino pun perlahan-lahan mundur ke belakang, seolah merasakan aura menakutkan yang tak terlihat, sebuah pertanda bahwa sesuatu yang jauh lebih mengerikan sedang mendekat, siap untuk mengubah medan perang menjadi neraka yang sesungguhnya.