Di masa tua nya, anak anak asih dengan tega nya membuang ibu nya ke tempat penitipan lansia. mereka tak ingin merawat ibu nya lagi. karena di anggap menyusahkan.
apalagi asih juga sakit sakitan, dan membutuhkan biaya pengobatan yang tak sedikit. bagaimana kisah cerita tentang asih. yuk simak bersama sama.....
kisah ini aku buat dengan penuh ketegangan, dan juga sedih ya. jadi kalau ga suka bisa langsung skip. selamat membaca!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.17
"Semua nya menjadi 4,8 juta ya Buk." ucap penjaga toko emas, yang memberikan uang hasil pembelian nya hari ini.
"Iya pak, terima kasih banyak ya." ucap asih dengan senyuman tulus nya.
"Sama sama, Bu. Hati hati di jalan ya, sehat selalu ibu." ucap penjaga toko emas dengan begitu ramah nya.
Tes.... Air mata asih mengalir dengan sendirinya. Rasanya begitu sedih saat ini, tak ada yang pernah bertanya, apakah dia sehat, atau tidak. Yang pastinya dia senang bertemu orang orang baik di sini.
Uang yang dipegang nya bisa untuk pergi ke kota. dan dia akan berangkat menggunakan jalur laut, yaitu kapal.
"Semoga mereka baik baik saja ya, Allah. Ibu datang nak, sebentar lagi kita akan bertemu." ucap nya dengan penuh tekad yang kuat.
Rasa rindu nya begitu berat, tekad nya sangat kuat. Dia akan berkunjung ke kota untuk melihat kondisi anak anak nya. karena kalau menggunakan transportasi laut, lebih murah. dibandingkan dengan pesawat.
Hari keberangkatan tiba....
Asih membawa beberapa cemilan khas dari daerah nya. untuk kedua anak anak nya di ibu kota.
"Mau kemana Bu asih?" ucap salah satu tetangga nya itu.
"Mau ke kota bu, bertemu anak anak." ucap asih tersenyum lembut menatap para tetangga nya, yang sudah berkumpul pagi pagi sekali.
"Hati hati ya Bu, semoga sampai tujuan dengan selamat." ucap ibu ibu itu, yang mendoakan buk asih dengan penuh ketulusan.
Mereka kasihan melihat kehidupan Buk asih, begitu prihatin. Di usia yang tak lagi muda, beliau hidup sebatang kara. Anak anak nya, merantau ke kota, dan tak pernah kembali.
"Terima kasih doa nya ibu, ibu. Kalau begitu saya pamit dulu ya bu." ucap nya yang menuju ke stasiun untuk membeli tiket kapal.
"Kasihan ya, Bu asih sekarang. Aku tau banget perjuangan nya seperti apa, menghidupi ketiga anak anak nya itu, dengan sangat baik. Tapi mereka, malah tak ada satu pun yang berbakti." ucap Bu Romlah dengan penuh rasa prihatin.
"Loh, memang nya kenapa Bu?" tanya salah satu ibu ibu yang masih baru di desa itu.
"Anak anak nya, udah pada sukses sukses Bu. anak perempuan nya, nikah dengan kepala desa sebelah, dan sekarang katanya udah punya anak. Tapi Bu asih, ga pernah dikabari, dan ga diundang pas acara aqiqah cucunya sendiri. Dan satu lagi, anak Bu asih yang pertama katanya udah kerja di salah satu perusahaan ternama di kota. Dan anak nya ke dua, ikut jejak kakak nya juga ke kota. Saya kalau Bu asih cerita sering sedih dengarnya. Beliau di usia yang rentan begini, anak anak nya ga pernah jenguk ke rumah. Kadang memang benar, air susu di balas dengan air tuba. Dan kasih ibu sepanjang masa, kasih anak cuman sepanjang jalan." ucap Bu Romlah dengan panjang lebar nya. dia merupakan salah satu tetangga Bu asih yang begitu dekat dengan beliau. Bu asih adalah orang yang paling baik, yang selama ini dia kenal.
"Ya ampun, itulah anak anak Bu. Kalau udah sukses, lupa orang yang merawat nya dari kecil, lupa siapa yang ada saat dia masih belum mengenal dunia. Saya kasihan liat buk asih asih itu." ujar beberapa ibu ibu yang mendengar kan.
....
Kapal nya akan berangkat sekitar jam 2 siang, asih masih menunggu di dermaga, sambil memakan sepotong roti, dengan wajah yang kelelahan nya.
"ibu mau kemana?" tanya salah satu penumpang yang sama.
"Saya mau ke ibu kota nak." ucap asih tersenyum lembut.
"Nomor kamar nya ibu berapa?"
"Ini."
"Wah, tempat saya juga berdekatan dengan ibu. kenalin, nama saya Laksmi." ucap nya dengan wajah antusias.
"Mau ketempat siapa Bu di kota?" tanya Laksmi dengan penuh penasaran.
"Dekat anak saya nak, saya rindu dengan mereka. Sudah satu bulan ga ada kabar nya."
"Kok bisa Bu, apa ibu udah berusaha menghubungi mereka?"
"Sudah, saya sudah berusaha menghubungi mereka nak. Tapi tak ada satu pun yang mengangkat nya. Padahal kalau kata anak anak kampung di daerah saya, habis pulsa gitu. Tapi saya selalu rajin isi, untuk bisa menelpon mereka di sana.
"Kasihan ibu ini." batin Laksmi dengan penuh wajah yang sendu.
Setelah Berbasa basi, akhirnya kapal pun berangkat. Ini pertama kalinya, asih berpergian jauh dari rumah. Tekad dan keberanian nya, cukup membuat Laksmi kagum. Dia prihatin mendengar cerita tentang anak anak nya Bu asih ini.
"Nak Laksmi, kerja di kota juga ya nak?" tanya asih dengan penuh penasaran.
"Iya ibu, saya bekerja di salah satu di perusahan liputan media. Sebagai penulis naskah."
"Wah, hebat ya nak. pasti ibu mu, sangat bangga ya." ucap asih dengan tersenyum tulus nya.
"Ibu dan ayah saya sudah meninggal dunia Bu, saya hanya memiliki bude dan pakde saja."
"Innalillahi, maaf kan ibu yang tidak tau ya nak." ucap asih yang merasa bersalah.
"Iya, gpp bu." ucap Laksmi tersenyum lembut nya.
mereka begitu akrab satu sama lain nya. Perjalanan yang cukup jauh itu, membutuhkan waktu satu harian.
Tiba lah mereka di dermaga dan kapal langsung bersandar di tempat. Asih Tersenyum senang akhirnya sampai di tujuan akhir nya.
"Alhamdulillah, akhirnya tiba di tempat tujuan." gumam nya dengan tersenyum lembut.
Laksmi masih tetap setia menemani Bu asih, dan membantu nya sebisa nya. karena dia kasihan, dan merasa prihatin dengan beliau yang sudah tua berpergian jauh sendirian. Demi untuk bisa bertemu anak laki laki nya.
Setelah itu, laksmi yang melihat alamat tempat anak nya buk Laksmi tinggal, langsung memesan taksi online untuk mengantarkan nya ke tempat tujuan.
"Nak, ini dia uang ibu. Berapa harga taksi nya nak?" tanya nya kepada Laksmi.
"Gausah Bu, gpp. Saya ikhlas. Maafin saya ya Bu, ga bisa mengantarkan ibu ke tempat tujuan. karena saya ada urusan yang mendesak." ucap Laksmi yang merasa tak enak hati.
"Gpp, nak. Ibu udah dibantu begini sudah begitu sangat bersyukur. Masih ada orang orang baik yang ibu temui selama ini. terima kasih, banyak ya nak."
"Sama sama Bu, semoga bisa berkumpul lagi bersama sama keluarga ibu, ya."
"Kamu juga hati hati, semoga, kalau Allah berikan jalan nya lagi. Ibu ingin bertemu kamu lagi, lain waktu."
"Iya Bu, amin."
Setelah itu, barulah asih pergi menggunakan taksi menuju ke tempat tujuan selanjutnya.
Tanpa dia tau, bahwa anak anak nya, telah sibuk dengan urusan masing masing.
"mas, aku senang banget, kita udah nikah. Dan menjalani hidup yang bahagia." ucap ucap Vita yang merupakan istri Farid Yang udah resmi.
"Iya sayang, aku juga makasih sama kamu. Mau menerima aku yang seperti ini."
mereka saling berpelukan, dan saling mencintai satu sama lain.
Kasian wita suster yg baik semoga suatu saat wita bisa ktmu ma bu asih..