NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3

Araya meraih tangan Devan.

"Devan, kenapa harus mengikuti Naya?" tanyanya, serius.

Devan menghela napas. "Dia adalah sahabatmu Araya. Seharusnya kamu tidak merepotkannya. Itu adalah tugasmu," ucap Devan, kesal.

"Tapi Devan, Naya sendiri yang mengajukan diri," jelas Araya.

Devan mengusap rambutnya ke belakang, wajahnya tampak jengkel. "Bersikaplah tanggungjawab pada tugasmu, Araya." Setelah mengatakan itu Devan berlalu pergi meninggal Araya.

Araya menyipitkan matanya, perlahan gadis itu menyentuh dadanya yang terasa nyeri. "Ada apa denganmu, Araya," lirihnya merasa kecewa.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Sedangkan di sisi lain Naya menikmati berkeliling dengan Rifan. Dia banyak menceritakan tentang sekolahnya, dan juga menceritakan seperti apa dirinya.

"Rifan, apa kamu suka, Ballet?" tanya Naya.

Rifan tidak menjawab, pemuda itu terus berjalan tanpa berniat menjawab semua pertanyaan yang menurutnya tidak penting. Begitulah Rifan, manusia yang bodoh amat pada sekitarnya.

Naya-pun hanya tertawa kecil setiap Rifan tidak menjawab. "Diam berarti suka," ucap gadis itu kemudian.

"Ballet itu seru, saat kamu menikmatinya kamu akan merasa tenang." Naya menoleh, tersenyum ke arah Rifan.

"Saat aku mengalami stres aku akan ke ruang latihan untuk meluapkan setiap rasa kesal pada diriku. Sesekali kamu harus mencobanya," jelas gadis itu sungguh terpesona.

"Jadi ... kalau kamu merasa stres karena sebuah masalah, datanglah ke ruang latihan. Luapkanlah bersamaku," lanjutnya.

Hening!

kaki keduanya melangkah dengan serentak, namun karena terlalu serius Naya tidak sengaja menginjak batu yang membuat langkahnya tidak seimbang. Badannya yang ramping terhuyung, wajahnya pun berubah khawatir.

Dengan cepat Rifan menangkap lengan Naya, gadis itu tak jadi jatuh karena tahanan Rifan pada dengannya yang kuat.

Merasa terselamatkan, Naya menutup matanya kemudian mengatur napas dengan teratur. Menoleh ke arah Rifan dengan pandangan mata yang berbinar.

"M-makasih, seandainya ngga ada kamu aku akan jatuh dan terluka... memungkinkan aku tidak bisa latihan Minggu ini," ucapnya pelan.

Rifan melepaskan genggaman tangannya. "Apa kamu, okey?"

Naya menatapnya dengan mata butuh belas kasih, gdis itu menggeleng dengan pelan. "Kaki ku sedikit keseleo," ucapnya.

"Di mana UKS-nya, aku akan mengantarmu ke sana?"

"Aku akan menunjukkan jalannya," ucap Naya.

Rifan kembali memegang lengan tangan Naya, membantu gadis itu berjalan.

Dari jarak kejauhan, Devan yang melihat Rifan menggenggam lengan Naya menggeram kesal. Dengan langkah cepat penuh amarah ia mendekat, mendorong Rifan dan menganbil alih.

Devan memeluk Naya dari samping, menyentuh pinggang gadis itu dengan penuh perhatian.

"Jangan coba-coba menyentuh-nya," ucap Devan dengan dahi berkerut keras, hingga urat dahinya terlihat.

Rifan menghela napas, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. "Untuk kamu datang, antarlah ke UKS," ucap Rifan berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Devan melirik ke arah Naya. "Kamu ngga papa kan?" tanya Devan.

Naya menggeleng. "Gandong, kaki aku sakit."

Devan tersenyum kemudian mulai menggendong Naya ala bridal style.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Di dalam kelas.

Araya terus-menerus menghela napas, sudah berapa kali ia menoleh ke arah bangku Devan dan Naya. Namun, keduanya belum juga tiba di dalam kelas.

Lagi-lagi ia menghela napas, raut wajahnya berubah murung walaupun terlihat tetap datar. "Kira-kira mereka ke mana, yah? Aku ingin meminta maaf karena sudah merepotkan," batinnya.

Dari setiap helaan itu ada pemuda yang tengah fokus pada bukunya merasa terganggu, saat Araya kembali menghembuskan napas kasar Rifan meletakkan bolpoin dengan keras hingga meninbulkan suara yang menggema.

Semua murid yang tengah belajar ikut terkejut begiupun dengan Araya—menatap Rifan yang menatapnya tajam.

"Selain tidak bertanggung-jawab kau juga suka mengganggu konsentrasi orang," ucapnya.

Seakan tuli Araya malah menoleh ke arah bangku Devan dan Naya. Rifan ikut menoleh, pemuda itu menghela napas.

"Apa kau suka pada kekasih temanmu sendiri?" Araya reflek saja menatap Rifan tajam.

Dengan masa bodoh gadis itu kembali fokus pada bukunya—tanpa sepatah kata untuk Rifan.

Rifan pun kembali menatap bukunya.

"Kau tahu hal apa yang paling kejam di dunia ini?" tanya-nya tanpa menoleh, tapi yang jelas pertanyaan itu ubtuk Araya.

"Seorang teman yang menghianati temannya sendiri," lanjut pemuda itu.

Dengan cepat Araya menatap Rifan yang menatap lekat bukunya. Entah, Araya tidak paham dengan apa yang Rifan katakan. Tidak ada salahnya kan mengkhawatirkan pasangan sendiri?

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Bel pulang sekolah pun berbunyi, dengan cepat para murid menggendong tas mereka masing-masing dan berjalan pulang.

Sekarang Araya berada di depan pagar, melihat handphone dan juga arloji terus menerus. Sudah dua jam dia menunggu tapi Devan dan juga Naya belum terlihat.

Dengan rasa gelisah, Araya kembali membuka layar ponselnya. Menekan nomor Devan kemudian—memanggil.

Berdering, namun sama sekali tidak dijawab, setelah menelpon Devan, Araya juga menelpon Naya yang jawabannya sama saja. —berdering namun tidak terjawab.

"Sebenarnya kalian ke mana," batinnya.

Tidak ada pilihan lain—Araya memilih untuk pulang ke-rumah jalan kaki.

Selama berjalan perasaan Araya tidak karuan, ia terus merasa khawatir dan takut jika dia sampai di rumah. Gadis itu menggigit bibir bawahnya hingga berdarah, perdebatan anatara ia dan ibunya benar-benar mengkhawatirkan.

"Apa aku ke ruang latihan saja? Atau... sebaiknya aku tinggal di sana," batinnya pada diri sendiri.

Araya menggeleng dengan pelan. "Itu bukanlah pilihan yang tepat, aku harus berpikir secara dewasa tapi bagaimana caranya?"

Gadis itu terus membatin dan melayangkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak kunjung memiliki jawaban/solusi.

Langkah gadis itu berhenti, ia perlahan duduk di pembatan jembatan (seperti pagar, biasa jembatan ada bangunan di sampingnya, nah seperti itu. Araya duduk di atasnya).

Entahlah Araya bingung, air mata gadis itu tiba-tiba saja jatuh tanpa diminta dengan cepat ia menghapusnya seperti anak kecil yang berantakan.

"Itu tidak dewasa Araya," ucapnya dengan suara bergetar.

Namun, air matanya terus mengalir serta dadanya yang terasa sesak. Semakin berantakan, Araya berusaha memberhentikan air matanya yang terus berjatuhan dengan deras.

"Kumohon."

"Jangan seperti ini."

"Ini tidak cocok."

Ia terus menerus menegur dirinya sendiri agar tidak menangis, karena itu bukanlah sikap dewasa.

///

Araya menangis sebisa-bisanya, dengan erat Devan memeluk gadis itu.

"Araya, aku tidak suka dengan sikap cengengmu ini. Mama-mu benar adanya, berhentilah memasuki latihan dance, ikutilah katanya," ucap Devan.

Araya menggeleng dengan air mata yang terus mengalir. "Aku tidak bisa, Devan."

"Terserah kau saja, aku muak melihatmu menangis terus menerus. Kita putus saja," ucap pemuda itu tanpa peduli.

Araya menggeleng. "Tidak, Devan. Baiklah aku tidak akan menangis, aku akan menjadi dewasa seperti apa yang kamu minta."

\

Walaupun Araya terus menerus memendam semuanya selama ini, tapi entah mengapa ia menjadi cengeng saat bersama Devan.

Ia terus ingin di manja dan disayangi seperti seorang ayah yang memanjakan anaknya. Namun, hal itu membuat Devan marah.

Devan tidak suka dengan gadis yang sikapnya seperti Araya.

Dan pada saat itu Araya mulai belajar sikap dewasa seperti apa yang Devan katakan padanya.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!