Apakah pengasuh hanya berlaku untuk bayi dan anak-anak?
Ariana, gadis berusia 22 tahun di janjikan upah cukup besar hanya untuk mengasuh putra dari seorang duda kaya raya.
Kenakalannya sudah tak bisa di tolerir, namun sang ayah yakin jika Ariana mampu mengubah sifat anak remajanya itu.
Akankah Ariana berhasil menaklukkan anak remaja itu? Atau justru timbul konflik yang rumit di antara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan di Pesta
”Arkana, malam ini papa mau pergi ke acara anniv perusahaan rekan bisnis. Dan Ariana akan ikut. Kamu harus diam di rumah, apalagi kondisi tubuhmu masih belum pulih.”
Mendengar hal itu, Arkana mendengus kesal. Dia menebak jika ayahnya akan mengenalkan Ariana sebagai calon istrinya.
”Kenapa papa bawa si pengasuh itu?” Tanya Arkana kesal, dia pun tak semangat menghabiskan makan siangnya.
”Semua rekan papa bawa pasangannya. Masa papa sendirian kesana? Lagi pula Ariana juga bersedia menemani papa,” jawab Arga yang sudah selesai menghabiskan makan siangnya. Seperti biasa dia pun memuji masakan buatan Ariana.
Sementara itu Arkana menatap tajam Ariana yang duduk di depannya. Arga sudah menyampaikan pada putranya, jika Ariana akan satu meja makan dengan mereka setiap hari.
”Ariana, pegawai butik sebentar lagi akan datang. Kau harus fitting gaun yang akan di pakai untuk sore ini,” ucap Arga yang di balas anggukan singkat oleh Ariana.
Arkana semakin panas mendengar hal itu, bisa-bisanya sang ayah memberi perhatian berlebih pada wanita yang belum tentu bisa membahagiakannya. Wanita muda yang bisa saja bersifat licik dan hanya ingin menguras harta papanya.
Beberapa waktu kemudian, bel rumah pun berbunyi. Ariana membuka pintu dan melihat Wildan dengan setelan jasnya yang rapi. Di belakangnya juga terdapat pegawai butik yang membawa beberapa gaun untuk Ariana.
”Silakan masuk,” Ariana dengan sopan menyambut tamu yang sesungguhnya datang untuk melayaninya.
”Bawa itu ke ruang kerja Tuan Arga,” titah Wildan pada pegawai butik yang dia bawa.
”Oh, sudah datang. Simpan saja di sana. Wil, kamu panggilkan Ariana,” titah Arga yang pasti di turuti oleh Wildan.
”Hei nona, masuklah ke ruang kerja Tuan Arga.”
Mendengar perintah Wildan, Ariana yang tengah mencuci piring segera mengikuti langkah Wildan. Masuklah dia ke dalam ruang kerja Arga yang seolah di sulap menjadi butik mini. Belum lagi MUA profesional yang sengaja di datangkan Arga untuk merias wajah Ariana.
”Ayolah, pilih salah satu gaun yang kamu suka,” ucap Arga sambil tersenyum manis pada Ariana.
Ariana yang tentu saja belum pernah melihat gaun cantik di depannya merasa bingung. Walaupun dia tahu outfit, tapi hanya pakaian basic yang bisa dia padu padan kan. Sementara untuk gaun pesta, dia tak pernah tahu bagaimana selera orang kalangan atas.
”Kau masih bingung?” Tanya Arga yang menghampiri gadis itu dan membantu memilih gaunnya.
”Saya tidak pernah melihat pakaian secantik ini, jadi saya tak tahu bagaimana selera kalangan konglomerat seperti anda.”
”Baiklah, kalau begitu saya yang akan pilihkan,” ucap Arga sambil melihat beberapa gaun yang sepertinya cocok untuk Ariana.
Arga pun menunjukkan 3 gaun yang sudah dia pilihkan untuk Ariana. Gadis cantik itu terpana dengan gaun bergaya cowl dengan bahan velvet berwarna deep maroon. Ditambah tali kecil di bahu dan juga belahan rok mencapai atas lutut.
”Kau suka yang ini?” Tanya Arga yang mendapat anggukan dari Ariana.
”Baiklah, acaranya sekitar satu jam lagi. Kau harus merias wajahnya secantik mungkin, tapi dengan make up yang tidak terlalu tebal,” titah Arga pada MUA yang sudah dia panggil.
Melihat perhatian sang majikan, Ariana merasa sangat di istimewakan. Mungkin bukan seperti ini harapannya ketika berhubungan dengan seorang pria, tapi hal ini sudah melebihi ekspektasinya.
...~~~...
”Wah, cantiknya!”
Seru MUA yang sudah selesai merias wajahnya. Make up simple namun di bubuhi dengan ombre lipstick sewarna dengan gaun yang di pakai oleh Ariana memancarkan kecantikan gadis itu. Rambutnya yang di curly, di tambah dengan sepatu hak tahu bergaya sling back membuatnya tambah menawan.
”Aku gak tahu kalau gaun ini sangat seksi,” ucap Ariana yang melihat bagian bahu terekspos. Belum lagi asetnya yang semakin terlihat menonjol karena jenis gaun yang di pilihnya.
”Pakai mantel saja, kalau kamu tidak percaya diri,” saran Arga yang sudah bersiap. Pria itu terkesima melihat Ariana yang sudah cantik dan siap untuk di bawa ke pesta.
Arga pun terlihat maskulin, dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja deep maroon yang terlihat serasi dengan Ariana. Apalagi rambutnya yang dia tata dengan gaya baru, membuatnya tampak lebih muda.
”Ayo,” Arga memberikan lengannya untuk di rangkul Ariana. Dengan senang hati Ariana pun menerimanya.
Mereka berdua keluar seperti pasangan serasi, membuat Wildan merasa sedih karena dirinya tak membawa pasangan.
Sementara itu, Arkana yang melihat dari kejauhan memandang mereka dengan tatapan sinis. Kesal dengan Ariana atau mungkin cemburu pada ayahnya sendiri? Yang jelas hatinya tak karuan, ingin sekali dia memarahi semua benda di rumahnya. Mengacak-acak isi rumah dan melempar apapun yang ada di depannya.
”Gue kenapa sih? Padahal papa terlihat bahagia sama Ariana, tapi kenapa gue marah? Gue sayang sama papa, dan gue gak mau dia sakit hati lagi sama cewek. Tapi kenapa harus Ariana? Kenapa harus dia,” ucapnya lirih sembari mengepalkan tangan. Dia mengacak-acak rambut coklat mudanya dan memejamkan matanya yang berwarna biru seperti samudra.
Dia pun teringat pertama kali bertemu dengan Ariana dan telah menyelamatkan hidup gadis itu.
”Ya, gadis itu berhutang hidup sama gue. Dia harus membayarnya kan?”
Arkana semakin bingung, pikirannya di penuhi ide jahat. Namun dia tumbuh di lingkungan keluarga terhormat yang tak mungkin menjadikannya pria brengsek.
”Enggak, gue gak bisa ngehancurin kehormatannya. Gue cuma harus ngebatalin niat ayah buat nikahin dia.”
Sementara itu di pesta, Arga dengan bangga memperkenalkan Ariana pada rekan bisnisnya. Walaupun tak sebagai calon istri, Ariana di akui oleh Arga sebagai teman dekat. Itu cukup membuat Ariana merasa jika Arga serius, apalagi belum ada pernyataan cinta atau ajakan menikah yang benar-benar resmi padanya.
Namun, saat Arga mulai membawa Ariana dikenalkan pada seorang pria paruh baya, tatapannya berubah menjadi sebuah kejutan. Pria itu mengingatkannya pada masa lalu.
”Dia seperti—,” gumamnya yang tak sanggup melanjutkan kalimatnya, nafas gadis itu tersendat.
”Selamat malam Tuan Tanoe Wijaya,” sapa Arga pada pria paruh baya yang sudah terlihat sedikit beruban itu. Pria itu pun membalas dengan jabat tangan di sertai sedikit pelukan.
”Tuan Arga, akhirnya anda kemari dengan membawa pasangan. Selamat untukmu,” ucap Tanoe kala melihat Ariana di samping rekan bisnisnya. Namun pandangannya berubah, Tanoe seolah pernah bertemu dengan gadis di hadapannya.
”Ya, do'akan saja semoga dia bisa menjadi pasanganku,” jawab Arga sembari merangkul pinggang Ariana. Sementara Ariana hanya diam, menatap nanar pria paruh baya itu.
”Tuan Arga, saya izin ke kamar kecil.”
”Kamu tahu dimana tempatnya?” Tanya Arga yang khawatir Ariana akan tersesat.
”Saya bisa bertanya pada waiter,” ucap Ariana yang langsung meninggalkan kedua rekan bisnis itu.
Tanoe melihat Ariana dengan wajah penuh pertanyaan. Dia merasa jika pasangan Arga mirip dengan seseorang yang dia kenal.
Sementara itu, Ariana yang tak percaya dengan penglihatannya tengah menangis di dalam toilet. Dia sangat mengenal pria itu dengan baik.
”Tanoe Wijaya, ayah kandungku ada di hadapanku sendiri,” ucapnya sembari menangisi hidupnya. Ayah yang selama ini di kira telah mati, kini muncul di hadapannya.