Dean Willis Granger cucu dari pemilik Rumah Sakit ternama Gr.Hospital. Menjadi cucu laki - laki satu - satunya dan belum menikah, membuat pria itu menerima beban tuntutan dan harus menerima akan perjodohan yang telah di atur sang kakek.
"ck ini sudah zaman modern tidak perlu perjodohan atau semacamnya" tolaknya dengan santai seraya memakai jas nya.
"Tidak, besok acara makan malam. Tidak ada penolakan Dean" ketusnya yang berlalu meninggalkan cucunya yang mematung.
***
Pertemuan dengan keluarga Ashton nyatanya merubah sudut pandang Dean. Gadis Nakal yang dia temui tempo lalu di sebuah bar nyatanya adalah calon adik iparnya. Sifatnya bertolak belakang dari saat pertama kali bertemu.
"Naomi, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.
"S-siapa? Mau apa memgikutiku hah? Kau ini calon suami kak Grace!" memberikan ultmatum.
"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku" ejek Dean menirukan kalimat yang pernah diucapkan Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeonfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Kembali
*tok tok tok*
"Naomi mama belikan dimsum kesukaanmu" ucap Lucy di depan pintu kamar putri bungsunya. Dia mengetahui jika beberapa hari terakhir Naomi sangat bekerja keras untuk tugas akhirnya. Dia lebih memilih di kamarnya dalam waktu yang lama.
"Iya ma.. sebentar" jawabnya dengan sedikit teriakan. Naomi buru - buru memencet tombol save untuk pengerjaan tugasnya yang masih belum selesai. Dia memutuskan untuk menemui ibunya yang membawakan dia oleh - oleh setelah pulang bekerja.
"Makan dulu Naomi, mama juga akan buatkan jus stawberry" ucap Lucy dengan senyumnya menyambut kedatangan putrinya ke dapur.
"Terima kasih ma, mama tahu saja jika aku memerlukan banyak tenaga untuk tugas kuliahku yang sangaaat menguras tenaga" kekehnya yang memeluk perut ibunya dari belakang dengan manja.
"Makan dulu dimsumnya, sebentar lagi jusnya akan segera datang" ucap Lucy mengelus surai Naomi. Putrinya begitu patuh dan memilih duduk di kursi dan membuka paper bag berisikan beraneka varian dimsum. Ada dimsum udang, dimsum sapi, dimsum ayam dan dimsum kepiting yang dibelikan oleh ibunya.
"Wah enak sekali... kita makan bersama - sama ma" tuturnya dengan sumpit yang sudah dia apit di kedua jarinya.
"Ha ha iya sayang. Mama tuangkan ini dulu" ucap Lucy yang menanggapi kemanjaan putrinya. Dia begitu senang akan sikap manja Naomi.
"Enakk ma. Aku sangat suka dimsum udang" ucapnya dengan suapan demi suapan. Naomi memejamkan matanya dan menggerakkan wajahnya, menikmati kelezatan dari makanan yang tengah dia santap.
"Makanlah semuanya. Tidak akan ada yang mengambil dimsum udang kesukaanmu" ucapnya menyodorkan satu cup baru varian dimsum udang. Lucy mengenal baik putrinya sehingga dia memesan lebih banyak porsi untuk varian itu.
"He he mama tahu saja. Aku akan menghabiskannya" jawabnya dengan senyumnya yang mengembang. Lucy menatap lekat Naomi. Berharap senyuman itu tidak akan pernah hilang dan selalu bisa dia lihat setiap harinya.
"Oh iya Naomi. Mama dan papa besok pagi akan pergi ke Southwark untuk menghadiri acara gender reveal party aunty Valen. Apa kamu mau ikut?" Tanyanya mengajak.
Naomi langsung menggelengkan kepalanya menolak, dia tidak bisa menyia - nyiakan waktu yang teramat berharganya untuk menyelesaikan kuliahnya dengan baik.
"Tidak ma, aku di rumah saja. Aku harus menyelesaikan tugas akhir kuliah. Mama ajak kak Grace saja" usulnya yang memilih untuk tidak berpartisipasi.
"Sepertinya kakakmu juga tidak bisa. Dia cukup sibuk akhir - akhir ini. Entah mendapat libur weekend atau tidak" ucapnya yang meyangakan.
"Hmm.."
"Tidak apa - apa sayang. Mama dan papa yang pergi saja. Kalian selesaikan saja apa yang harus diselesaikan dengan baik. Nanti mama akan membawakan oleh - oleh" ucapnya dengan ikut meminum jus yang dia buat tadi.
"Yess ! Itu yang aku tunggu ma he he" ucapnya dengan senang. Lucy tertawa mendengar kejujuran Naomi yang selalu mengharap oleh - oleh.
"Hmm.. sayang sekali ya mah, saat mama mengandungku mama tidak mau di foto. Padahal aku sangat ingin melihat foto mama ketika hamil aku, seperti foto mama saat hamil kak Grace" ucap Naomi secara tiba - tiba. Perbincangan ini cukup sejenak menjeda suapan dimsum di tangan Lucy.
"Maafkan mama ya sayang. Mama anti camera sekali saat itu" ucapnya dengan senyum tipisnya.
"Tidak apa - apa mah. Tapi aku senang karena aku memiliki foto ulang tahun pertamaku dengan mama, papa dan kak Grace" ucapnya dengan lantang.
***
"Sudah datang" sapa Dean pada kakaknya yang berkunjung ke rumah sakit.
"Iya, kamu sendirian saja di ruangan Dean" ucapnya melihat lihat isi ruangan kerja adiknya.
"Hmm.. seperti biasa. Oliv dimana?" Tanyanya karena tidak melihat gadis kecil yang selalu memanggilnya uncle.
"Dia sedang berjalan - jalan bersama kakeknya. Seperti biasa pasti dia mengajak ke mall tepatnya ke store mainan" ucap Natasha yang sudah biasa akan antusiasme antara anaknya dan juga kakeknya.
"Hmm.. aku pasti akan ditagih jalan - jalan juga." Ucapnya dengan menyunggingkan senyumnya.
"Pasti. Unclenya belum membelikannya sesuatu ha ha." Sahutnya dan lalu duduk di sofa ruangan kerjanya.
"Berapa lama disini?" Tanya Dean membuka topik.
"Hanya empat hari. Suamiku ada pekerjaan ke Spain lima hari. Aku harus sudah ada di rumah saat dia kembali" ucap Natasha yang lantang.
"Ya ya. Seorang istri yang baik" tuturnya memberikan anggukannya. Dia memberikan apresiasi pada kakaknya yang benar - benar mengabdikan dirinya untuk keluarga kecilnya.
"Ya jelas. Aku memiliki pria yang aku cintai dan mencintaiku. Kamu juga harus merasakan itu juga Dean, kamu memiliki tempat pulang yang selalu kamu rindukan nantinya" ujarnya seraya memancing ke arah topik pembicaraan yang lainnya.
"Ya suatu saat nanti" jawabnya singkat tanpa embel - embel yang lain.
"Apa kamu tidak ingin menceritakan pada kakakmu ini tentang kencan yang disiapkan kakek? Apakah berhasil?" Tanya Natasha dengan membawa rasa penasarannya. Dia belum lagi mendapat kabar akan perkembangan hubungan yang dimiliki oleh adiknya.
"Kita sebatas rekan kerja" jawabnya lagi dengan singkat.
"Rekan kerja? Berarti dia juga bekerja di Rumah Sakit ini? Kakak ingin mengenalnya Dean" ucap Natasha yang cukup antusias.
"Hmm.. dia ada dibagian manager" ucapnya mengiyakan.
Natasha menelisik gerak gerik dari adiknya. Sepertinya respon yang dia berikan cukup akurat dengan lisannya. Dia terlihat biasa saja dan tidak antusias akan perjodohan yang direncanakan oleh kakeknya.
Entah harus wanita yang seperti apa lagi yang bisa membuat adiknya berpaling dari workholicnya ini. Dia sangat tidak berperasaan untuk membuka hati.
***
"Kak apa kakak pulang masih lama?" Tanyanya di panggilan ponselnya. Dia melirik lirik ke arah jam dinding. Waktu sudah menunjukan siang hari.
"Iya Naomi. Pekerjaan kakak masih banyak. Kakak harus memeriksa audit data pasien. Memangnya kenapa ? Apa mama dan papa sudah berangkat?" ucapnya seraya tangannya yang bergerak sibuk dengan berkas dan data di laptopnya.
"Sudah sekitar sepuluh menit yang lalu. Aku hanya bosan saja di rumah." Ucapnya dengan keluhannya. Dia sudah cukup pening dengan tugas akhirnya. Dia butuh refreshing.
"Sudah makan siang"? Tanya Grace yang perhatian pada adik satu - satunya.
"Hmm.. aku sudah makan sedikit tadi." Jawabnya dengan pelan.
"Kenapa sedikit? Kamu harus makan banyak Naomi. Kalau begitu datang saja ke sini. Kakak yakin kamu kesepian" ucap Grace memberikan solusi.
"Memangnya boleh kak? Apa tidak mengganggu? Tapi aku janji kok akan diam disana. Aku juga akan membawa laptopku dan melanjutkan tugasku disana" ucapnya tanpa koma, dia nampak antusias dengan saran yang diberikan oleh Grace.
"Iya, tidak apa - apa. Kakak punya ruangan sendiri. Kamu bisa datang Naomi" ucapnya dengan kekehannya.
"Baiklah aku akan bersiap kak" sahutnya dengan semangat. Dia bangkit dari meja belajarnya dan bersiap berganti pakaian untuk pergi ke Rumah Sakit.
***
"Apa kabar ibu Natasha?" sapa Andreas, salah satu pimpinan manager yang sudah lama bekerja di Rumah Sakit.
"Saya baik. Bagaimana dengan pak Andreas? Maaf saya mengganggu. Saya hanya berjalan - jalan sebentar" ucapnya dengan ramah.
Natasha memutuskan untuk berkeliling sekaligus bernostalgia akan keadaan Rumah Sakit. Dia menjumpai beberapa staff yang cukup lama bekerja untuk sekedar menyapa sebentar.
"Tidak - tidak. Saya senang bisa bertemu lagi dengan ibu Natasha." Jawabnya.
"Oh iya, saya dengan ada manager baru di Rumah Sakit ini. Ruangannya di sebelah mana? Saya ingin berkenalan" tanyanya yang merasa kebingungan.
"Oh nona Grace mungkin ya. Dia hang dipilih langsung oleh tuan William. Ruangannya ada di sebelah sana" ucapnya memberikan arahan lewat tangannya.
"Oh iya - iya. Terima kasih pak Andreas. Saya permisi" ucapnya yang melenggang pergi. Dia tidak begitu hafal letak Rumah Sakit sekarang. Ada beberapa ruangan yang diubah dan dialih fungsikan.
***
*tok tok tok*
Naomi mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Dia melirik ke sana kemari dan merasa kebingungan. Kakaknya Grace sedang keluar untuk menyelesaikan pekerjaannya di ruang divisi.
"Aduh, kakak belum kembali lagi" desisnya yang ragu untuk membuka pintu. Naomi beranjak dari duduknya dan dengan penuh keraguan membuka pintu ruangan Grace.
"Selamat siang, saya Natasha" ucapnya dengan ramah.
"Ah i-iya. Maaf tapi kak, eh bu Gracenya sedang tidak ada di ruangan" ucap Naomi kikuk.
Wanita itu mengerutkan keningnya. Dia menatap Naomi yang memang berpenampilan santai. Memakai celana jeans dan kaos polos putih pedek. Rambutnya dia cepol.
"Lalu anda siapa?" Tanya Natasha yang kebingungan. Tidak mungkin staff memakai pakaian santai seperti ini.
"S-saya adiknya. Silahkan masuk" ucapnya mempersilahkan Natasha untuk masuk kedalam ruangan Grace.
Naomi perlahan menceritakan akan dirinya dan alasan dia berada di ruangan Grace. Dia juga beberapa kali meminta maaf akan ketidaksopanan akan kedatangannya dan berkali - kali menjelaskan akan tidak ada niatan mengganggu.
"Ah ha ha . Iya iya saya mengerti. Kamu tidak perlu setegang itu. Tidak apa, saya juga pernah mengalami se stress apa tugas akhir kuliah. Bagaimana perkembangannya?" Tanya Natasha yang mencairkan suasana.
"Sudah hampir selesai. Lusa mungkin sudah bisa mengikuti ujian" tuturnya dengan sedikir gugup. Duduknya tegap dengan kedua kaki yang dia rapatkan. Begitu juga dengan kedua tangannya yang bertumpu di pangkuannya.
"Syukurlah. Saya ikut senang mendengarnya" ucap Natasha dengan senyumnya.
*tok tok tok*
"Ah mungkin itu kak Naomi sudah datang" ucapnya yang refleks beranjak. Tanpa berfikir panjang, untuk apa Grace mengetuk pintu ruangan kerjanya sendiri.
Tatapan itu saling bertemu kembali. Tatapan yang sudah susah payah dia hindari. Keterkejutannya juga beralih pada gadis kecil yang sedang dia gendong.
Naomi melihat ke arah belakang. Melihat ke arah wanita yang bernama Natasha. "Bukan plot twist kan jika mereka sepasang suami istri yang memiliki satu anak perempuan" gumamnya secara acak.
"Mama" ucap gadis kecil itu yang lalu diturunkan dari gendongan Dean. Gadis itu berlari kecil dan mendekati ibunya.
Naomi mematung melihat apa yang ada dihadapannya sekarang fikirannya menjadi membeku seketika. Dia belum bisa mencerna dengan baik.
"Jangan terlalu banyak melamun!" tutur Dean memberi jitakan kecil di kening Naomi dan menyadarkannya. Dia melenggang masuk ke dalam ruangan.
"aw.. shhh" Naomi tersadar dan memegang keningnya. Tanpa disadari Natasha yang memeluk putri kecilnya melihat apa yang dilakukan oleh Dean pada Naomi.