NovelToon NovelToon
Aku Bukan Siapa-Siapa

Aku Bukan Siapa-Siapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: Febbfbrynt

Ketidaksengajaan serta pengorbanan dalam sebuah kecelakaan membuat Alena langsung meninggal dan malah mengantarkan nyawa gadis itu dengan bertransmigrasi ke dalam salah satu novel favoritnya. Alena hanya menjadi adik dari salah satu teman protagonis pria—figuran. Dia hanya seorang siswi sekolah biasa, tanpa keterlibatan novel, dan tanpa peran.

Tapi, plotnya hancur karena suatu alasan, hidupnya tidak semulus yang dia bayangkan. Dia membantu masalah semua tokoh, namun di tengah itu, hidupnya tidak aman, ada orang yang selalu ingin mencelakainya.

____

"Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi bukan berarti aku akan membiarkan mereka menderita seperti alurnya."—Alena.

~•~
note:
- author 'I Am A Nobody' di wp dan di sini sama

- Tokoh utama cerita ini menye-menye, lebay, dan letoy. Jadi, ga disarankan dibaca oleh org yg suka karakter kuat dan ga disarankan untuk org dewasa 20+ membacanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tumpangan Gratis

"Hai, Alena."

Baru saja kemarin malam Alena berniat tidak ingin bertemu lagi dengannya, tapi kenapa sekarang dia malah muncul di depannya?! Alena meliriknya sekilas.

"Butuh tumpangan?" tanyanya seraya mengangkat sebelah alis.

Alena berdiri kaku di sisi jalan, yang sangat berbalikan dengan Zaidan yang duduk santai di dalam mobil sambil memegang stir. Dengan badan disandarkan, tatapannya lurus mengarah pada Alena.

Lelaki berumur 19 tahun itu mengenakan pakaian formal, rambutnya terlihat rapi. Dia memang akan berangkat kerja ke perusahaannya sendiri, namun dengan sengaja, dia ingin melihat Alena terlebih dahulu lewat depan rumahnya. Zaidan mengikuti sepanjang jalan. Tidak menduga, mobilnya akan mogok dan dia mempunyai kesempatan.

Di sisi lain, tadinya Alena akan mencari taksi. Ia harus berjalan kaki sedikit. Pak Adi mencari tempat untuk memperbaiki mobilnya. Jika harus menunggu, ia akan terlambat ke sekolah.

Pak Adi sempat melarang untuk ke sekolah sendiri, namun karena terdesak dan takut kesiangan, Alena sedikit memohon dengan di akhiri anggukan pasrah oleh pak Adi.

Alena tidak berangkat bersama Ravael. Pagi-pagi sekali kakak dari Alena itu mengabari bahwa dia akan langsung berangkat ke sekolah, tanpa pulang terlebih dahulu

"Gak usah. Aku bisa naik taksi," tolak Alena halus.

Seperti biasa, Alena tidak ingin merepotkan siapa pun. Apalagi ketika mengingat semalam, Alena merasa masih malu. Terlebih lagi, bagaimana papah dan mamahnya menertawakan gadis itu.

Zaidan diam hanya menatapnya. Suaranya terdapat nada godaan. "Yakin?" 

Alena mengangguk ragu.

"Oke, nggak pa-pa. Tapi, aku bakal nemenin kamu di sini sampe taksi lewat," imbuh Zaidan seraya tersenyum.

Alena menghela nafas pelan dan tersenyum. "Makasih, tapi kamu boleh pergi kalo kelamaan."

Zaidan hanya meliriknya tanpa menjawab.

Setelah beberapa menit Alena menunggu, benar-benar tidak ada taksi. Alena merutuki dirinya sendiri.

Kalau gini, gerbang sekolah pasti sudah ditutup.

Kakinya terasa sangat pegal karena berdiri. Alena melirik Zaidan yang masih setia menunggu di dalam mobilnya. Alena merasa heran, 

Kenapa dia repot-repot menungguku?

Akhirnya Alena menyerah. Satu, karena Kakinya pegal. Dua, karena tidak ada taksi. Tiga, karena sudah terlalu siang.

"Um ... aku mau numpang ...," cicit Alena dengan malu. 

Kenapa aku gak menerima tawarannya dari awal?! Malu banget ....

Tatapan Zaidan yang awalnya tertuju pada laptop di pangkuannya, langsung menoleh dengan senyum yang sama.

Alena menyesal karena sempat menolaknya. Zaidan terlihat tulus membantunya. 

Kenapa aku harus menolak cuma karena kesal?

Zaidan bukannya menjawab, malah keluar dari mobil membuat Alena bingung.

"Ada a—"

Zaidan membukakan pintu mobil untuknya.

"... pa?"

"Masuk, Alena," titah Zaidan karena Alena l masih bengong 

"I-iya ...."

Alena terlihat salah tingkah karena perbuatan Zaidan, ia langsung memasuki mobil dan duduk. Setelah itu, Alena memandang Zaidan yang berjalan memutar dan duduk di kursi mengemudi--di sampingnya.

Gadis itu masih terdiam sembari mengamati gerak-geriknya. Zaidan yang merasa ditatap, menoleh melihat wajah Alena yang masih linglung dengan mulut sedikit menganga. 

Kenapa dia sangat lucu? batinnya menahan kegemasan.

"Hei ...." Zaidan mencubit pelan pipi Alena untuk menyadarkannya.

Alena yang merasa sedikit sakit di pipinya, tersadar. Menatap mata Zaidan, keduanya saling menatap beberapa detik. Dia langsung mengalihkan pandangan ke depan, tersipu.

Zaidan terkekeh. "Kamu kenapa bengong? Itu seatbelt-nya belum dipasang. Mau dipasang?"

Alena tercengang dengan kalimat terakhirnya. Dengan tergesa, Alena langsung memasangkannya sendiri tanpa menoleh lagi ke arah Zaidan.

Zaidan hanya tersenyum menatap gerak-geriknya. Menyalakan mobil, kendaraan roda empat itu mulai berjalan dengan kecepatan rata-rata. Suasana di mobil hening, dan sedikit canggung bagi Alena, tapi Zaidan terlihat santai.

"Apa kamu gak kesiangan? Kamu keliatan mau pergi ke kantor dengan pakaian itu?" Alena membuka suara, untuk memecah keheningan.

Zaidan menoleh seraya tertawa kecil mendengar pertanyaan Alena. Sedangkan gadis itu terlihat bingung melihat responnya.

"Gak akan. Aku bosnya, siapa yang akan ngelarang?" jawabnya sedikit arogan dan bangga.

Alena menepuk jidat dengan sedikit malu. Dia lupa Zaidan memang bosnya. Siapa yang akan melarang? Apalagi memarahi.

Alena tidak bertanya lagi. Pandangannya hanya melihat Jalanan. 

"Bunga mawar putih ...," gumam Zaidan pelan.

Alena masih mendengarnya, ia lantas menoleh dengan kaget. Tatapan Zaidan yang masih ke depan, ikut menoleh melihat respon Alena.

Zaidan melanjutkan. "Apa menurut kamu bagus?"

"Kamu ... apa kamu yang ngasih bunga itu?"

"Iya. Itu aku." Melihat ekspresi Alena yang terkejut dengan mengernyit, mata Zaidan meredup. "Kenapa? Apa kamu kurang suka?"

Alena diam sembari berpikir. Bukan soal bunganya yang berasal dari Zaidan yang Alena pikirkan. Ia mencoba untuk menormalkan ekspresinya.

"Aku suka banget." Alena tersenyum. "Apa gadis kecil itu adik kamu?"

Zaidan menatap Alena kaget.

Gadis itu memang adiknya. Sore itu, dia menemani adiknya yang ingin bermain di taman, tapi Zaidan tidak keluar mobil. Ia hanya mengamati adiknya bersama seorang bodyguard. Lalu, ia tidak sengaja melihat Alena yang duduk sendirian.

Zaidan terlihat tertarik dengan Alena pada pandangan pertama. Di saat itulah dia menyuruh sopir atau bawahannya untuk membeli setangkai bunga mawar putih. Walaupun apa yang akan dia lakukan sangat tidak sesuai dengan kepribadiannya, namun entah kenapa, Zaidan ingin melakukannya dari hati. Setelah itu, Zaidan memanggil dan menyuruh adiknya untuk memberikan bunga itu kepada Alena.

Adiknya dengan patuh mengangguk. Zara memberikan bunga itu tanpa memberi tahu dari kakaknya, dan dia berlari kembali untuk bermain. 

Zaidan tersenyum simpul mengingat itu, lalu menepikan mobilnya yang ternyata sudah sampai di depan gerbang. Dia sedikit memutar badan ke samping untuk menghadap Alena.

"Gimana bisa kamu tau, Alena?" Zaidan menyipitkan matanya curiga.

Alena tegang dan panik merasakan nada suara dan tatapannya yang menginterogasinya.

"A-h, aku cuma nebak, karena dia sedikit mirip sama kamu. Dia juga sangat cantik dan imut," jawab Alena setengah bohong dan benar.

Bohongnya, dia memang tahu, bukan menebak. Dan benarnya, gadis kecil itu memang sangat cantik juga imut, sedikit mirip dengan kakaknya.

"Begitu ya?"

Alena mengangguk cepat.

"Terus ... gimana menurut kamu tentang aku?"

"Emang kamu kenapa?" tanya Alena polos.

Zaidan berdecak pelan, sangat gemas pertanyaannya, apalagi melihat ekspresinya. "Apa aku tampan?”

"Iya!" Alena mengangguk jujur, tidak sadar dengan tanggapannya sendiri.

Zaidan terkejut oleh kejujurannya, tetapi itu membuatnya cukup senang. "Beneran?"

Alena mengangguk. Setelah sadar dengan ucapannya, dia tersipu sehingga menutup mulut dan menggeleng.

Zaidan terkekeh. "Aku anggap iya. Anggukan pertama kamu itu jawaban yang sebenarnya."

Alena melotot. Dalam hatinya dia merutuki dirinya sendiri. 

Kenapa aku gak tahu malu sekali?! Seenggaknya, walaupun dia memang tampan, tapi aku gak perlu terlalu Jujur!

1
Alfisah Rin
astagaa... kok bisa aku bayangin alena tabrakan ada scene kaya trhenti gitu.😁 hebattt Thor.
jangan lama2 up nya ya thor.😭
Afriatus Sadiyah
jalan ceritanya bagus,..👍👍
Puspa Dewi
lama kali lanjutanya
Yizhan
next next next next next
Gedang Raja
sangat baik, bagus sesuai dengan deskripsi nya semangat untuk terus berkarya dan jangan menyerah 💪🤗
Viona Syafazea
nahhh beneran kan penjahatnya mama tiri si Andrea ma saudara PPB nya, tapi apa papa Andreas juga terlibat.. 🤔 dan siapa juga ni cowok apa pemeran tambahan karena efek Alena yg masuk dalam cerita, moga aja lebih berkuasa dari keluarga Andreas agar bisa lindungi Alena.. baru ketemu sekali aja udah klaim Alena miliknya lagi.. 🤦‍♀️
Viona Syafazea
lahhh kenapa dikasih tau si kalo Alena adik rava, padahal biarin aja mereka gk tau biar kayak orang bego bin oon.. /Slight/
Viona Syafazea
pasti mereka ibu dan anak yg ada di rumah si Andreas alias si ppb yg katanya protagonis cw itu. siapa tuh namanya lupa aku.. /Facepalm/
Viona Syafazea
kelas X thor bukan XI
sakura
d ....
Fitri Apriyani
bagus banget kk cuma ap nya kuma satu bab jadi aku lama nunguin nya mana dah ngak sabar lagi aku harap jangan gantung ya ceritanya harus sampai tamat oke kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!