Laki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan.
Dan wanita bernama Anna Isadora B itu, siap membersamai Devan untuk membalaskan dendamnya- mengembalikan keadilan pada tempat yang seharusnya.
Cinta yang tertanam sejak awal mula pertemuan mereka, menjadikan setiap moment kebersamaan mereka menjadi begitu menggetarkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evrensya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan Di Halte Bus (2)
"Nona, apa yang membuat mu begitu berani mendekati orang asing bahkan mengajaknya berbicara di waktu yang sepi dan di malam yang gelap. Lain kali apapun yang menarik rasa kemanusiaan mu itu, abaikan saja jika situasinya tidak aman."
Laki-laki itu pun menghujam Anna dengan tatapan heran sekaligus ketertarikan. Apa yang membuat gadis dengan pakaian sedikit terbuka ini nekat melakukan hal yang cukup berbahaya pada orang asing yang baru di temuinya.
Gadis berkulit putih merona itu hanya menjawab dengan helaan nafas pelan, sambil menatap gemericik air yang menari di atas aspal hitam yang memantulkan bayangan cahaya lampu jalanan yang berpendar dari atas sana.
Jujur saja, tindakannya ini memang terlalu berani mengajak orang asing bicara, tapi bukan berarti ia melakukannya tanpa perhitungan. Meskipun Anna sangat tau resikonya, akan sangat bahaya jika Anna bertemu dengan orang yang jahat, apalagi di dukung oleh tempat yang sepi dan malam yang gelap, pasti akan lain ceritanya. Tapi ia yakin, Tuhan itu maha baik.
"Yah, tapi untungnya aku bukanlah orang yang jahat," ungkap laki-laki itu kemudian.
Matanya itu masih tak melepaskan pandangannya pada sosok gadis yang telah melenyapkan sedikit kegundahan hatinya, oleh sebab ucapan-ucapan yang seolah sangat mengerti dengan benar seluruh perasaannya. Itu ajaib bukan?!
Lalu Anna berkata dengan suara penuh keyakinan. "Aku mempercayai Tuhan yang menjagaku dan hanya akan mempertemukan aku dengan orang-orang yang baik seperti anda, tuan."
Mendengar jawaban yang di berikan Anna, membuat bibir lelaki itu sedikit tergerak untuk tersenyum, tapi di gagalkan. "Sebuah keyakinan yang luar biasa, nona. Oh ya, berbicaralah dengan santai, meskipun asing, itu lebih baik." Kali ini justru lelaki itulah yang tertarik berinteraksi dengan Anna, ia semakin penasaran bagaimana cara gadis berkulit dingin ini akan meresponnya. "Tapi, aku sempat berpikiran yang tidak biasa ketika pertama kali melihatmu."
Anna langsung mengubah gaya bicaranya sesuai keinginan laki-laki itu. "Memangnya apa yang ada dalam pikiranmu?"
"Coba lihat dirimu," tunjuk laki-laki itu. "Warna rambut yang unik berwarna keemasan, juga lensa mata yang hijau seperti batu permata di dasar laut, kulit sebening— ah maaf, aku bukannya lancang melihat dirimu. Hanya saja aku terlanjur mengamati apakah kau benar-benar manusia atau bukan."
Anna terkekeh kecil. "Apa kau juga memastikan, apakah kakiku menapak tanah atau tidak?" guraunya.
Kedua alis laki-laki itu berkedut, matanya menyipit, bibirnya yang mengatup rapat sedikit tertarik ke samping, samar. Ia tidak tau harus memberikan respon seperti apa atas gurauan gadis itu yang tentunya sedang berusaha untuk mencairkan suasana.
"Yah, lupakan saja, aku mungkin sedikit berhalusinasi, Itu saja." Laki-laki itu nampak sedang mencukupkan pembahasan mengenai hal tersebut sampai disini saja.
Walau laki-laki di depannya ini nampak masih tak bersemangat menanggapinya, Anna tidak keberatan, setidaknya pemilik mata biru itu kini mau berbicara dengannya. "Yahh, jadi, apa kau sudah baik-baik saja, tuan?" Tanya gadis berkulit bening dengan riasan indah yang terlukis di wajahnya.
"Sepertinya, tidak, tapi cukup membaik, berkat dirimu," jawab laki-laki itu pelan. Ia membungkukkan tubuhnya dalam-dalam, menghirup udara dingin dan menghembuskannya perlahan.
"Jika tidak, mau bertukar cerita denganku?"
Anna memperhatikan gestur lelaki itu dengan tatapan yang berubah sendu. Memang terlihat dengan sangat jelas dalam pandangannya bahwa laki-laki itu sedang mencoba menyembunyikan perasaan yang sebenarnya masih menyimpan hal buruk yang belum luruh semua. Harus di keluarkan dan di buang agar tidak menumpuk menjadi gunungan beban yang menyesakkan jiwa.
Laki-laki itu menoleh, ia menganggukkan kepala beberapa kali. Ia benar-benar menyetujui penawaran Anna kali ini.
Anna tersenyum tipis. "Baiklah, anggap saja aku ini adalah makhluk asing yang akan membawa pergi semua masalahmu, lalu aku akan menukarnya dengan kebaikan untukmu. Jadi sekarang, kau boleh membuang semua keluh kesahmu padaku, bagaimana?"
Anna berucap lembut tanpa mengalihkan pandangannya dari laki-laki yang kini juga sedang menatap ke arahnya, tanpa sengaja pandangan mata mereka bertaut.
Sorot mata lelaki itu menyala sebiru lautan Antartika, seolah membekukan tubuh Anna sesaat. Buru-buru Anna melempar pandangan ke arah genangan air yang mulai memenuhi garis jalan, karna gugup.
"Memangnya kau bisa memberikan aku apa?" Tanya lelaki yang masih berusaha menormalkan raut wajahnya yang sebenarnya sedikit kacau.
"Umm, kau lihat saja nanti. Pertama-tama apa boleh aku tebak masalahmu?" Tanya Anna.
"Silahkan saja," lelaki itu menekuk kepalanya ke samping.
"Pasti di antara dua hal, keluarga atau cinta," todong Anna dengan jari telunjuk yang mengarah kepada target bicaranya.
Sekali lagi mereka bertemu mata. Pandangan mata laki-laki itu sangat tajam bak anak panah yang sedang mengincar sasarannya. Anna menjadi syok seketika.
"Oke, kau benar dua-duanya," akhirnya laki-laki itu mengalah karna tebakan Anna benar semuanya.
"Yah, biasanya seseorang akan terlihat sangat putus asa jika itu menyangkut soal keretakan hubungan dengan orang-orang terdekatnya, iya kan?" Ucap Anna dengan penuh keyakinan. Karna ia sendiri sudah terlampau sering merasakannya walau hanya kereta kan hubungan dengan Ibunya seorang.
"Kau benar," sahut laki-laki itu.
"Mau aku tebak lagi?"
Laki-laki itupun mengangguk meng-iyakan dengan ekspresi yang penuh antusias. Lalu ia membiarkan dirinya ikut hanyut dalam arus cerita yang di ciptakan oleh gadis yang memiliki kharisma kuat ini. Yah, ini adalah sebuah cerita tentang pertemuan dua orang asing di sudut dunia yang gelap, di temani oleh hujan yang mendamaikan.
"Bagus!" Sahut Anna girang. Ia senang karna pembicaraan ini berjalan dengan lancar. "Kalau dalam hubungan sepasang kekasih— pasti soal perselingkuhan. Sedangkan dalam hubungan keluarga— mungkin di campakkan."
"Perselingkuhan!" Jawab laki-laki itu setengah berseru. "Juga di campakkan," lanjutnya melemah.
"Hem... Perselingkuhan ya. Apa kekasih mu berselingkuh dengan saudaramu sendiri? Kemudian kau di campakkan oleh keluarga mu dan terbuang." Tebak Anna lagi dengan mendetail.
Mata laki-laki itu membulat sempurna karna terkejut. "Hei, kau peramal ya?"
"Bukan,"
"Atau hantu penunggu taman di belakang sana? Disini hanya ada kau dan aku, apa hanya aku saja yang bisa melihat dirimu?" Laki-laki itu malah terlihat panik karna sejak awal semua yang di ucapkan oleh gadis ini benar semua, tanpa terkecuali.
Anna terkekeh pelan. "Anggap saja begitu."
"Hah?!" Laki-laki itu lalu menghembuskan nafas perlahan sambil memejamkan mata. Entah apa yang di benaknya.
"Kau sungguh mempercayai hal-hal yang seperti itu, tuan?" Anna sungguh ingin tertawa terbahak menertawakan raut polos dari wajah pria yang memiliki tubuh tegap maskulin.
"Tidak. Tapi berkat dirimu, apakah aku harus mempercayainya?"
Anna tersenyum geli namun tetap meladeni gurauan laki-laki rupawan di dekatnya ini. "Kau sungguh tak terduga."
"Apa pendapatmu tentang perselingkuhan?" tanya laki-laki itu ingin tau dari sudut pandang Anna.
"Mengenai perselingkuhan, ia selalu menjadi iblis yang paling kuat dalam merusak hubungan manusia, dan tidak ada yang lebih buruk dari itu. Apalagi jika korbannya tidak mampu memutuskan rantai ikatan busuk itu, karena ketidakberdayaannya oleh sebab-sebab tertentu. Itu adalah hal yang paling menyedihkan—terjebak di dalamnya. Apakah itu yang membuat seorang laki-laki seperti dirimu menjadi sekacau ini? apa aku salah, tuan?"
Lelaki itu malah semakin syok mendengar ucapan Anna di akhir kalimatnya, yang telah mampu menggambarkan dengan jelas dimana posisinya sekarang. Laki-laki itu hanya mampu menanggapi Anna dengan hembusan nafas berat sekali lagi sambil memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih condong kepada Anna. "Kau manusia bukan?" Tanyanya kembali keluar dari topik.
Aura kuat yang keluar dari setiap kata yang di ucapkan oleh gadis berambut indah, panjang bergelombang ini tak mampu ia tolak. Semuanya benar, masuk akal dan tepat sasaran. Seperti cenayang yang bisa membaca pikiran. Mungkin lebih pasnya seperti malaikat pendamping yang tahu betul segala hal yang terjadi pada manusia.
"Mungkin tidak ada salahnya jika aku mengandalkan gadis asing ini dan mempercayai nya. Memanfaatkan kesediaannya untuk berbagi cerita denganku. Aku mungkin bisa mendapatkan beberapa kebaikan darinya seperti yang dia janjikan sebelumnya." Laki-laki itu mencoba meyakinkan dirinya. "Baiklah nona. Aku akan menceritakan padamu semuanya."
Anna mengangguk-anggukan kepala dan menunggu kelanjutan kalimat laki-laki itu.
Sebelum berbicara, laki-laki itu menghela nafas dengan sedikit kasar dan begitu berat, terdapat tekanan emosi yang mendalam disana. Setelah merasa siap, barulah ia bersuara.
"Kau benar sekali, gadis itu berselingkuh dengan saudaraku sendiri, kakak laki-laki yang sangat aku hormati. Gadis itu adalah tunanganku dari hasil perjodohan keluarga. Sangat menyedihkan ketika aku harus menerima kenyataan pahit itu. Seorang gadis yang datang menawarkan diri dan menyatakan cintanya padaku secara terang-terangan, bisa-bisanya mengkhianati ucapannya sendiri dengan menjajakan diri pada saudara iparnya. Aku tak tau harus bereaksi seperti apa, itu benar-benar membuatku mual dan ingin muntah karena merasa begitu menjijikkannya."
"....."
"Sebelumnya. Aku merasa senang ketika di jodohkan dengannya, karna dia gadis yang berasal dari keluarga yang aku kenal dengan sangat baik. Dia pun gadis yang cantik, nampak selalu tampil percaya diri dan dewasa. Dia gadis yang hidupnya di limpahi oleh apapun yang dia inginkan itu harus dia dapatkan. Aku melihat itu sebagai bentuk gairah hidup yang benar-benar positif. Dia pun dengan jelas mengatakan kalau itu sebagai bentuk cinta pada dirinya sendiri. Dan aku adalah salah satu dari apa yang paling dia inginkan di dunia, dan harus dia dapatkan. Dan hanya karna dia adalah gadis pertama yang aku kenal di dunia ini dan bahkan secara langsung di jodohkan denganku, aku merasa itu adalah takdir yang baik untukku."
"....."
"Dia pernah mengatakan kalau dia merasa beruntung mendapatkan aku, katanya aku adalah laki-laki sempurna seperti seorang pangeran di dalam hidupnya yang layaknya seperti putri raja. Dia juga mengatakan kalau kita bisa jadi pasangan yang paling sempurna di dunia ini. Seperti dongeng sebelum tidur, saat itu aku dengan polosnya begitu mempercayai khayalannya itu, karna aku adalah si pemuda bodoh yang sangat awam soal wanita. Lagi pula saat itu usiaku masih delapan belas tahun, tepat di saat aku baru lulus SMA."
"....."
"Pada awalnya semua berjalan dengan baik dan sempurna seperti yang di harapkan. Aku bahkan berniat untuk menikah muda dan melamarnya lebih awal, melihat betapa pandainya dia merayuku dan selalu ingin menyertai kemanapun aku melangkah. Namun, sepertinya itu hanyalah hayalan ku belaka, aku tidak menyadari bahwa aku sedang di permainkan dan hanya di manfaatkan demi tujuan tertentu, yang aku lihat saat ini bukan sebagai bentuk mencintai diri, tapi mengisi kesempurnaan hawa nafsu yang serakah akan dunia."
"....."
"Keburukan nya mulai terlihat, ketika banyak hal yang tak terduga terjadi dalam keluarga besarku, terutama Ayahku yang mengalami koma secara tiba-tiba dan naiknya kakak laki-laki ku yang terpilih menggantikan posisi Ayahku sementara— sebagai kepala keluarga. Itu artinya, kakak ku ibarat seorang putra mahkota yang berkuasa, yang mana dia dapat mengendalikan apa saja, bahkan keluarga sesuai dengan keinginannya. Sedangkan aku, dengan sengaja di singkirkan karena di khawatirkan akan merebut tahta. Lalu aku terbuang pada sebuah negara yang asing, menempa hidup seorang diri, berbekal segala yang pernah Ayah beri. Lalu aku tumbuh di tanah asing itu dengan menanamkan akarku kuat-kuat ke dasarnya hingga berbuah manis dalam waktu yang relatif singkat."
"....."
"Setelah kepergian ku, aku mendapatkan kabar dari orang kepercayaan ku, kalau tunanganku itu diam-diam menjalin hubungan mesra dengan kakak ku, bahkan sejak awal ketika kakiku meninggal rumah, itu di rayakan dengan pengkhianatan. Saat mengetahui fakta itu, aku merasa hancur walau masih berusaha untuk tidak mempercayai kabar buruk itu, dengan berpikiran positif bahwa kedekatan mereka mungkin hanya diatas urusan kerja. Untuk memastikannya, aku memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiranku meskipun enggan. Lalu, di saat aku kembali menginjakkan kaki di rumah, si gadis tunangan ku datang kembali kepadaku tanpa rasa berdosa seolah-olah tidak ada kejahatan yang dia lakukan di belakangku, dan sialnya dia berpura-pura seakan dia amat sangat merindukanku juga mencintai ku, luar biasa! Aku hampir tertipu dan tidak lagi meragukannya."
"....."
"Tapi suatu waktu, tanpa sengaja aku pernah melihatnya keluar dari kamar kakakku pada tengah malam yang sepi. Karena terlalu syok, aku tidak bisa memotretnya sebagai barang bukti. Yah, jika di mintai bukti aku memang tidak memiliki bukti yang akurat atas perselingkuhan mereka. Tapi aku seringkali mendapatkan laporan kalau mereka kerap pergi berduaan tanpa sepengetahuan ku, menghabiskan waktu bersama-sama meski posisinya ada aku di rumah. Saat aku mencoba menanyakannya, semuanya dia sebut sebatas utusan kerja."
"....."
"Karena marah, akupun menyampaikan berita buruk itu pada Ibuku. Aku rasa ini bukan hal yang bisa aku tangani seorang diri karena dia yang terus mengelak. Aku membutuhkan pendapat orang tua untuk menengahi. Tapi nyatanya, Ibuku menganggap aku terlalu sensitif dan malah terkesan membela gadis itu. Kakakku pun marah besar karena merasa tertuduh sehingga pertengkaran tak terelakkan terjadi. Aku menjadi perang dingin dengan kakakku karena gadis itu. Dan tentu saja tak ada seorangpun yang berada di pihak ku. Aku sempat lupa dimana posisiku dalam keluarga saat ini, aku hanyalah seorang anak yang terbuang karena keserakahan dan ketidakadilan. Aku terpojok kepada situasi yang mana akulah korbannya, namun akulah yang harus menyesali tindakanku yang memberontak, kemudian di tuntut untuk meminta maaf."
"....."
"Aku mengatakan akan membatalkan pertunangan itu, tapi tentu saja itu bukanlah yang mudah, karna pertunangan kami berada di atas sebuah perjanjian yang saling menguntungkan dua keluarga. Lagi pula Ayahku yang berhak menetapkan keputusan itu sedang tidak berdaya. Jadi, tidak ada jalan untuk mundur. Ibuku akhirnya membuat sebuah keputusan penting, dengan menghentikan gadis itu bekerja sama dengan kakakku, lalu mengembalikan dia padaku seutuhnya seperti yang seharusnya. Yang sangat-sangat menyakiti ku adalah Ibuku—yang katanya selama ini telah mengetahui hubungan gelap di antara kedua manusia itu, namun justru membiarkan aktifitas bejad mereka selama aku tidak ada.
Aku merasa di permainkan, dan di tumbal kan demi kepentingan mereka semua."
"....."
"Bukan hanya itu. Ada banyak hal dalam kebiasaan baik di keluargaku yang berubah setelah kepemimpinan kakak ku. Nilai-nilai kebaikan yang telah di tanamkan Ayah seumur hidupnya lenyap dalam sekejap mata. Bau minuman keras, obat-obatan, bekas pesta pora yang tiada liburnya. Rumah yang awalnya tertutup dari perhatian orang luar menjadi kandang kebebasan dalam melakukan hal-hal yang di luar moral. Sedangkan aku, hanya di anggap sebagai bayangan yang tak terlihat. Aku sungguh tak berguna, aku tak bisa berbuat apapun dan hanya bisa mendoakan kesembuhan bagi Ayahku untuk menghentikan semua kekacauan ini." Tuturnya.
Anna mendengar dengan seksama setiap kalimat putus asa yang terucap dari mulut lelaki itu, yang matanya kini terlihat berkaca-kaca pada wajahnya yang menampakkan kemurnian yang begitu bening—seperti embun di waktu fajar yang suci. Kelegaan nampak samar tergurat pada pandangan matanya, sebab telah ia tumpahkan semua bisa beracun yang hendak mematikan hatinya.
Sedangkan Anna memasang wajah duka untuk pada setiap kata yang terucap terdengar penuh tekanan. Meskipun ingin sekali mengasihani seperti seorang kerabat dekat, tapi Anna menahannya, karena tidak ada yang lebih di butuhkan oleh laki-laki ini selain sebuah kekuatan, sebentuk kepercayaan diri dan berfikir rasional bahwa dia lebih dari pada mampu melakukan apapun sesuai kehendak jiwanya.
Setelah tidak ada lagi kelanjutan ceritanya, barulah Anna menanggapi nya. "Masalah hidupmu begitu kompleks, tuan. Meskipun aku bisa merasakan keputus-asaan yang kau pancarkan itu. Ada hal paling penting yang harus aku pastikan terlebih dahulu. Apakah kau benar-benar mencintai gadis tunanganmu itu? Jika iya, kau sedang dalam masalah besar. Karena begitu sulitnya menyembuhkan luka karena cinta."
Dan...
Laki-laki yang kulit putihnya nampak memucat itu tak langsung menjawab. Ia menyugar rambutnya yang berpotongan two block cut itu pelan seperti pijatan, terlihat sedang berfikir.
Ia masih mencari tahu jauh ke dalam lubuk hatinya, apakah ia benar-benar mencintai tunangannya itu, sehingga membuatnya menjadi seputus-asa ini setelah mendapatkan pengkhianatan.
Setelah terdiam beberapa jenak, laki-laki itupun akhirnya menemukan jawabannya, dan siap-siap untuk menjawab pertanyaan Anna dengan sejujur-jujurnya.
mampir di novelku ya/Smile//Pray/