NovelToon NovelToon
Annaisha

Annaisha

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:916
Nilai: 5
Nama Author: -Nul

Annaisha: Rumah Penuh Hangat" adalah sebuah kisah menyentuh tentang cinta dan kekuatan keluarga. Putra dan Syifa adalah pasangan yang penuh kasih sayang, berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anak mereka, Anna dan Kevin. Anna, yang mengidap autisme, menjadi pusat perhatian dan kasih sayang dalam keluarga ini.

Melalui momen-momen sederhana namun penuh makna, novel ini menggambarkan perjuangan dan kebahagiaan dalam merawat anak berkebutuhan khusus. Dengan cinta yang tak kenal lelah, keluarga ini menghadapi tantangan sehari-hari dan menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan keluarga dan betapa kuatnya cinta dalam mengatasi segala rintangan. Bersiaplah untuk terhanyut dalam kisah yang mengharukan dan penuh kehangatan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon -Nul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

03. Jangan pukul aku, Bunda

Suara detik jam saling beradu dengan tangisan Kevin dalam ruangan itu. Anna tak sengaja memukulnya dengan mainan di kepala Kevin, dan membuatnya sedikit memar. Anna hanya menatap Kevin dengan bingung, sebab anak itu menangis cukup keras dan Anna tidak tahu harus melakukan apa.

Putra sedang tidak ada di rumah, dan membuat Syifa kerepotan sendiri. Wanita itu membawa Kevin duduk di atas sofa dan memeriksa lukanya. "Diam Kevin!" ucap wanita itu dengan nada yang cukup tinggi. Ia mengompres luka Kevin namun anak lelaki itu belum juga berhenti menangis.

"Kevin, Bunda bilang berhenti!" Syifa menatap anak laki-lakinya dengan marah. Ia benar-benar lelah mendengar tangisan anak itu sejak tadi pagi, dan lebih diperparah karena Anna tak sengaja memukulnya.

Mendengar suara sang Bunda, Kevin menahan tangisnya hingga sesenggukan. Wajah sembab itu tak bisa menyembunyikan raut wajah takut kala Syifa meninggikan suara.

Kevin memang tidak bisa dibentak, namun entah mengapa Syifa selalu melupakannya. "Kalau ada Ayah, Bunda nggak akan teriak kaya gini," gumam Kevin masih sesenggukan.

Ditatapnya iris hitam sang Bunda dengan berkaca-kaca. Meraih jemari Syifa namun dengan cepat wanita itu menghindar dari Kevin. Syifa berusaha mengendalikan dirinya. Ia menarik nafas dalam dan berharap emosinya cepat mereda.

"Udah berapa kali Bunda bilang, Kevin. Jangan pernah bicara apapun tentang hal ini sama Ayah kamu. Sekarang kamu tunggu di sini, Bunda mau urusin kakak kamu dulu," pesan Syifa yang langsung menghampiri Anna. Anak perempuan itu berdiri di sudut ruangan sembari memperhatikan interaksi antara Kevin dan Syifa. Dan langsung menunduk takut begitu Syifa menghampiri dirinya.

Tanpa aba-aba, Syifa menarik pergelangan tangan Anna dengan kasar dan membawanya masuk ke dalam kamar. Kevin yang khawatir dengan keadaan sang kakak, mengikutinya sampai di ambang pintu. Walau pintu telah dikunci oleh Syifa, Kevin masih bisa mendengar keributan Bundanya. Syifa memang selalu seperti ini, tempramennya sangat tidak terkendali saat Putra tidak berada di rumah.

"Anna, Bunda tuh capek tiap kali kamu kaya gini. Udah berapa kali Bunda bilang, belajar jadi anak yang baik!" teriak Syifa menekankan kalimat di akhirnya. Tangan wanita itu terus memukul tubuh kecil Anna hingga tersudut di depan lemari. Tak peduli dengan Anna yang ketakutan, Syifa sudah kalap dengan emosinya.

"Dipukul kaya gini sakit, kan? Tapi kenapa kamu pukul adik kamu kaya gitu?" cerca Syifa sembari mencengkeram lengan Anna.

Anak perempuan itu menggigit bibirnya menahan tangis. Namun tatapan menusuk Syifa membuat tangisnya tumpah seketika.

Dari luar kamar, Kevin berusaha mencari celah untuk mengintip dan memastikan kakaknya baik-baik saja. "Bunda, jangan marahin Kakak. Dia nggak sengaja pukul aku..." gumam Kevin lemah.

Sekalipun ia masih merasakan perih di kepalanya, namun Kevin juga tidak mau Anna kena marah.

Sementara di dalam sana, Anna pun belum berhenti menangis. Membuat Syifa tambah frustasi dan berakhir mendorong Anna hingga gadis itu terjatuh di kasur. "Renungi kesalahan kamu, dan jangan keluar sebelum Bunda suruh," peringat wanita itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Anna di kamar sendirian.

Kala membuka pintu, perhatian Syifa langsung terpusat pada Kevin yang masih berdiri di depan pintu. Anak itu menatap takut pada Syifa dan langsung menunduk. Syifa acuh, kemudian melangkah pergi untuk meninggalkan Kevin tanpa peduli apa yang akan anak itu lakukan.

Kevin diam, tak bisa berbuat apapun. Yang ia lakukan hanyalah masuk ke dalam kamar dan berusaha menenangkan Kakaknya. Selalu seperti ini saat Putra tidak ada di rumah, dan mau tidak mau anak kecil itu hanya bisa diam. Ia tak berani mengadu kepada Ayahnya perihal sang Bunda yang selalu bermain fisik ketika ia marah.

"Kakak, jangan sedih ya. Bunda lagi capek, Bunda nggak mungkin benci kita kan, Kak?"

✨️🌙🪐

Putra menggandeng tangan Kevin dan mengajaknya masuk ke dalam sebuah minimarket. Saat ia pulang bekerja, anak itu merengek minta dibelikan coklat. Dan berakhir untuk jalan-jalan bersama Ayahnya hingga ke minimarket yang ada di dekat rumah.

Kevin menyusuri rak demi rak untuk mencari snack favoritnya. Tangannya menggenggam sebuah coklat, namun rupanya ia masih menginginkan yang lain.

"Beli kentang goreng aja mau nggak? Biar nanti Bunda yang buatin," tawar Putra sembari menunjuk sebungkus kentang di dalam freezer.

Kevin menggeleng tanda ia menolak. Ia kembali menyusuri rak yang sama dan membuat Putra terheran-heran. "Kamu udah bolak-balik di sini lama banget. Sebenarnya apa yang kamu cari, Nak?" tanya Putra dengan lembut. Lelaki itu berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Kevin. Namun anak lelaki itu malah memutar bola matanya, menghindari tatapan Putra.

"Kamu udah dapat coklat yang kamu minta. Sekarang mau cari apa? Biar kita nggak kemalaman, kasihan kalau Kak Anna harus menunggu, kan?" ujar Putra berusaha memberi pengertian.

Bukan salah Kevin yang sebenarnya ingin pergi sementara waktu dari rumah. Sebab jika ia berlama-lama bertemu Bundanya, ia takut tak bisa melupakan kejadian tadi siang. Karena bagaimanapun, memori anak kecil tak mudah dilupakan begitu saja.

Kevin tidak benci, hanya saja ia tak ingin teringat lagi.

"Jajan kaya teman Kevin nggak ada kayanya, Yah. Yaudah kita besok ke sini lagi ya? Ayo pulang, Kak Anna udah nunggu," ajak Kevin sembari menarik jemari sang Ayah.

Putra mengangguk, menggenggam kembali jemari mungil Kevin dan berjalan menuju kasir. Usai membayar semua jajanan anaknya, mereka kembali ke mobil.

Putra mengusap kening Kevin yang masih sedikit biru. Ia sudah mendapat cerita dari Syifa bahwa Anna tidak sengaja memukul anak lelaki itu dengan mainannya.

"Kepala kamu masih sakit?" tanya Putra dengan raut khawatir. "Masih lebam nih, sini Ayah tiup biar hilang sakitnya," canda lelaki itu pada anaknya.

Kevin merespon dengan tawa kecil, Putra akhirnya lega Kevin bisa kembali ceria. "Kevin, maafin Kakak kamu ya kalau nggak sengaja pukul kaya gini. Kevin nggak papa, kan? Maaf ya, Ayah belum bisa meluangkan lebih banyak waktu buat kamu sama Kakak. Ayah janji kalau Ayah dapat libur panjang, Ayah pasti akan bawa kalian untuk liburan," ucap lelaki itu sungguh-sungguh.

"Beneran Ayah?" Kevin menanggapi dengan wajah riang. "Kevin pengen ke kebun binatang, Ayah mau ajak Kevin ke sana kan?" tanya anak lelaki itu penuh harap.

Putra mengangguk sembari tersenyum, kemudian memasangkan seatbelt kepada anaknya dan mulai melajukan kendaraan.

"Iya Ayah janji," ucap Putra sembari memberikan kelingkingnya dan Kevin menyambutnya dengan senyum.

"Yeay, main ke kebun binatang!" anak lelaki itu bersorak senang. Dan tak urung membuat Putra mengulum senyum.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!