Menikah bukan berarti jodoh sudah bermuara pada tempatnya. Terkadang Tuhan hanya mempertemukan, namun tidak menyatukan.
Senja adalah perempuan korban dari perjodohan kedua orangtuanya, niat hati untuk mengabulkan keinginan orang tuanya, membuat Senja harus menelan pahit sekelumit kisahnya sendiri.
Seperti apa kehidupan Senja setelah menikah????
Akankah ia temukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYSEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesempatan kedua?????
Awan
Ternyata perempuan itu tidak sekedar basa-basi saat mengatakan akan menjenguk Biru, sewaktu aku kembali dari rumah bersama Mama, ternyata Ia sudah berada di ruang rawat Biru bersama Alan, lagi-lagi. Apakah mereka berdua memiliki sebuah hubungan? atau sekedar partnership? Entahlah!
Saat Mama mengenali Senja adalah perempuan yang pernah Ia temui beberapa bulan lalu di sebuah Masjid, disitu pula aku menyadari, Ya! Aku memang pernah melihatnya sebelum bertemu disekolah Biru. Ternyata perempuan itu adalah orang yang pernah diajak berbincang sama Mama saat itu. Perempuan yang tertidur di dalam masjid dengan penampilan yang membuat Mama merasa Iba.
Didalam ruangan, aku memang tak banyak bicara, hanya memperhatikan Mama dan Senja berbincang dengan lengan Senja yang dikunci rapat oleh pelukan dari Biru. Dan sesekali menimpali obrolan Alan dengan Viona yang menurutku hanya basa basi parah!
Pandanganku masih fokus ke ponsel yang kumainkan saat Mama memerintahkan aku untuk mengantar Senja dan Alan yang berpamitan,
"Sekalian turun belikan Mama makan siang ya, Bang." bisik Mama saat aku keluar dari ruang rawat Biru.
Tiba didepan Lift, aku memposisikan diri berdiri disamping Senja untuk turun bersama, "Kenapa?" Aku mengernyit melihat Senja yang tiba-tiba berubah setelah melihat sosok laki-laki yang berdiri dibelakang kita.
Disamping Senja yang nampak seperti orang terkejut dan bingung, Alan justru memperlihatkan wajah ketidak suka-annya pada laki-laki yang masih tersenyum ke arah Senja. "Siapa dia?"
Keheningan yang terjadi didalam lift meyakinkan aku akan there must be one problem! Gak mungkin enggak dengan mimik wajah yang berbeda dari mereka bertiga.
Dan semua terjawab saat keluar dari Lift,
Istri? Senja sudah bersuami?
What really happened?? Divorce??
kata Menikah, cerai, kdrt, disia-siakan, dikhianati, jelas terngiang-ngiang di benakku setelah Senja meminta Izin untuk pergi dan menemui laki-laki yang sempat baku hantam dengan Alan.
......................
SENJA
Mas Dewo?! Ya benar, itu memang dia.
Sedang apa dia disini? Dan kenapa dia tersenyum padaku? Entahlah!
Selama di lift aku lebih memilih berdiri diam diantar Alan dan Pak Awan, sedangkan Dewo berdiri di belakangku dengan tatapan yang menurutku stranger?
Begitu keluar dari lift, tanpa ba bi bu Mas Dewo langsung menarik lenganku untuk berjalan beriringan dengannya sebelum lengan ku yang satu ditahan oleh Alan.
"Auuhh,"
Mendengarku mengaduh, Alan langsung menoleh dan menarik sisi lengan yang lain, "Ngapain Lo?! Lepasin Senja gak?!" bentakan Alan membuat beberapa orang yang berada disitu praktis menoleh ke arahku.
"Aku perlu bicara dengan istriku," ucap Dewo tak kalah tegas.
"Istri? Siapa? Senja? Perempuan yang sudah kamu sia-siakan! Kamu kdrt dan diselingkuhi?" cibiran Alan sontak membuat Dewo naik pitam hingga lost control.
BUGGGG!!!!
BUGGGG!!!!
"Lo siapa ikut campur urusan gue, Ha?!" sentak Dewo.
Sesaat kemudian mereka saling melayangkan pukulan satu sama lain, Hantaman dari kepalan tangan Dewo mendarat beberapa kali di pipi Alan, hingga membuat darah segar mengalir dari hidungnya.
Dewo masih memposisikan dirinya dihadapan Alan dengan mencengkram kuat kerah bajunya, saat tiba-tiba Awan mendekat kemudian melerai Alan dan Dewo.
"jangan ribut disini, Ini tempat umum!" ucap Awan dengan suara beratnya.
"Cukup, Mas!! Kamu apa-apa sih?!"
"Lepasin Alan, gak?"
Dewo melepas kasar kerah Alan, "Kita perlu bicara, Nja!" ucap Dewo.
"Gak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Mas! Kita ketemu disidang tiga hari lagi."
Aku melangkah pergi saat bersamaan Alan dan Dewo menahan kembali lenganku, "Lepasin!" aku pun menepis kedua tangan kokoh yang menggenggam lenganku dengan kasar.
"Aku mau bicara Soal Mama!"
Big No! lagi-lagi aku kalah jika itu menyangkut orangtua, "Mau bicara apa? Dimana?" tanya ku singkat dan tegas.
"Kita kedepan!" Dewo langsung meninggalkan kita bertiga dengan langkah panjangnya.
Aku ambil sapu tangan didalam tas kemudian kuarahkan kebagian wajah Alan yang terluka, "Sorry,"
Alan mengambil alih sapu tangannya, "Mau apalagi sih dia, Nja? Bukannya kalian udah proses cerai?"
Aku menoleh kearah Awan yang menatap heran kearah kita,"Maaf atas keributan ini, dan terimakasih sudah membantu melerai, saya pamit dulu, Pak!" dengan anggukan pelan namun mimik wajah yang penuh tanya, Awan meninggalkan kita berdua.
"Sorry sekali lagi, kamu balik dulu ya? Aku mesti bicara dulu sama Dewo."
"Kamu mau aku temani, Nja? Aku takut dia apa-apa in kamu lagi."
"Gak perlu, gak usah khawatir. Dia gak akan berani melakukan didepan umum, Kamu hati-hati ya, aku duluan." Aku melangkah tanpa izin meninggalkan Alan dengan kondisi muka yang sudah kusut.
Dewo berdiri bersender disebuah mobil, saat aku datang menghampirinya, dia membukakan pintu mobil untukku, perlakuan Dewo yang sangat berbanding terbalik itu masih belum bisa aku tebak.
Dewo masuk ke mobil sembari menatap lembut kearah ku, WTF!!! perasaan apa ini?! Hembusan nafas Dewo jelas menyapu lengan ku kala Ia membantuku menggunakan seat belt.
"Mau ngobrol dimana?" tanya Dewo.
"Terserah!" entah apa yang akan Dewo bicarakan, tapi aku rasa memang kita perlu bicara sebelum akhirnya status kita dipisahkan oleh ketukan palu.
"Ke Rumah kamu atau Rumah kita?" Aku langsung mendongakkan kepala saat Dewo mengucapkan Rumah kita.
"Cafe aja!" jawabku another choice
"Kita ke rumah Mama," Dewo jelas sedang tidak meminta pendapat.
Sepanjang perjalan aku memilih memejamkan mata dari pada harus melihat Dewo yang beberapa kali melirik ke arahku terus, sampai aku mendengar Ia mengangkat suara ponsel yang berdering,
Apa?
Aku sama Senja.
Terserah, aku gak akan kembali ke Apartemen kamu.
Dari jawabannya, aku tebak yang telfon adalah Luna. Tapi apa? Apa maksud dari ucapan Mas Dewo? apa dia benar-benar meninggalkan Luna? what is being planned?!
Sampai dirumah Mama, Dewo keluar mobil dengan cepat saat aku baru mengerjapkan mata, kemudian memutari mobil lalu membukakan pintu mobil, perilaku impresif Dewo lagi-lagi membuatku semakin dibuat bimbang.
"Mbak Senja sama Mas Dewo baru kelihatan lagi? Apa kabar?" tetangga sebelah rumah Mama yang melihat kita berdua langsung mendekati.
"Alhamdulillah Baik, Tante." jawab Dewo dengan muka sok dibuat manis.
"Mama masih dirawat dirumah sakit? Kapan pulang?"
"In Sya Allah, besok pulang, Tante." Aku hanya melempar senyum tanpa menjawab pertanyaan tetangganya.
Dewo mengeluarkan sebuah kunci dari saku celananya, kemudian membuka pintu Rumah mertuaku.
Begitu masuk dan duduk diruang tamu, aku langsung melemparkan pertanyaan kepada Dewo, "Mau ngobrol apa?!"
Alih-alih menjawab pertanyaanku, Dewo justru sibuk membuka hordeng jendela yang sepertinya sudah tertutup lama, "Mbok Pur lagi pulang kampung karena anaknya mau nikahan, Mang Ucup stand by dirumah sakit kalau-kalau Papa sama Mama butuh sesuatu," kemudian Dewo mendekatiku dan ikut duduk di ruang tamu, "Besok Mama pulang, dia pingin lihat kamu disini, jadi tolong bantuin aku beresin rumah ya, soalnya banyak debu udah beberapa hari ditinggal Mbok Pur,"
"Kamu bawa aku kesini cuma buat dijadikan pembantu, Mas?!"
"Enggak, Nja. Jangan berpikir seperti itu, ini semata-mata permintaan Mama yang pernah kamu bicarakan sama aku tempo hari,"
"Maksud kamu?" aku masih belum bisa dengan jelas apa yang Mas Dewo inginkan.
"Aku udah keluar dari Apartemen, aku udah lepasin Luna, aku mau kembali kerumah, Rumah kita, bareng kamu. Maafin semua kesalahan aku selama ini, benar kata temanmu tadi, aku emang salah udah sia-sia in kamu," Suara penyesalan Dewo jelas seperti tak dibuat-buat.
Tapi entah kenapa, kali ini aku benar-benar sudah tidak ingin memperbaiki hubungan apapun dengannya. "Telat, Mas! Berkas sudah masuk PA dan sebentar lagi kita sidang,"
Aku terkejut bukan main saat tiba-tiba Dewo beringsut ke bawah dan duduk bersimpuh tepat didepan ku, "Masih bisa cabut berkas, Nja. Aku mau kita kembali, memulai semuanya dari awal, ini bukan hanya keinginan Mama, tapi keinginanku juga."
"Give me a chance, Please...."
Setuju banget mak, mencintai orang yg Sama dg waktu yg lama dan harus setiap hari tanpa lelah Dan bosan.
Mantap mak pesannya. Angkàt topi untukmu.
Alamak.......mantap banget kata²nya Thor.
"I know... Tapi, jika suatu saat kamu merasa ingin memulai kembali berpetualang, aku ingin kamu tahu, ada aku dan Biru yang siap menemanimu untuk kembali berpetualang, mencari seperti apa rupa kebahagiaan dan membangun tempat untuk kata Pulang,"
Bukan kata dan rayuan gombal tapi juatru kata² oenuh makna ini yg bikin hati aq juga ikut meleyot Bang Awan.