NovelToon NovelToon
Transmigrasi Calon Ibu Muda

Transmigrasi Calon Ibu Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Sistem
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Q Lembayun

Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketakutan Vin

"kenapa terus menatapku?"

Mata Vin terus tertuju pada wajah Tamara yang tengah tersenyum padanya. Terlihat cantik dan menawan, akan tetapi membuat mata Vin semakin memerah karena menahan tangis. Ia tidak bisa membayangkan berapa banyak air mata yang telah jatuh di mata seindah itu. Vin pun memaksakan diri untuk tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada. Aku hanya merasa senang melihatmu baik-baik saja."

Setelah itu Vin mendekat dan memeluk istrinya dengan erat. Ia bersandar di bahu Tamara dan menghirup nafas lebih banyak, ia memenuhi dadanya dengan banyak udara mengingat beberapa saat yang lalu dadanya sedikit sesak saat mengetahui apa yang telah dilewati Tamara dan Dave selama ini.

Vin dapat merasakan bahwa Tamara sedikit tegang saat ia memeluknya, hal tersebut membuat Vin sadar bahwa Tamara sedikit tak terbiasa dengan keberadaannya. Dulu Tamara akan menjadi lebih lembut saat berada di pelukannya seolah ia adalah tempat teraman di dunia. Tapi kini ia dapat melihat Tamara ingin melepas pelukannya seolah tak nyaman dan tak ingin berada di pelukannya lagi.

Tamara menyadari bahwa perasaannya pada Vin benar-benar tak biasa. Mungkin ini perasaan yang telah ditinggalkan oleh pemilik aslinya, sehingga membuat Tamara begitu merindukan pelukan laki-laki ini. Tapi Tamara tak terbiasa, ia tidak terbiasa bergantung pada orang lain. Walaupun Tamara harus membiasakan diri, tapi ia merasa bahwa itu membutuhkan banyak waktu.

Akan tetapi Vin sepertinya enggan untuk melepas pelukannya, ia justru memeluknya lebih erat dan menghirup udara di lehernya lebih banyak. Saat Tamara merasa tak nyaman dan akan protes pada tindakan Vin, Tamara pun merasakan bahwa lehernya sedikit basah.

"Kamu menangis?"

"Emm..."

"Kenapa kamu menangis?"

"Tidak ada. Aku hanya merasa bahwa pelukan ini benar-benar nyaman."

Tamara pun tertawa kecil, ia tau bahwa Vin merasakan sesuatu yang lebih dari itu. "Apakah kamu pikir aku percaya?"

"Tamara..."

Suara Vin terdengar serak dan berat. Ia menangis lebih banyak dan itu membuat Tamara merasa patah hati. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana seorang laki-laki dengan seragam lengkap seorang tentara, dia terlihat gagah dan berwibawa akan menangis di pelukannya.

"Tamara..." ucap Vin memanggil sekali lagi.

"Ada apa?"

Mendengar jawaban Tamara, Vin menangis lebih banyak. Ia memeluk Tamara seolah ingin memasukkan Tamara ke dalam tulangnya. Ia tak peduli harga dirinya jatuh ataupun wibawanya hancur di depan sang istri. Ia hanya ingin menangis dan merengek di depan Tamara sebagai bentuk dari ketidakberdayaan. Ia benar-benar tidak berdaya tanpa Tamara dalam hidupnya.

"Aku takut... Aku takut kamu tidak bisa menjawab panggilanku lagi. Aku takut tubuhmu menjadi dingin. Bagaimana aku bisa hidup jika itu benar-benar terjadi..."

Ketakutan Vin begitu besar saat ia mengetahui bahwa jantung Tamara sempat berhenti saat ia tak berada di sampingnya. Tamara menangis sepanjang malam karena merindukannya, dan anak semata wayang mereka harus berjuang menjadi lebih dewasa untuk melaksanakan tugas yang seharusnya ada di pundaknya.

Vin malu pada Tamara karena tak mampu menjaganya sebagai seorang suami, tapi Vin lebih malu pada anaknya karena tak bisa menjadi ayah yang cukup kuat untuk melindungi mereka. Vin pun berfikir mungkin karena hal itulah Dave membencinya.

Tamara belum pernah mengalami hal semacam ini, dimana ia begitu dihargai oleh orang lain. Dimana ada seorang laki-laki yang akan mengatakan padanya bahwa ia tidak bisa hidup jika ia benar-benar tidak ada. Dimana ada seseorang yang akan bergantung padanya dan berharap hidupnya akan lama.

Perasaan ini begitu asing hingga membuat Tamara sulit untuk menghadapinya. Tamara hanya mampu mengelus bahu suaminya dengan lembut sambil berbisik pelan. "Tapi aku masih bisa menjawab semua panggilan mu dan tubuhku masih hangat sekarang."

Vin pun melepas pelukannya dan melihat ke arah Tamara. Matanya yang merah bekas air mata terlihat begitu menyedihkan. Saat ia akan mendekat pada bibir kecil istrinya, Tamara segera mundur dan mendorong Vin untuk menjauh. Hal tersebut membuat Vin patah hati dan segera meminta maaf.

"Maaf..."

Seorang suami yang ingin mencium bibir istrinya dan ditolak. Vin harusnya marah, tapi laki-laki itu justru meminta maaf. Hal tersebut membuat Tamara merasa tak enak hati, akan tetapi siapa yang menyuruhnya menjadi perawan ting-ting. Ia belum pernah berciuman dengan laki-laki manapun sepanjang hidupnya. Baginya laki-laki tidak penting, jadi wajar saja jika ia memiliki pengalaman 0% kalau urusan soal laki-laki.

Akan tetapi saat melihat wajah sedih Vin, Tamara pun memberanikan diri untuk mencium pipi laki-laki itu.

Ini pertama kalinya Tamara mencium pipi seorang laki-laki dan itu telah berhasil membuatnya sangat malu. Wajahnya menjadi lebih merah dan ia jadi salah tingkah. Hal tersebut membuat Vin tertawa kecil dan memeluknya sekali lagi.

Tingkah Tamara yang pemalu dan pendiam saat ini mengingatkan Vin saat mereka baru pacaran dulu. Sekarang Vin pun menyadari bahwa sepertinya Tamara tidak pernah berubah. Hanya saja keadaan yang membuatnya menjadi terluka dan beradaptasi.

Sekarang Vin berkomitmen untuk menjaga kesehatan mental istrinya. Sambil sesekali berkonsultasi dengan psikolog. Ia tidak ingin istrinya hilang kewarasan hanya karena perbuatannya di masa lalu. Apalagi anak-anak mereka masih sangat kecil, mereka membutuhkan Tamara jauh lebih banyak dibandingkan dirinya.

Tidak peduli penyakit mental apa yang di derita Tamara saat ini, tapi satu hal yang pasti Vin akan selalu berada di sampingnya.

Setelah itu ia membiarkan Tamara beristirahat dan menaikkan selimut untuknya. Setelah memastikan istrinya benar-benar tidur, Vin pun keluar dari ruangan itu karena ia takut suaranya akan menggangu tidur nyenyak nya.

Wajah melankolis Vin sebelumnya telah hilang di telan bumi. Kini matanya menjadi begitu tajam dan dingin seolah ia akan membunuh seseorang setelahnya. Aura gelap terpancar di seluruh tubuhnya menggambarkan betapa marahnya ia saat ini.

Saat berada jauh dari ruangan Tamara, Vin pun membuka ponselnya dan menelepon seseorang.

"Dimana kamu sekarang?"

"Aku sedang bermain bersama Dave."

Dari suara tawa mereka, Vin dapat dengan jelas mengetahui bahwa mereka sedang bersenang-senang. Akan tetapi Vin saat ini sedang ingin mematahkan leher seseorang, jadi ia tak peduli dengan apa yang Dharma lakukan saat ini.

"Bawa Dave kembali dan biarkan dia beristirahat bersama ibunya. Dan kamu, segera menghadap ku setelahnya. Setelah itu jawab semua pertanyaan yang aku ajukan, usahan jawabannya bagus karena kalau tidak... Aku tidak bisa menjamin keselamatanmu."

Dharma segera mematikan handphone nya. Kini keringat dingin memenuhi tubuhnya. Ia tau bahwa saat-saat ini akan datang, dimana Vin akan marah setelah mengetahui apa yang terjadi pada Tamara. Hal tersebut membuat Dharma entah kenapa ingin membuat surat wasiat sekarang, mengingat ia tidak yakin apakah bisa pulang dengan selamat atau tidak.

1
Travel Diaryska
up, semangat author ✨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!