NovelToon NovelToon
Melting The Iced Princess

Melting The Iced Princess

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mumu.ai

Sekuel dari Bunga dan Trauma.

Jelita Anindya memutuskan pindah ke desa tempat tinggal ayah dari papanya, sebuah desa yang dingin dan hijau yang dipimpin oleh seorang lurah yang masih muda yang bernama Rian Kenzie.

Pak Lurah ini jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jelita yang terlihat cantik, anggun dan tegas. Namun ternyata tidak mudah untuk menaklukkan hati wanita yang dijuluki ‘Iced Princess’ ini.

Apakah usaha Rian, si Lurah tampan dan muda ini akan mulus dan berhasil menembus tembok yang dibangun tinggi oleh Jelita? Akankah ada orang ketiga yang akan menyulitkan Rian untuk mendapatkan Jelita?

follow fb author : mumuyaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari yang Melelahkan

Tok… tok… tok…

Pintu itu terdorong pelan ke arah dalam setelah beberapa kali orang itu mengetuknya dan tidak ada sahutan di dalam.

“Dokter Bunga…” panggil orang itu.

Bunga yang sedang duduk di kursi kerjanya terkejut. Ternyata sejak tadi dirinya yang sedang bekerja tiba-tiba terhenti.

“Ya…” jawab Bunga setelah sadar.

“Maaf, dok. Sudah ditunggu dengan yang lain di ruang rapat,” kata seorang perempuan yang berpakaian rapi yang memanggil Bunga tadi.

“Oh, baik. Sebentar lagi saya kesana,” jawab Bunga.

Wanita itu mengangguk, lalu segera meninggalkan ruang kerja Bunga.

Bunga menghembuskan nafasnya pelan, mengusir kegelisahan dihati yang tiba-tiba saja datang.

“Kenapa tiba-tiba kepikiran Kakak, ya?” gumamnya. Wanita yang masih saja cantik di usianya yang telah lima puluh tiga tahun itu masih terdiam, memikirkan putri pertamanya yang merantau dan tinggal bersama ayah mertuanya.

“Selesai rapat nanti, aku telfon aja dia.” Bunga harus menahan rasa tidak tenangnya ini sebentar. Tanggung jawabnya sebagai Direktur Rumah Sakit ini harus ia tuntaskan terlebih dahulu.

Bunga bangkit dari duduknya, merapikan pakaiannya sedikit lalu kemudian keluar, melangkah dengan tegas menuju ruang rapat. Dirinya masih belum bisa pensiun sebab Yumna — putri pertama Silvia dan Randi — masih dalam masa kuliahnya. Masih ada paling cepat sepuluh tahun lagi sampai Yumna siap untuk menerima posisi ini.

“Aaaah… cuti sajalah. Pengen ketemu sama Kakak aja. Liburan nenangin pikiran, daripada heboh terus dengerin Qilla sama Zaidan teriak-teriak melulu di rumah.”

*

*

*

Rian menarik Nadya hingga keluar dari ruangan, lalu melepaskan genggamannya begitu mereka tiba di lorong. Dorongan halus namun tegas membuat Nadya hampir kehilangan keseimbangan.

Beberapa staf rumah sakit yang berada tidak jauh dari sana dimulai dari perawat, admin, pasien beserta keluarganya, dan satu dokter muda terdiam melihat adegan itu. Suasana lorong yang tadinya riuh pelan langsung mereda. Mata-mata penasaran mulai melirik tanpa berani terang-terangan.

“Nadya,” Rian berkata dengan rahang mengeras. “Apa yang kamu lakukan barusan itu sudah kelewatan.”

“Mas… aku cuma mau ngomong baik-baik sama dia…” Nadya mencoba membela diri, suaranya mulai bergetar. “Aku cuma pengen jelasin… aku cuma takut Mas direbut—”

“Berhenti!” bentak Rian, suaranya rendah tapi mematikan. “Kamu pikir kamu datang ke sini itu nggak bikin masalah? Kamu pikir kamu punya hak buat datangi dia di tempat kerja, apalagi sambil bawa gosip warga?”

Nadya menunduk, namun matanya berkaca-kaca. “Aku cuma sayang sama Mas…”

“Sayang?” Rian mendengus tajam. “Kalau kamu benar-benar sayang, kamu nggak akan bikin nama aku hancur di kampung. Kamu nggak akan muncul di depan ruangannya kayak orang nggak punya malu.”

Nadya langsung mengangkat wajahnya. “Aku nggak nyebarin gosip itu! Mas jangan nuduh aku—”

“Aku tahu kamu nggak nyebarin,” potong Rian cepat. “Tapi kamu diem, kan? Kamu biarin orang ngomong seolah aku yang menghamilimu. Kamu biarin warga ribut, saling tuduh. Dan sekarang kamu datang ke sini buat bikin Jelita nggak nyaman?”

Nadya terisak kecil. “Mas… aku cuma takut kehilangan Mas…”

Rian menatapnya lama, napasnya masih berat. “Kamu nggak pernah punya aku, Nadya! Sama sekali, untuk kamu kehilangan!”

Perkataan itu membuat Nadya seperti terhempas sesuatu tepat di dadanya.

Rian mengusap wajahnya kasar, lalu menatap Nadya lebih dingin dari sebelumnya.

“Sekarang dengar baik-baik. Mulai hari ini, aku nggak mau kamu datang ke kantor, apalagi ke rumah sakit untuk cari masalah sama Jelita. Kamu mau benci dia? Silakan. Tapi jangan ganggu dia. Jangan ganggu hidupku.”

“Mas… Rian, tolong… jangan bilang kayak gitu…” Nadya memohon.

Namun justru Rian mundur selangkah, menjaga jarak. “Aku ngomong serius. Kamu sudah keterlaluan. Ini terakhir kali aku toleransi.”

Nadya hanya bisa menangis tanpa suara.

Sementara itu, staf-staf rumah sakit berpura-pura kembali bekerja, tapi jelas mereka sudah mendengar cukup banyak. Beberapa saling pandang, beberapa lagi menggeleng pelan.

Rian menatap Nadya sekali lagi, kali ini lebih tajam namun lelah. “Pulang, Nadya! Jangan bikin aku makin malu.”

Nadya terpaku beberapa detik sebelum akhirnya melangkah pergi dengan gontai, menyeka air matanya.

Rian memejamkan mata sejenak, mengatur napas. Dadanya sesak. Yang paling ia takutkan kini bukan gosip warga.

Tapi kemungkinan bahwa Jelita yang sejak awal tak bersalah akan memandangnya rendah setelah semua drama memalukan ini.

*

*

*

Jelita duduk menatap layar komputernya tanpa benar-benar melihat apa pun. Tulisannya berbayang, pikirannya kacau, dan dadanya terasa sesak sejak kejadian di paginya.

“Win, sore ini masih ada pasien lagi?” tanya Jelita lirih sambil menoleh ke Wina.

Wina yang sedang merapikan berkas menoleh cepat, memerhatikan wajah pucat perempuan itu. “Nggak ada, Mbak. Jadwal kosong sampai malam.”

Jelita mengangguk pelan. “Kalau begitu, aku pulang duluan ya, Win.”

Wina tersenyum lembut sambil memegang lengan Jelita. “Pergi istirahat, Mbak. Mbak butuh itu. Jangan pikirin apa pun dulu. Mbak nggak sendirian, oke?”

Jelita mengangguk lagi, lebih pelan kali ini. “Makasih, Win.”

Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah lelah. Setiap suara terasa menggema. Beberapa nakes dan keluarga pasien menatapnya saat ia lewat. Bukan tatapan sinis seperti pagi tadi, tapi tetap saja membuatnya sesak. Tatapan kasihan, tatapan bertanya-tanya.

Saat ini rasanya Jelita ingin tidak terlihat.

Sampai di parkiran, ia menghembuskan napas panjang, mengusap wajahnya, lalu menyalakan motor dan segera pulang.

*

*

*

Saat tiba di rumah, ia mendapati Kakek Doni sedang berjalan pelan dari arah kebun di belakang rumah. Pakaian beliau sedikit kotor tanah, seperti biasa jika habis mengurus tanaman.

“Oh, Jelita sudah pulang,” ucap Kakek Doni sambil tersenyum tipis.

Jelita memaksa tersenyum dan mendekat. “Kakek dari kebun?”

“Iya,” jawabnya singkat. “Kamu langsung masuk dan istirahat, Kak. Wajahmu capek sekali.”

Jelita terdiam. Kakeknya tidak bertanya apa pun, tidak menyinggung soal apa yang mungkin ia dengar hari itu. Tapi justru itu membuat dadanya semakin hangat.

Kakek Doni menatap Jelita sejenak, lembut namun penuh makna.

“Kamu masuk kamar saja dulu. Kalau mau cerita nanti, Kakek ada.”

Jelita mengangguk pelan. “Iya, Kek… makasih.”

Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah berat, merasa sedikit lega karena rumah adalah satu-satunya tempat ia bisa bernapas tanpa takut dilihat atau dihakimi.

“Benar-benar hari yang melelahkan.”

*****

Sudah bab 20, semoga masuk retensinya ya, biar author bisa lanjutkan ceritanya ini 🤲🤲

Jempol dan vote ⭐️ 5 nya sangat membantu menaikkan retensi author. Sesajennya juga. Jangan lupa ya teman teman 🫶🫶

FYI author udah nyiapin cerita selanjutnya dan masih tentang keturunan Bunga-Bang Fad. Makanya jangan lupa buat dukung terus author ya, kesayangan 🫶🫶🫶

1
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
ya allah cabe merah 1 kg hampir 80
cabe setan 1 kg 90
rawit 1 kg 70.... ya allah.....😭😭😭😭😭 bawang merah 1 kg 50
mumu: kak disini cabe merah 150 sekilo 😭😭
total 1 replies
😇😇
udah main princess princess aja, pak lura 😂😂
Supryatin 123
🤣🤣🤣papa fadi terlalu overprotektif lnjut thor 💪💪
cahaya
gagal maning gagal maning 🤣🤣🤣
Esther Lestari
belum apa2 papa Fadi sudah posesif gitu sama anak ceweknya🤭.
Rian harus siapkan mental menghadapi papa Fadi dan kakek Doni
😁
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
bukan siap siap mantu,,, tapi siap siap ngasih pelajaran dulu smaa calon mantu...🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
mampuuuuuusssssssss udah bilang gak boleh duluan..... rian siap siap loe dibogem mentah sama si papa keren kece badai abis....🤣🤣🤣
Esther Lestari
Pak Lurah aja digosipin sama warganya🤭
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Hary Nengsih
klo d kampung y begitu cepet nyebar gosip harus tebal telinga
Supryatin 123
seruuu ceritanya ❤️❤️❤️
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Hary Nengsih
lanjut
cahaya
good 👍👍
Lyana
nice thor
Esther Lestari
semoga retensinya bagus thor dan cerita Jelita berlanjut
Esther Lestari
istirahat dulu Jelita,tenangkan pikiran baru cerita dgn kakek Doni.
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
emaknya kalo ngamuk ngalahin papa fadi,,, papa fadi aja tunduk sama kanjeng ratu ibunda mama bunga jelita tercinta...🤣🤣🤣🤣🤣
mumu: anak mapala jangan dilawan 🤭🤣🤣
total 1 replies
Esther Lestari
Apakah mama Bunga akan datang menemui Jelita🤭.

Pak Lurah tolong ya diperjelas, statusnya Nadya buat pak Lurah itu apa. Jangan sampai warganya bergosip lagi lho😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!