NovelToon NovelToon
A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:481
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

Sejak bayi, Kim Areum menghilang tanpa jejak, meninggalkan tiga kakaknya—Kim Jihoon, Kim Yoonjae, dan Kim Minjoon—dengan rasa kehilangan yang tak pernah padam. Orang tua mereka pergi dengan satu wasiat:

"Temukan adik kalian. Keluarga kita belum lengkap tanpanya."

Bertahun-tahun pencarian membawa mereka pada sebuah kebetulan yang mengejutkan: seorang gadis dengan mata yang begitu familiar. Namun Areum bukan lagi anak kecil yang hilang—ia tumbuh dalam dunia berbeda, dengan ingatan kosong tentang masa lalunya dan luka yang sulit dimengerti.

Sekarang, tiga kakak itu harus membuktikan bahwa ikatan darah dan cinta keluarga lebih kuat daripada waktu dan jarak. Bisakah mereka menyatukan kembali benang-benang yang hampir putus, atau Areum telah menjadi bagian dari dunia lain yang tak lagi memiliki ruang untuk mereka?

"Seutas benang menghubungkan mereka—meregang, namun tidak pernah benar-benar putus."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20: Kecelakaan.

Lima bulan telah berlalu sejak Minjoon berhasil memperbaiki hubungan kedua kakaknya yang sempat retak. Kini, ia bisa kembali fokus menjalani aktivitas hariannya, meski sesekali masih membantu Jihoon dan Yoonjae dalam penyelidikan terhadap Harabeoji. Mereka bahkan telah menyewa detektif swasta, namun sejauh ini, belum ada bukti kuat yang bisa dijadikan senjata untuk menghadapinya. Jihoon memang menepati janjinya untuk membantu, tetapi ia belum bersedia berbicara langsung dengan sang kakek sebelum bukti konkret benar-benar terkumpul.

Pagi itu, Minjoon sengaja berangkat lebih awal untuk mengunjungi salah satu cabang café miliknya di kawasan Cheongdam-dong. Cabang baru Min Pour L'Amour di daerah Gangnam-gu, dan sejak beberapa bulan lalu, Areum ditugaskan di sana. Letaknya tak terlalu jauh dari kediaman utama keluarga Kim, sehingga Minjoon tak membutuhkan waktu lama untuk sampai.

Begitu memasuki area café, suasana langsung menyambutnya dengan keramaian yang khas: denting gelas, suara pelanggan yang mengobrol, serta para staf yang sudah sibuk dengan tugas masing-masing. Di tengah hiruk pikuk itu, matanya langsung menangkap sosok familiar—seorang wanita yang tengah melayani pelanggan dengan senyum ramah. Saat ia melewatinya, wanita itu buru-buru menunduk. Areum.

Sejak kepindahannya dari Park Brew & Soul—café milik Ji-Sung dan Taeyoon—Areum belum pernah bertemu Minjoon lagi. Bahkan, proses pemindahannya ke Cheongdam-dong dan pengaturan tempat tinggal barunya pun diurus oleh seseorang yang mengaku sebagai asisten Minjoon.

Minjoon memberi isyarat singkat pada Areum untuk menemuinya di ruangannya setelah pekerjaannya selesai.

Di Min Pour L'Amour, Areum memang tidak lagi bekerja sebagai kasir. Minjoon secara pribadi menunjuknya sebagai assistant manager, menjadikannya orang kedua setelah manajer utama yang bertanggung jawab atas operasional café. Meski begitu, Areum tidak keberatan untuk tetap turun langsung ke lantai café—membantu melayani pelanggan, mengarahkan staf baru, dan memastikan semua berjalan lancar. Ia tahu, posisi itu bukan hadiah, tapi ujian kepercayaan.

Setelah selesai melayani pelanggan, Areum berjalan menuju ruang dengan pintu kaca di lantai dua café. Ia mengetuk perlahan hingga Minjoon mengizinkannya masuk.

"Selamat siang, Sajangnim," ucap Areum, menundukkan kepala sopan.

"Siang… saya ingin berbicara denganmu," jawab Minjoon sambil menunjuk sofa kosong di depannya. Areum langsung berjalan dan duduk dengan sopan.

"Bagaimana? Apa kamu nyaman tinggal di Gangnam?" tanya Minjoon, menatap Areum dengan serius tapi lembut.

"Iya, Sajangnim, saya nyaman. Hanya beberapa hari setelah kepindahan, saya sempat mengalami culture shock… tidak banyak, hanya saja Gangnam terasa berbeda dari Mapo-gu," jelasnya yang membuat Minjoon mengangguk, memahami perkataan Areum.

"Apakah semuanya baik-baik saja? Maksud saya, apakah ada hal yang membuatmu tidak nyaman di sini?" Tanya nya memastikan.

"Tidak ada, Sajangnim. Semua orang di sini baik, dan kerja sama timnya sangat lancar," jawab Areum dengan tenang.

"Bagaimana dengan café ini sendiri? Menurutmu, bagaimana perkembangan setelah beberapa bulan dibuka?" Balas Minjoon tersenyum tipis.

Sebenarnya ia sudah membaca semua laporan dari tim manajemen, tapi ia ingin mendengar langsung dari Areum—sebagai bentuk kepercayaan sekaligus ujian kecil. Areum berpikir sejenak, lalu menjawab dengan nada tenang.

"Sejauh ini, perkembangan café cukup baik, Sajangnim. Jumlah pengunjung stabil, bahkan meningkat pada akhir pekan. Menu juga mendapat respon positif, terutama varian minuman musiman dan dessert," jelas Areum.

Minjoon mengangguk pelan, menyilangkan kaki, lalu melirik laporan di meja seolah membandingkan jawaban Areum dengan data yang ia miliki.

"Bagus... Dan staf lainnya? Kamu bisa menyesuaikan diri dengan tim baru?" Tanya minjoon lagi.

“Saya rasa kami mulai membentuk ritme kerja yang cukup solid. Yumi sunbaenim dan Chan-woo sunbaenim sangat membantu dalam proses adaptasi,” jelas Areum sambil sedikit menunduk sebagai bentuk rasa hormat.

“Mereka memang bisa diandalkan… walaupun kadang agak ribut kalau sedang debat menu baru.” ujar Minjoon sedikit terkekeh yang membuat Areum ikut tersenyum kecil.

“Iya, saya pernah melihat mereka berdebat soal topping waffle… itu cukup intens, Sajangnim.” jelas Areum yang membuat Minjoon tertawa kecil, lalu menatap Areum serius.

“Kamu tahu saya tak biasa memuji secara langsung… tapi saya senang dengan etos kerja kamu, Areum-ssi. Kamu tidak hanya cekatan, tapi juga cepat beradaptasi.” ujar nya yang membuat Areum mengangguk dan sedikit menunduk.

“Terima kasih banyak, Sajangnim. Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik,” ucap Areum, masih dengan nada rendah hati

"Baiklah. Kamu boleh kembali bekerja. Oh, dan jangan lupa—hari ini kamu jadwal briefing sore, kan?” ujar Minjoon memastikan dan  Areum hanya mengangguk.

“Iya, Sajangnim. Terima kasih untuk waktunya.” ujar Areum yang membuat Minjoon mengangguk pelan.

“Kerja yang bagus, Areum-ssi.” Areum membungkuk sopan, lalu melangkah keluar dari ruangan dengan napas sedikit bergetar. Ucapan Minjoon barusan masih menggema di kepalanya—ia tak menyangka, kontribusinya yang terasa kecil justru benar-benar diperhatikan oleh sosok atasan yang selama ini terlihat kaku dan dingin.

Hari itu, suasana café lebih sibuk dari biasanya. Minjoon, yang biasanya bisa menangani semuanya dengan presisi, tampak sedikit kewalahan. Ia belum tidur sejak semalam—mengurus laporan keuangan cabang, meeting dengan investor baru, dan persiapan audit tahunan yang cukup menguras tenaga dan waktu. Tapi seperti biasa, ia tetap memaksa diri hadir di café. Ia ingin memastikan semuanya berjalan lancar sebelum dia tinggalkan untuk agenda luar kota.

Setelah mengawasi stok bahan baku di gudang lantai atas, Minjoon berniat turun dengan cepat agar bisa mengecek persiapan barista dan dapur. Namun, konsentrasinya yang menurun akibat kelelahan membuatnya tidak menyadari satu anak tangga licin. Kakinya terpeleset, dan tubuhnya jatuh cukup keras ke tangga semen, menimbulkan suara gedebuk yang tertelan oleh riuhnya suasana café.

Tak banyak yang memperhatikan. Namun Areum, yang saat itu hendak naik ke lantai atas sambil membawa dokumen laporan bahan baru, langsung menghentikan langkahnya ketika melihat Minjoon tergelatak dengan ekspresi menahan sakit.

“Ya ampun, Sajangnim!” serunya panik sambil bergegas menghampiri.

1
Ramapratama
jangan jangan... adik yang hilang itu di adopsi keluarga Park kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!