NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 05

Empat belas tahun berlalu dengan cepat, dan kini Wei Lin Hua telah tumbuh menjadi seorang gadis remaja berusia lima belas tahun. Ia hanya terpaut tiga tahun dari kedua kakak laki-lakinya. "Hah, aku merasa sedikit beruntung hidup di zaman ini," gumam Wei Lin Hua, mengagumi penampilannya sendiri. "Anak usia lima belas tahun di sini memiliki proporsi tubuh yang benar-benar seperti remaja tangguh." Ia mengamati tubuhnya yang mulai beranjak dewasa, sembari membantu sang Ayah mencari bijih besi di area pertambangan.

Dunia semakin menua saat ia berada di abad ke-21, dan perkembangan fisik manusia tampaknya semakin menyusut. Sungguh kontras dengan abad yang ia masuki saat ini, perbedaan yang sangat mencolok.

"Apa kau lelah?" tanya Wei Liu Han, suaranya lembut penuh perhatian, saat melihat Wei Lin Hua yang tampak mulai bosan dengan pekerjaan mereka.

Ayah mereka tidak lagi mencari bijih besi, karena pria itu kini telah beralih profesi menjadi seorang pengrajin pedang yang handal, memenuhi kebutuhan para prajurit yang berperang. Dan kini, mereka bertiga lah yang menggantikan sang Ayah untuk mencari bijih besi, sumber utama bahan baku pembuatan pedang.

"Aku hanya bosan," jawab Wei Lin Hua jujur, menghela napas pelan.

"Ayo, kita pulang saja. Hari sudah mulai sore," ajak Wei Liu Yuan, menawarkan solusi yang disambut baik oleh adiknya.

Wei Lin Hua mengangguk setuju, segera bangkit dari duduknya dan mengangkat keranjang yang penuh berisi bijih besi. Beban di pundaknya terasa cukup berat, namun ia tetap berusaha tersenyum. 'Meskipun harus bekerja keras seperti ini, ternyata kedua kakakku masih tetap terlihat sangat tampan,' gumam Wei Lin Hua dalam hati, mengagumi ketampanan kedua kakaknya.

Mendengar pujian tulus sang adik di dalam hatinya, Wei Liu Han dan Wei Liu Yuan tersenyum senang. Hati mereka menghangat mendengar pengakuan adiknya. "Aku akan memasak makanan yang sangat enak untukmu malam ini," ujar Wei Liu Yuan, berjanji untuk memanjakan adiknya dengan hidangan lezat.

"Bukankah kesepakatan kita adalah lima tahil perak untuk seratus pedang?" Suara berat Wei Nan, Ayah mereka, terdengar jelas dari balik dinding, penuh ketidakpuasan saat ia bernegosiasi dengan seseorang.

Langkah Wei Lin Hua dan kedua kakaknya sontak terhenti. Dengan gerakan hati-hati, mereka mengintip dari celah pintu, mencoba mengidentifikasi sosok yang sedang bernegosiasi dengan Ayah mereka.

Pria itu menjawab dengan nada dingin dan meremehkan, "Tuan pejabat daerah hanya menyanggupi dua tahil, dan itu sudah menjadi ketetapan dari pejabat istana. Jika kau merasa keberatan, silakan datang sendiri ke istana dan ajukan protesmu langsung pada tuan pejabat istana."

Dengan berat hati, Wei Nan akhirnya menyerahkan lima ratus pedang yang telah ia buat dengan susah payah, menerima bayaran sepuluh tahil perak yang jauh di bawah kesepakatan awal. Meskipun terasa sangat tidak adil, ia tak bisa membantah, terutama jika menyangkut kebutuhan prajurit di medan perang yang sangat membutuhkan senjata.

Melihat Ayahnya lagi-lagi ditipu mentah-mentah oleh orang-orang berjabatan di daerah mereka, Wei Lin Hua mengepalkan tangannya erat-erat hingga buku-buku jarinya memutih. Sebuah bara kemarahan menyala di dadanya. 'Kalian memang benar-benar menguji kesabaranku,' gumamnya tajam dalam hati.

Kedua kakaknya, yang secara ajaib dapat mendengar gejolak hati Wei Lin Hua, saling pandang dengan tatapan ngeri. Mereka tak berani mengeluarkan sepatah kata pun, terintimidasi oleh aura gelap dan mencekam yang tiba-tiba menyelimuti adik perempuan mereka.

"Bawa ini kembali," ucap Wei Lin Hua dingin, menyerahkan keranjang bijih besi yang berat kepada kedua kakaknya tanpa menoleh. "Aku akan pergi sebentar." Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah cepat menuju gudang besi milik Ayahnya.

"Berhati-hatilah, Hua'er," seru kedua kakaknya serempak, nada cemas tersirat jelas dalam suara mereka.

Wei Lin Hua dengan sigap meraih belati yang dibuatnya secara khusus. Tidak ada seorang pun yang mampu meniru atau bahkan memiliki senjata serupa di dunia ini, karena hanya dia seorang yang berasal dari abad ke-21, menggunakan pengetahuannya untuk menciptakan senjata yang biasa ia gunakan di dunia asalnya.

Belati itu bukan hanya sekadar senjata tajam biasa, melainkan sebuah karya seni yang istimewa. Pada gagangnya terpasang batu kristal pelindung yang berkilauan, berfungsi untuk melindunginya dari serangan sihir para bangsawan yang memiliki kekuatan magis. Selain belati, Wei Lin Hua juga telah membuat sebuah kalung dengan bandul batu kristal pelindung untuk dirinya sendiri, serta tiga gelang serupa untuk kedua kakaknya dan juga Ayahnya.

Menjadi rakyat jelata tanpa akar sihir tentu saja sangat berbahaya di dunia ini, apalagi Ayahnya bekerja membuat senjata untuk para pejabat tinggi dan bangsawan yang haus kekuasaan. Perlindungan adalah sebuah keharusan.

Dengan gerakan anggun, Wei Lin Hua mengganti pakaiannya dengan hanfu hitam yang dihiasi bordir merah kesukaannya. Tak lupa, ia mengenakan weimao untuk menyembunyikan identitasnya, agar tak dikenali oleh siapa pun. Saat hendak melangkah keluar dari gudang milik Ayahnya, Kakaknya, Wei Liu Yuan, menghampirinya dengan raut wajah khawatir.

"Kau akan pergi sekarang?" tanya Wei Liu Yuan, suaranya lirih namun penuh perhatian.

Wei Lin Hua mengangguk mantap, sorot matanya memancarkan tekad yang membara. "Ya, aku akan mengambil kembali hak kita yang telah dirampas," jawab wanita itu tegas.

"Berhati-hatilah, pasukan pangeran kedua sedang berpatroli di sekitar desa," ucap Wei Liu Yuan, mengingatkan adiknya akan bahaya yang mengintai.

Wei Lin Hua mengangguk lagi, lalu melangkah pergi meninggalkan Wei Liu Yuan. Ia bertekad untuk merebut kembali hak keluarganya yang telah dirampas oleh mereka yang serakah dan berkuasa.

Selama bertahun-tahun, keluarga Wei merasakan keberkahan yang luar biasa setelah kelahiran Wei Lin Hua. Keluarga mereka yang dulunya terjerat kemiskinan, kini perlahan bangkit dari keterpurukan. Dan Wei Lin Hua, ia menjelma kembali menjadi dirinya yang sejati, seperti saat ia berada di dunia asalnya.

Di tengah keheningan malam yang pekat, Wei Lin Hua menyelinap dalam bayangan, mengikuti jejak orang-orang yang baru saja menyelesaikan transaksi curang dengan Ayahnya. Langkahnya seringan bulu, tak menghasilkan suara, dan bayangannya pun seolah tak terlihat meskipun rembulan bersinar penuh di langit. Dengan kecepatan dan kelincahan luar biasa, ia bergerak dari satu bayangan pohon ke bayangan lainnya, menjaga diri agar tak sedikit pun menimbulkan kecurigaan.

"Hahahah... Kita akan berpesta pora malam ini, menikmati anggur dan para wanita!" Tawa serak dan pongah terdengar dari salah satu prajurit dari kediaman pejabat daerah, yang pedang buatan Ayah Wei Lin Hua tersampir di pinggangnya.

"Namun, Tuan, sudah banyak pengawal lain yang bernasib nahas setelah menipu Tuan Wei," sahut seorang di antara mereka, yang raut wajahnya tampak gelisah dan khawatir akan nasib mereka sendiri.

"Cih, pembunuh itu tak lebih dari bandit rendahan," jawab prajurit itu dengan nada pongah, melambaikan tangan meremehkan. "Mereka saja yang sial karena bertemu dengan para bandit itu."

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩: aku suka ceritanya kak semangat ya
total 2 replies
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!