Cerita ini sekuel dari Menikahi Mafia Kejam
Sebuah malam kelam mengantarkan Devi Aldiva Brodin pada malapetaka yang merubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Kesalahan fatalnya yang menggoda sang atasan yang divonis impoten saat ia dalam keadaan mabuk berat. Dan pria itu adalah Ibra Ashford Frederick merupakan pria yang sudah beristri sekaligus atasannya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersekutu dengan Twins
"Apa yang anda bicarakan Pak?," tanya Devi berusaha untuk bersikap tenang. Ia tidak mau terpancing lagi seperti waktu itu.
Ibra tersenyum mendengar pertanyaan Devi. Ia menatap wanita itu dengan tajam, wanita ini benar benar pandai menutupi semuanya darinya."Apa perlu aku membawa mereka ke sini?," jawab Ibra.
Devi turun dari atas meja dan meletakkan jas Ibra disana."Apa yang anda inginkan Pak?.saya sudah menjauhi anda selama ini karena tidak mau di cap sebagai wanita perebut," desis Devi.
"Kau... kaulah yang aku inginkan," jawab Ibra.
"Dan ya aku sudah mengatur pernikahan kita, dua minggu dari sekarang kita menikah," sambung Ibra membuat Devi menganga seketika mendengar pernyataan Ibra.
Devi mengepalkan kedua tangannya menatap tajam Ibra yang berbuat sesuka hatinya."Kita tidak memiliki hubungan apapun Pak jadi jangan harap pernikahan itu akan terjadi," jawab Devi.
"Suka atau tidak suka kau dan aku akan tetap menikah," ucap Ibra.
"Dan ya mengenai hubungan, kita memang tidak memiliki hubungan tapi pernikahan ini karena Zion dan Zoey," sambung Ibra.
Lagi dan lagi Devi terkejut bukan main, darimana Ibra tahu tentang keduanya anaknya?. Ia pikir ancaman Ibra tadi hanya lah gertakan saja. Namun ternyata pria ini sudah mengetahui semuanya. Harusnya ia tidak menyetujui keputusan Mr. Miller yang memintanya kembali ke tanah air mengurusi pekerjaan yang ada disini.
"Kenapa diam?. Aku tidak mau kedua anakku tumbuh tanpa kasih sayang ayahnya," ujar Ibra.
'Mereka bukan anakmu. Dia anakku dengan suamiku. Lagian kita melakukannya hanya satu kali dan kamu yakin itu adalah benihmu?," tanya Devi menyunggingkan senyumannya.
Ibra menahan amarahnya dengan rahang yang terlihat mengeras. Ia tahu Zion dan Zoey adalah anaknya dan yang membuatnya tidak terima adalah Devi mengatakan kalau ia sudah menikah. Tidak akan ada yang boleh memiliki Devi selain dirinya karena sedari awal wanita ini adalah miliknya.
"Yang kau tahu hanya satu kali, tapi malam itu aku melakukannya berkali-kali," jawab Ibra tersenyum puas. Itu memang kenyataannya, dia memang tidak sedang mengada-ada. Bahkan saat Devi mulai tertidur lelap pun ia kembali mengulanginya.
"Sudah lah Pak, jangan mengada-ada. Urus saja istrimu, Pak. Dan berhenti mengurusi urusanku," ucap Devi lalu melangkah pergi meninggalkan Ibra. Setiap kali bertemu dengan pria itu membuat moodnya semakin memburuk saja.
Ibra menggeram pelan lalu melangkah mengikuti Devi, ia mengangkat tubuh wanita itu dan mendudukkannya kembali keatas meja. Sepertinya wanita ini harus diberikan pelajaran dan membuktikan ancamannya agar wanita ini tidak lagi bisa lari darinya.
"Apa yang hmpphh-- Devi tidak lagi melanjutkan ucapannya karena Ibra malah membungkam bibirnya ciuman. Ia benar benar tidak terima dilecehkan seperti ini tapi tubuhnya dan pikirannya malah tidak sejalan.
Devi memukul bahu Ibra saat pasokan oksigen mulai berkurang. Pria itu bukannya melepaskannya tapi ciuman pria itu malah turun ke lehernya dan tangan pria itu mulai menyentuh pahanya yang terbuka karena rok yang ia kenakan sedikit terangkat keatas.
"Stop!," erang Devi memukul bahu Ibra. Namun pria itu semakin menjadi saja. Ia benar benar tidak bisa melawan tenaga pria ini.
"Stop, please ah," Devi menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya saat suara laknat itu lolos dari mulutnya.
Ibra mengehentikan kegiatannya, ia menatap penampilan Devi yang mulai acak-acakan karena ulahnya. Wanita ini terlihat semakin sexy apalagi dua buah kancing Devi sudah berhasil ia buka memperlihatkan dua aset wanita itu yang dibungkus bra berwarna hitam.
Ia mengusap bibir Devi dengan ibu jarinya. Nafas wanita ini terlihat terengah-engah."Aku tidak main main dengan ucapanku Devi. Aku bisa saja sekarang ini membuatkan adik untuk kedua anak kita tapi aku ingin melakukan setelah kita menikah. Cukup mereka berdua yang terlahir di luar pernikahan," ucap Ibra menyatukan keningnya dengan kening Devi.
"Jangan lagi berpakaian seperti ini. Aku tidak suka," sambung Ibra mengecup bibir Devi sekilas lalu mengancing kan kembali kemeja Devi.
"Jangan mengatur ku Pak," ketus Devi.
"Dan satu lagi tidak akan ada pernikahan. Aku tidak mau menjadi yang kedua dan menjadi perusak rumah tangga orang lain," sambung Devi memperbaiki penampilannya setelah turun dari atas meja.
"Aku sudah bercerai," jawab Ibra.
Devi terdiam mendengar pengakuan Ibra, benarkah yang ia dengar ini. Tapi apa urusannya, terserah pria itu saja mau bercerai atau apalah ia tidak mau tahu. Ia hanya ingin hidup bahagia bersama kedua anaknya.
"Itu urusan anda Pak," jawab Devi.
Ibra kembali mendekati Devi, memeluk wanita itu dari belakang."Malam ini aku akan datang ke apartemen mu untuk bertemu dengan kedua orangtuamu," ucap Ibra. Ia tidak peduli dengan penolakan Devi, apa yang ia inginkan akan ia wujudkan.
"Jangan nekad Pak,' jawab Devi. Tidak semudah itu meluluhkan hati Papanya.
"Kita lihat saja nanti," ucap Ibra.
***
"Daddy...," Zion diikuti Zoey memasuki apartemen Ibra setelah Daddy-nya itu mengabari kalau dia sudah pulang.
"Ya... sebentar sayang. Daddy ganti baju," teriak Ibra dari dalam kamar.
Zion dan Zoey langsung membuka pintu kamar dan mendapati sang Daddy baru keluar dari ruang ganti.'Dad...kamar Daddy sangat nyaman," puji Zoey langsung menaiki tempat tidur dan melompat-lompat diatasnya.
"Benarkah?," tanya Ibra duduk di bibir tempat tidur.
"Iya," jawab Zoey.
"Dad ..mana laptop ku?," tanya Zion melangkah menghampiri Ibra.
"Jadi karena laptop itu kamu dan adikmu kesini?," tanya Ibra segera berdiri lalu melangkah menuju meja nakas mengambil sebuah kotak berisi laptop.
"Tapi Daddy punya satu permintaan sama kalian," jawab Ibra sebelum memberikan laptop itu pada Zion.
"Apa Dad?," tanya Zion yang tidak sabaran Daddy-nya memberikan laptop yang diinginkannya itu.
Ibra berjongkok dihadapan Zion menatap putranya itu dengan penuh kasih sayang."Daddy malam ini berencana untuk melamar Mommy kalian dan Daddy membutuhkan dukungan kalian," jawab Ibra.
Zoey yang sedang bermain diatas tempat tidur langsung menoleh mendengar permintaan Daddy-nya. Anak perempuan itu langsung turun dari tempat tidur menghampiri Daddy-nya.
"Dad...kami pasti mendukungmu, iya kan Kak?," ucap Zoey mencari dukungan dari Kakaknya.
"Ya. Tapi Daddy juga harus berjanji untuk tidak menyakiti Mommy," jawab Zion.
"Daddy janji boy, jadi kalian mau membantu Daddy?," tanya Ibra.
"Tentu Daddy," jawab keduanya.
"Tanpa Daddy minta pun kami sudah berencana menyatukan kalian. Kami tidak mau orang lain yang jadi Daddy kami," ucap Zoey.
Ibra mengerutkan keningnya mendengar ucapan Zoey."Memangnya ada yang mau jadi Daddy kalian?," tanya Ibra.
Keduanya mengangguk cepat."Ada Dad," jawab Zoey.
"Siapa?," tanya Ibra dengan tatapan penuh selidik.
"Namanya Uncle Miller atasannya Mommy di California," jawab Zoey.
"Zoey...," tegur Zion.
"Jadi Mommy kalian punya hubungan dengan atasannya?," tanya Ibra ingin menggali informasi lebih jauh.
"Kami tidak tahu Dad," jawab Zion.
"Tapi Daddy tenang saja, kita sudah menolak Uncle Miller untuk jadi Daddy kami. Dia itu jelek Dad dan jika suka ajak Mommy pergi," ucap Zoey.
"Oh Dad aku punya rencana," sambung Zoey.
Zion mendengar ucapan adiknya menatap tajam pada Zoey. Entah apa yang di rencanakan adiknya ini pada kedua orangtuanya.
"Apa?," tanya Ibra.
Zoey membisikkan sesuatu pada Ibra membuat pria itu membelalakkan kedua matanya. Dari mana putrinya itu punya rencana seperti itu.
...****************...
lebih tegas Daddy mu kamu Weh Weh no good 👎👎👎👎