NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:924
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

luka

Carlos terkejut melihat keadaan tempat markasnya yang sudah berantakan dan hancur akibat serangan menghubungkan b0m.

Di sana ada beberapa orang yang tergeletak tak bernyaw4 yang diduga anak buah dan musuhnya.

Carlos mencari teman-temannya yang pasti mereka juga mengejar musuh, ia bisa mendengar suara tembak4n yang tak jauh dari tempatnya.

𝘋𝘖𝘙!

𝘋𝘖𝘙!

Mereka melepaskan pelatvk dan mengenai sasaran karena semua musuh berusaha melarikan diri, tapi tidak secepat itu karena mereka tidak akan mungkin melepaskan mereka begitu saja. Tapi, mereka harus menangkap salah satunya secara hidup-hidup untuk di interogasi.

𝘋𝘖𝘙!

Edgar menoleh ke belakang, ia melihat Carlos baru saja men3mb4k musuh yang ada di belakangnya. Edgar mengangguk pada Carlos kemudian kembali melanjutkan kegiatannya.

"Temb4k saja kakinya agar tidak bisa berlari!" suruh Arion.

Kenzo menarik pelatvk dan melepaskannya, dan tepat sasaran yaitu kakinya.

Kenzo berlari seperti ingin mengambil buruannya saja, sedangkan Arion hanya diam berdiri dengan ekspresi datar.

Kenzo berhasil mengamankan buruannya tadi.

"AGHK! LEPASKAN!"

"Beri aku uang 100 miliar dulu," senyum Kenzo.

"SI4LAN!"

Kenzo mengikat kedua tangan musuhnya serta menutup mulvt menggunakan kain.

"Kau bisa berbicara setelah sampai di tempat yang seharusnya kau tempati," Kenzo menarik baju belakang musuhnya untuk di paksa berdiri.

"Masukan dia ke bagasi mobil!" suruh Arion.

Kenzo menyeret musuhnya tidak peduli kaki musuhnya kesakitan.

"Sepertinya aku terlambat," Carlos datang dari arah berlawanan.

"Kau dari mana bisa sampai ke sana?" tanya Edgar.

"Membantu kalian juga lah, aku ingin memastikan bahwa tidak ada yang kabur satupun,"

Karena semuanya sudah selesai, Arion menyuruh sisa anak buahnya untuk membereskan tempat yang kacau ini serta membuang may4t-may4t ini kecuali may4t anak buahnya.

Untuk anak buahnya yang sudah tidak bernyaw4 harus di kuburkan, mau bagaimana pun mereka juga sudah bertaruh nyaw4 atas perintahnya.

"Bagaimana hubungan mu dengan Liana?" tanya Revan.

Kini mereka berjalan menuju mobil untuk kembali.

Carlos tampak lesu, "Belum, dia masih belum merespon ku,"

"Jadi kau akan menyerah?"

"Tentu saja tidak! Tapi aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan? Segala cara seperti membujuknya dan menulis surat tetap tidak ada balasan darinya,"

"Kau sudah membujuknya dengan apa yang dia suka?"

"Aku belum tahu apa yang dia sukai, bukan kah selama ini dia tidak pernah meminta apa-apa pada kita?"

"Iya juga, tapi bukannya kau pernah mencari tahu tentangnya?"

"Iya, tapi aku tidak menemukan aktivitas yang dia sukai. Kenapa sulit sekali mencari sesuatu yang dia sukai?! Seharusnya ada walaupun suka bunga, atau boneka, atau berbelanja atau hal lainnya!" frustasi Carlos.

"Cara satu-satunya sih, harus bertanya padanya langsung,"

"Kau tidak membantu!" kesal Carlos.

Sama saja, mereka tidak membantu Carlos bukan karena malas tapi tidak tahu juga cara membujuk. Memang seumur hidup mereka pernah saling membujuk satu sama lain ketika mereka marahan? Tidak mungkin, 'kan? Untuk masalah begini ya urusan masing-masing, yang tidak ada sangkut pautnya tidak akan ikut campur.

"Ada 1 cara," Arion memasukan kedua tangannya ke saku celana.

Mereka yang ingin membuka pintu mobil terhenti, dan Kenzo yang selesai memasukkan orang tadi ke bagasi pun menatap Arion.

"Apa itu?!" antusias Carlos.

Arion mengeluarkan senjat4nya yaitu pist0l.

"Membuat mu terluka,"

-

-

Liana merasa cemas, ia berjalan mondar-mandir di depan pintu Mansion. Sedangkan Elvano berdiri dan bersandar di dinding, ia juga memikirkan hal yang sama apakah mereka baik-baik saja?

Suara mobil telah terdengar memasuki halaman Mansion, tatapan Liana dan Elvano mengarah pada 2 mobil itu.

Pintu mobil mereka terbuka, Liana merasa lega karena tidak ada satupun yang terluka.

Tapi, saat ia kembali melihat mereka ia terkejut kala Revan memapah Carlos seperti terluka.

"Carlos?!"

Terlihat Carlos terluka pada bagian lengan kanannya, dar4h yang menetes pada ujung jarinya memberikan jejak di tanah.

"A–apa yang terjadi?!" khawatir Liana.

"Carlos terluka akibat serangan musuh tadi," kata Revan.

Revan membawa masuk Carlos dan diikuti oleh Liana.

Mereka saling melirik satu sama lain.

"Apa sudah memanggil Jay?!" Elvano.

"Untuk apa?" Kenzo.

"Untuk luka Carlos lah!"

"Itu hanya luka kecil,"

"Tapi tetap saja, setidaknya Carlos bisa diobati!"

"Hanya goresan pelurv, Liana juga bisa mengobati nya,"

"Cuma Carlos saja yang terluka?!"

"Emm, sebenarnya tidak ada yang terluka,"

"Apa? Maksudnya?"

Kenzo dan Arion saling melirik.

Di sisi lain.

Revan meletakkan Carlos di sofa untuk sementara, dan tangan Carlos ia taruh di samping lengan sofa agar dar4hnya tidak mengenai sofa membiarkan netes di lantai.

"Bagaimana ini?! Apa ada kotak p3k?!"

"Tidak ada, hanya perban saja yang ada," Revan.

"Tidak apa! Untuk sementara kita sumbat dulu dar4hnya agar tidak mengalir terus!"

Lalu Elvano dan yang lain datang, cuma Felix, Edgar dan Lucas saja, sedangkan Arion dan Kenzo mungkin sedang mengurus orang yang mereka bawa tadi.

"Baiklah, aku akan mengambilkannya!" Revan pergi.

Liana panik dan bingung apa yang harus ia lakukan.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja," senyum Carlos.

"Diam! Jangan berbicara lagi!" tunjuk Liana.

Bi Desfa pun datang juga karena ia mendengar ribut-ribut lalu terkejut melihat keadaan Tuannya.

"Apa yang terjadi pada Tuan Carlos?!"

"Tidak apa," jawab Carlos.

Tibalah Revan membawa perban dan di berikan pada Liana.

Liana tidak tahu pasti bagaimana cara mengobati luka seperti ini, tapi yang terpenting adalah menutup luka agar dar4hnya tidak terus keluar.

Liana membantu Carlos membuka pakaian agar tidak menghalangi lukanya saat diobati. Liana berdiri menggunakan kedua lututnya, sedangkan Carlos duduk di sofa.

Untung saja luka tembak4n ini seperti tergores jadi ia bisa mengatasi luka seperti ini.

"Kain sama air, ku minta tolong ambilkan!"

"Biar saya saja, Non!" Bi Desfa langsung berlari mengambilnya.

Liana membersihkan dar4h yang ada di tangan Carlos menggunakan tangannya.

"Gunakan kain, Li. Tangan mu jadi dar4h semua!" Felix.

Tapi Liana tidak peduli, yang terpenting adalah mengobati Carlos.

Bi Desfa datang membawa wadah air serta kain dan di berikan pada Liana.

Liana memeras kain yang sudah direndam air lalu ia lap-kan pada tangan Carlos yang terkena dar4h.

Setelah tangan Carlos sudah bersih dari dar4h, kini bagian lukanya. Ia menutup luka dengan perban untuk sementara waktu, nanti ia harus beli obat untuk Carlos.

Setelah selesai di perban Bi Desfa mengambil wadah air serta kain, lihatlah air yang tadinya jernih berubah merah.

Liana berdiri dari lantai, "Aku akan membeli obat luka dulu,"

"Tunggu, biar aku suruh Yohan saja!"

"Jika Yohan sibuk dengan tugasnya, sebaiknya tidak usah dan biar aku saj–"

"Nurutlah!" suruh Edgar.

"Itu akan membutuhkan waktu yang lama!"

"Tidak, Yohan selalu datang sesuai perintah ku!" Edgar menghubungi Yohan untuk membelikan semua obat luka.

Liana melihat Carlos yang seperti merasa bersalah, tapi ntahlah karena masalah apa.

Revan menyenggol Edgar memberikan kode untuk pergi membiarkan Liana dan Carlos berdua, ntah dari mana Edgar bisa mengerti kodean Revan.

"Li, aku minta tolong jaga Carlos sebentar. Kita masih ada urusan yang harus di selesaikan,"

"Baiklah, apa pun yang terjadi kalian juga berhati-hati,"

Edgar tersenyum mengangguk kemudian mereka pun pergi keluar dari Mansion.

"Apa yang kau rasakan?" tanya Liana pada Carlos.

Carlos melirik tangan Liana, kemudian menggelengkan kepalanya menandakan bahwa dia baik-baik saja. Kenapa sikap Carlos begitu? Apakah dia marah karena mereka belum juga baikan.

Tibalah Yohan membawa kotak merah dan kantong kertas yang ternyata kotak p3k dan obat-obat luka lainnya.

"Terima kasih!" Liana menerimanya.

"Tuan, apa yang terjadi?!" Yohan dari awal terkejut apalagi saat meminta membelikan obat.

"Markas kita di serang,"

"Bagaimana bisa?! Kenapa anda tidak memberitahu saya?!"

Yohan sedang berada di luar kota mengerjakan tugas yang diberikan oleh Arion selama beberapa minggu, jadi ia tidak mengetahui kejadian di sini.

"Saya akan membantu anda,"

"Tidak! Pergilah!" suruh Carlos.

Bagi Liana tidak masalah kalau Yohan yang melakukannya, asalkan Carlos diobati itu sudah membuatnya lega. Tapi Carlos tidak mau jadi apa boleh buat?

Yohan melirik Liana dan ia akhirnya baru mengerti.

"Baik, Tuan. Saya juga ingin bertemu dengan Tuan Arion,"

"Dia ada di ruang bawah tanah!"

"Baik, saya permisi!" Yohan pun pergi meninggalkan mereka berdua.

Liana kembali membuka perban Carlos yang sudah bercak dar4h, ia membuka kotak p3k dan meneteskan obat pembersih luka pada kapas. Dengan perlahan ia usapkan pada area luka, Liana juga meniup pelan takutnya obat ini akan mengenai luka dalam dan perih.

"Maaf," kata Carlos.

Liana tidak merespon, ia terus fokus mengobati tangan Carlos.

"Bukannya aku tidak mengizinkan mu bertemu dengan Ayahmu, hanya saja aku tidak mau kau jauh dari ku apalagi sampai setengah hari. Selain itu aku juga cemas pada mu, aku akui kalau sikap ku keterlaluan. Berjauhan dari mu walau satu menit saja membuat ku tidak rela, kemarin aku terbawa suasana sampai marah pada mu. Aku tidak bermaksud memarahi mu, aku minta maaf. Lain kali aku akan mencoba menahan diri untuk tidak melakukan hal seperti itu kala kau bertemu dengan Ayah mu–"

Ucapan Carlos terhenti kala tiba-tiba tangan Liana menjepit kedua pipi Carlos, Carlos juga sempat terkejut.

"Saat ini kau terluka, dan kau masih membahas kejadian kemarin?! Minimal pikirkan dirimu!"

"Ta–tapi, kau marah padaku–"

"Lalu kenapa?! Jika aku marah apa kau bisa melakukan sesuatu?! Aku marah atau tidak itu urusan ku, kenapa kau yang pusing dan melakukan sesuatu yang tidak pernah kau lakukan?!" Liana mengangkat dagunya angkuh.

"Itu ...."

"Apa kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri?! Yang lain tidak terluka kenapa pas banget kau yang terluka?!"

Untuk saat ini, posisi mereka seperti terbalik. Yang biasanya Carlos selalu brutal dan Liana yang takut, kini malah sebaliknya.

Liana menyandarkan Carlos di sofa dan menaikan satu kakinya di samping Carlos, ia tidak bisa berkutik melawan Liana.

"Denger ini baik-baik! Jika tidak bisa membujuk orang yang marah, sebaiknya tidak usah kau lakukan dan jangan menggunakan cara luka-luka seperti ini! Bukannya dimaafkan malah semakin membuat ku kesal! Aku mengkhawatirkan mu juga, si4lan!"

Carlos tidak bisa merespon, ia masih diam menatap Liana tapi tatapan itu seperti merasa bersalah.

"Aku menghargai usaha untuk membujuk ku pagi ini, aku tahu kau mengirim pesan, aku mendengar kau mengetuk pintu, aku mendengar kau berbicara di depan pintu, dan aku tahu kalau kau berdiri di depan pintu! Aku sengaja tidak merespon mu karena yang pertama, seperti yang kau katakan tadi bahwa dia adalah Ayahku, jadi kau tidak berhak melarang ku untuk berapa lama aku tinggal di sana! Kecuali jika aku menemui pria lain baru kau berhak mengatur pertemuan! Dan yang kedua, adalah dirimu sendiri! Apa kau tidak bisa mengurangi sikap berlebihan mu?!"

Carlos mengalihkan pandangannya.

"Jangan pernah kau posesif terhadap waktu yang ku berikan pada Ayahku sendiri, waktu ku dan Ayah hanya sebentar tidak seperti kau dan yang lain! Di sini, setiap menit kita selalu menghabiskan waktu bersama, sedangkan Ayah ... kami berjauhan! Setidaknya kau mengerti sedikit, kehidupan ku tidak hanya kuliah, percintaan atau dunia-dunia lain, tapi aku masih punya tanggung jawab sebagai seorang anak apalagi orangtua ku masih hidup walaupun hanya Ayah!"

Walaupun ekspresi Carlos seperti rasa bersalah tapi tangannya menggenggam erat tanpa di sadari oleh Liana.

"Aku mencoba untuk mengerti padamu dan yang lain, seharusnya timbal balik dong. Dan jika kau kesal karena kejadian waktu itu, seharusnya kita bicarakan baik-baik! Kau tahu, setiap melihat raut wajah mu yang kesal sudah membuat ku tahu pasti akan terjadi perdebatan. Itu yang membuat ku malas merespon orang yang tiba-tiba marah tanpa sebab!"

Liana melepaskan tangannya dari rahang Carlos, bahkan tanpa sadar ia juga meluapkan emosinya pada Carlos padahal Carlos sedang terluka. Ia tahu bahwa tindakannya ini tidak baik, hanya saja dengan cara ini lah yang bisa membuat Carlos tidak berkutik. Biasanya Carlos tidak mau kalah kini pria ini tidak menyala pembicaraan, malah tampak diam.

Liana menarik nafas secukupnya lalu ia hembusan dengan perlahan.

"Apa kau paham?"

Carlos mengangguk tanpa menatapnya.

Liana menurunkan kakinya dan berdiri tegak.

"Kita lupakan kejadian hari ini!" Liana membereskan kotak p3k dan pergi untuk menyimpannya.

Carlos menutup setengah wajahnya menggunakan tangan, lalu ia tersenyum obsesi. Ia menyentuh pipinya yang tadi di cengkram oleh tangan Liana.

"Jangankan waktu, kau menyayangi Ayahmu saja aku tidak rela," smirk Carlos.

•••

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!