Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Wahana permainan.
Sambil menunggu wahana permainan di buka, Zakia dan Melani duduk sambil memakan kembang gula, kebetulan minat mereka berdua memang sama, suka yang manis-manis.
"Kalau ada Rumah Hantu kita masuk yah Lan?" Zakia menatap Melani dengan senyum jailnya, ia tahu betul Melani itu begitu penakut.
"Kok begitu sih Ki! kamu kan tahu aku takut sekali hal begituan, sudah tahu aku penakut kamu malah ajak aku senam jantung" gerutu Melani sambil memanyunkan bibirnya.
Zakia terkekeh dalam hati. "Lebih seram menikah dengan ora yang tidak mencintai kita Lan, seramnya rumah hantu tidak ada apa-apa nya!" Zakia tertawa sumbang, seolah ia sedang menyinggung dirinya sendiri.
Melani melirik kikuk, melihat temanya itu tertawa, ia tahu tawa Zakia begitu palsu, saat ini mungkin di luar Zakia bisa tertawa tapi di dalam hatinya Zakia menangis terluka berdarah-darah.
Ternyata menunggu lama berbuah manis, Zakia shalat magrib terlebih dahulu, sementara Melani masih setia menunggu disana sambil melihat penjual pernak-pernik.
Lampu pedangan di pasar malam sudah di nyalakan semua, pasar malam di gelar di tanah lapang di alun-alun Kota. Ada sekitar dua puluh lebih penjualan yang menjajakan jualannya di sana.
"Ayo Lan, kita naik Kora-Kora." selesai Shalat Zakia menghampiri Melani dan sudah memesan dua tiket wahana permainan itu.
"Tapi aku takut..." Melani nampak gentar
"Kan ada aku, ngak usah takut ayo, satu bangku untuk dua orang" wajah Zakia nampak begitu bersemangat.
Akhirnya Melani manut saja, mereka berdua langsung naik ke atas Kora-Kora, nampak indah melihat pemandangan dari atas, Melani tidak berani menatap kebawah ia begitu ngeri, sementara Zakia nampak enjoy saja, rasa-rasanya ia begitu puas bahkan saat kora-kora melambung ting. Zakia sengaja berteriak kencang untuk melepaskan beban fikiran nya.
.
.
Di dalam mobil saat mengantarkan Ayunda ke sebuah Apartemen nya. Gus Kais terdiam, ia ingat Zakia yang ia tinggalkan di rumah, ia ingat kemari melihat buku-buku Zakia yang setiap malam membaca Perempuan yang terluka, agar di sana ia bisa belajar ikhlas dan legowo saat menghadapi dirinya.
"Jadi kapan kamu mau ceraikan Zakia!" Ucapan Ayunda membuyarkan lamunan Gus Kais.
Gus Kais tidak menoleh kearah Ayunda, ia nampak masih fokus menyetir "Kalau aku Ceraikan Zakia, aku takut Umi nanti kenapa-napa!"
"Oh-Gitu jadi kamu lebih memilih perasaan Umi kamu, dari pada Aku?" Ayunda nampak ngotot.
"Yah ngak gitu juga Yun, tapi kamukan tahu Umi satu-satu nya orang yang mau dukung bisnis aku, kalau sampai semuanya Umi tarik balik gimana?" sebenarnya Gus Kais juga tidak mau Uminya kenapa-napa, namun ia ingin bertindak juga bingung yang ada hanyalah ia akan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan nya pada Umi dan Abah langsung nantinya.
"Apa jangan-jangan kamu juga udah mulai jatuh cinta yah Kai sama Zakia?" tatap Ayunda penuh selidik.
Gus Kais langsung menepi, di rasa berkendara sambil ribut takut terjadi apa-apa, akhirnya ia putuskan menepi sejenak untuk menenangkan suasana. "Harus berapa kali sih Yun, aku ngomong ke kamu, kalau aku sama Zakia itu belum melakukan Apa-pun! jadi kamu jangan berfikir yang bukan-bukan." Gus Kais menenangkan suasana
"Aku ngak mau tahu soal itu Kai! yang terpenting adalah. Aku mau Kamu Ceraikan Zakia! aku ngak perduli nantinya Umi kamu mau gimana yang harus kamu tahu kalau kamu sayang sama aku, cinta sama aku pasti kamu bakalan mau perjuangan aku juga." Ayunda nampak emosi berat, ia langsung keluar dari dalam mobil Gus Kais.
"Ayunda tunggu, kamu mau kemana? tolong dong kamu jangan gini Yun." Gus Kais mengusap wajahnya gusar ia nampak frustasi menghadapi sifat kekasihnya itu.
"Lepasin! aku mau pulang sendi aja!" Bentak Ayunda, menepis tangan Gus Kais kasar
"Hahhhh....." Gus Kais mengacak rambutnya frustasi saat Ayunda pergi naik taksi di depan sana.
Di saat itu juga Uminya menelfon. Gus Kais tambah kalang kabut, karean Uminya berpesan jangan pergi ia malah sengaja pergi mengantarkan Ayunda.
"Aduh... Umi telfon lagi." Gus Kais merogoh saku celananya, ia langsung mengangkat telfon Umi Salimah.
"iya Hallo Umi... Waalaikumsalam." Suara Gus Kais nampak gugup.
"Hallo Kais. Kia ada ngak Umi mau ngobrol?" Di balik telfon Umi Salimah nampak menunggu.
"Eh-anu mi, Kia sedang di kamar mandi." Umpat Gus Kais, berusaha meyakinkan Uminya.
"Umi tunggu kok, soalnya penting ngak papa, jangan kamu matikan yah telfon nya." Ucap Umi Salimah dari balik telfon.
Apa tidak tambah kalang kabut Gus Kais? karean sekarang ia masih di jalan, bahkan belum pulang.
"Eh- Kia mandinya lama, habis ini juga Kais mau ada kerjaan serius sama Kia. Umi tahu kan! jadi telfon nya nanti aja lagi yah Mi, nanti Kais telfon balik." Gus Kais menutup telfon setelah pamit salam.
Gus Kais kembali masuk kedalam mobilnya, dan putar balik pulang. Karean jika lama pulang yang ada masalahnya nantinya semakin kacau, bahkan Gus Kais sengaja tidak mengaktifkan ponselnya agar Umi tidak kembali menelfon.
.
.
Sementara itu, selesai menjajal Wahana pasar malam, Zakia nampak belum puas, bahkan dengan sengaja ia melihat semua penjual aksesoris, dan sekarang ia sedang mengambar sampai lupa waktu, kalau sudah jam 20:30 WIB.
"Ki, pulang yuk. Aku takut nanti Gus Kais marah sama kamu." Melani membujuk Zakia yang nampak masih asik Melukis gambar Barbie kesayangan nya.
"Aku ngak mau pulang Lan, mau nginep di rumah kamu aja." Zakia nampak acuh ia masih fokus mengoleskan Cat warna, di gambarnya "lagian Gus Kais juga ngak bakalan nyariin aku!"
"Gimana kamu mau tahu Gus Kais nyari kamu apa ngak Ki, ponsel kamu aja kamu matikan." Melani mendengus kesal. "Kalau kamu ngak mau pulang karean Gus Kais, baik aku maklum lah. Tapi kalau kamu ngak pulang gimana kalau Umi cariin kamu lewat telfon!" ucapan Melani sukses membuat Zakia berfikir
"Yah sudah ayo kita pulang." Zakia langsung beranjak dari duduknya, membawa lukisan yang belum selesai ia warnai.
Berbagai jajanan pasar malam Zakia beli, bahkan ia juga membeli dua gelang manik-manik, inisial nama K dan Z ia ingin memberikan itu pada Gus Kais, namun ia urungkan dan menyimpan nya kembali kedalam tasnya.
Dua puluh menit kemudian Zakia sampai di depan rumah, Melani sengaja tidak turun, karean ia takut melihat Gus Kais sudah berdiri di ambang pintu.
"Kia, aku ngak ikut turun yah, kamu hati-hati aku langsung pamit pulang." pesan Melani pada Zakia.
