"Aku mau jadi Istri Om!" kalimat itu meluncur dari bibir cantik Riana Maheswari, gadis yang masih berusia 21 Tahun, jatuh pada pesona sahabat sang papa 'Bastian Dinantara'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galuh Dwi Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Dari Rumah
"Apa yang kamu lihat dari dia sampai kamu tergila-gila seperti ini Riri? Dia itu seusia ayah kamu." nada suara Rahayu tetap tinggi, ia menatap putrinya lekat-lekat.
"Apa yang salah, Ma? Om Bastian baik dan juga bertanggung jawab, belum tentu ada lelaki lain yang sebaik dia." Riri masih kukuh dengan pendiriannya.
"Aku mau menikah dengan dia Ma, aku cuma mau menikah dengan Om Bastian."
"Riana!!!" bentak Rahayu, yang membuat bulir air mata Riri jatuh tak tertahan lagi.
Raden yang baru saja kembali dari kantor Bastian mendengar keributan dari dalam rumah yang biasanya tenang.
"Kalian berdua ini kenapa? Kenapa sampai ribut begini?" ia menatap Rahayu dan putrinya secara bergantian.
"Bilang sama anakmu itu Pa, hidup itu gak melulu soal cinta." ucap Rahayu sambil membuang wajah tak ingin melihat Riri yang menangis.
"Riri," panggil Raden dengan suara lembut.
"Pa, tolong.. aku mau sama om Bastian. aku mau menikah sama dia, Pa." Riri mengiba pada papanya. sejak dulu, ia memang lebih dekat dengan papanya dibanding mamanya.
"Kamu mau dibilang simpanan om-om, Riana?" suara sinis Rahayu kembali terdengar.
"Ma, jangan bilang seperti itu. Riri itu anak kita." tegur Raden pada istrinya.
"Memang benar kan, Pa. Apa bedanya dia dengan simpanan om-om diluaran sana. Usia mereka sudah menjelaskan semuanya. Kamu mau sama Bastian karena hartanya kan. Ri?" pertanyaan itu begitu menusuk hati Riri.
"Mama!!!" Apa serendah itu Mama nilai aku?" Riri sudah mulai jengah menghadapi sikap mamanya.
"Terserah Mama mau menilai aku gimana, ternyata.. aku bukan harus kuat karena dengar omongan orang lain. Tapi ternyata, aku harus kuat menghadapi omongan Mama ku sendiri. Aku pikir, diantara semua orang di hidup aku, Mama dan Papa adalah orang yang paling mengerti aku. Tapi ternyata? Kalian berdua sama sekali gak ngerti." Riri terisak dalam tangisnya, baru kali ini ia merasa begitu kecewa dengan sikap kedua orangtuanya, terutama sikap sang Mama.
"Mama bilang, kalau aku gak mau nurut semua yang kalian bilang, aku harus pergi kan dari rumah ini? Oke kalau itu yang Mama mau, aku pergi Ma." Riri berjalan menuju lemarinya mengemas apa yang bisa ia bawa. Hanya beberapa lembar pakaian yang bisa ia kenakan nanti, lalu tas dan juga handphone. Air matanya tak bisa berhenti mengalir. Dadanya sesak mendapati tentangan dari orangtuanya.
"Riri, kamu gak boleh kemana-mana." ujar Raden.
Tapi Riri tak bergeming, ia melangkah mantap bahkan melewati kedua orangtuanya begitu saja.
"Kamu lihat kan, Pa? baru mengenal Bastian sebentar, dia sudah berani membantah kita." Rahayu dibuat semakin marah dengan sikap Riri.
Riri membalik badan dan menatap lekat ke arah Mamanya. "Aku begini bukan karena Om Bas, Ma. Aku begini karena kalian."
"Riri, kembali ke kamar kamu." minta Raden.
Riri menggeleng pelan. "Kenapa cuma aku, Pa? Kenapa cuma aku yang harus dengerin apa kata kalian? Sedangkan kalian? Kalian sama sekali gak pernah mau dengerin aku. Bahkan kalian gak pernah percaya semua pilihan aku."
"Kalau pilihan kamu seperti itu, orangtua mana yang akan setuju." sungut Rahayu.
Riri tersenyum miris, ia bahkan tak mengerti kenapa mamanya berubah menjadi begitu menyebalkan seperti saat ini.
"Orangtua yang mau anaknya bahagia, pasti akan setuju, Ma." Sahut Riri datar lalu kemudian melangkah meninggalkan kedua orangtuanya.
