NovelToon NovelToon
Jangan Pernah Bersama

Jangan Pernah Bersama

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 30.Ada yang terganggu.

Pagi masih muda ketika motor Finn berbelok masuk ke area parkir sekolah. Kabut tipis masih menggantung rendah di antara pepohonan, dan embun menempel di pagar besi serta kaca jendela ruang kelas.

Suara mesin motor berhenti perlahan, digantikan oleh keheningan khas pagi hari di sekolah sebelum lonceng pertama berbunyi. Hanya ada beberapa siswa yang sudah datang petugas OSIS, penjaga kantin, dan satpam yang sedang menyapu halaman.

Clara turun perlahan dari motor, melepas helm sambil menarik napas panjang. “Udara pagi di sini ternyata lebih dingin dari yang kukira, karena pertama kali aku naik sepeda motor,” gumamnya sambil mengusap rambutnya yang sedikit berantakan karena helm.

Finn menoleh padanya, senyum kecil muncul lagi di bibirnya. “Kalau begitu,aku akan sedikit pelan agar kamu tidak kedinginan.”

Clara langsung menatapnya cepat, wajahnya memanas. “Kamu ini… jangan bicara seperti itu buat aku salah paham dengan perhatian mu.”

Finn tertawa kecil. “Aku benar-benar memperhatikan mu.”

Ia menyandarkan motor, lalu ikut menatap halaman sekolah yang masih sepi. Suasana itu membuat semuanya terasa berbeda lebih damai, lebih dekat.

Clara memegang tali tasnya erat, ragu-ragu sebelum akhirnya berkata, “Finn…”

“Hmm?”

“Waktu itu…” ia berhenti sejenak, menarik napas. “Aku nggak sempat bilang dengan benar. Kalau bukan karena tumpangan mu, aku nggak tahu apa yang bakal terjadi sama Mama. Aku masih bisa lihat dia sekarang, masih bisa ngobrol tiap pagi… semua itu karena kamu.”

Finn menatapnya lama. Tatapannya tidak sekadar terkejut ada sesuatu yang dalam di sana, seolah kata-kata Clara menyentuh sesuatu yang selama ini ia sembunyikan.

“Clara, aku hanya membantu saja,” ucapnya pelan. “Tapi aku senang bisa bantu.Jika tahu sikap mu jadi hangat seperti ini dan tidak jutek,dari dulu aku akan bilang kalau aku ini yang memberikan tumpangan pada mu.”

Clara menunduk sedikit, bibirnya membentuk senyum kecil. “Aku juga nggak nyangka kalau orang yang membantuku adalah dirimu,cowok badung yang suka bikin ulah.Tapi aku tetap berterimakasih padamu, Finn.”

Untuk sesaat, mereka berdua hanya diam. Angin pagi bertiup lembut, membawa aroma tanah basah dan wangi pohon pinus di pinggir halaman.

Finn lalu mengangkat tangan, mengacak sedikit rambut Clara. “Kalau gitu, jangan hanya berterimakasih saja.kamu bisa balasnya dengan satu hal.”

Clara menatapnya heran. “Apa?”

“Jadi pacarku.” Ia tersenyum tipis. “Hanya didepan kakek dan nenek,karena dia suka jika calon cucunya itu kamu.”

Clara terdiam beberapa detik sebelum akhirnya tertawa kecil. “Baiklah” tapi suaranya terdengar lembut, penuh kehangatan yang baru.

Finn pun senang mendengar jawaban Clara,jawaban yang sudah lama ia tunggu-tunggu.

“Aku mau masuk dulu ke kelas, kak. ”

Finn menganggukan kepalanya dengan pelan, sambil tersenyum tipis.

Beberapa siswa mulai berdatangan, suasana sekolah perlahan hidup. Clara melangkah menuju tangga kelas, tapi sebelum benar-benar pergi, ia menoleh sekali lagi ke arah Finn yang masih berdiri di sisi motor.

“Finn!” panggilnya pelan.

Finn menatap balik. “Ya?”

“Terima kasih… untuk semuanya.”

Finn menatapnya lama, lalu tersenyum. “Kapan pun kamu butuh aku, Clara… aku bakal datang.”

Clara menunduk sedikit, menyembunyikan senyumnya sebelum berbalik menuju koridor. Suara langkahnya bergema di antara tembok sekolah yang masih lengang.

Finn menatap punggungnya yang perlahan menghilang di tikungan, lalu menghembuskan napas panjang.

“Sepertinya aku benar-benar jatuh kali ini,” gumamnya sambil tersenyum kecil, sebelum menyalakan motornya lagi.

Namun sebelum ia sempat pergi, dari arah taman sekolah, seseorang berdiri memperhatikannya diam-diam seorang siswa laki-laki bertubuh tinggi dengan seragam rapi dan tatapan tajam.

Tatapannya mengikuti arah kepergian Clara.

Senyumnya tipis, tapi dingin.

“Clara,beraninya kamu menduakan aku,” katanya pelan. “Finn Morgan, du kehidupan yang dulu nama itu tidak ada kisah kita.”

Siswa itu adalah Armand,ia tanpa sengaja melihat kedekatan Clara dengan Finn. Rasa memiliki Clara ada dihati Armand, walaupun ia sudah bersama dengan cinta pertama nya Loly.

Tapi hatinya tiba-tiba terusik, karena ia tidak ingin Clara dekat dengan pria lain.

Pagi itu, di bawah langit yang mulai cerah, benih kecil dari sesuatu yang lebih rumit mulai tumbuh bukan hanya antara Finn dan Clara, tapi juga dengan Armand yang diam-diam memperhatikan dari jauh.

Langit di luar jendela kelas mulai berubah warna dari kelabu ke biru muda. Burung-burung kecil terdengar bercicit di atap gedung sekolah, dan sinar matahari pertama menyusup pelan melalui kisi-kisi jendela.

Clara duduk di bangkunya, membuka buku catatan sambil berusaha menenangkan detak jantungnya yang entah kenapa masih belum stabil setelah percakapan barusan dengan Finn. Senyumnya kecil, tak sadar mengembang saat mengingat kata-kata terakhir Finn.

“Kapan pun kamu butuh aku, Clara… aku bakal datang.”

Clara sambil memegangi wajahnya yang sudah memerah, “Clara.., masa kamu dengan ucapan bocah ingusan seperti Finn saja sudah tersipu malu. ”

Namun ketenangan itu tak berlangsung lama.

Suara langkah sepatu terdengar berat mendekat dari arah pintu. Clara menoleh, dan seketika tubuhnya menegang.

Armand berdiri di ambang pintu tinggi, tegap, dengan wajah datar tapi sorot mata yang tajam. Sinar pagi yang menembus kaca membuat bayangannya jatuh panjang ke lantai, menciptakan suasana yang menekan.

“Armand?” Clara berdiri ragu. “Kamu… datang lebih pagi dari biasanya.”

Tanpa menjawab, Armand melangkah masuk, pintu tertutup pelan di belakangnya. Suara klik kecil itu terdengar lebih keras dari seharusnya di ruangan yang masih sepi.

“Aku harusnya nanya hal yang sama padamu,” katanya akhirnya, suaranya datar tapi jelas menahan sesuatu di baliknya. “Kenapa kamu datang bareng Finn?”

Clara mengerutkan kening. “Apa maksudmu? Aku—”

“Aku lihat sendiri.” Suaranya meninggi sedikit, matanya menatap lurus pada Clara. “Kamu turun dari motornya, tertawa, bahkan… dia mengacak rambutmu. Jadi, mau jelaskan apa sekarang?”

Clara memejamkan mata sesaat, menahan diri agar tidak terpancing. “Armand, tolong jangan bicara seolah kamu punya hak atas hidupku. Finn cuma—”

“Cuma apa?” Armand memotong cepat. “Cuma cowok yang kamu pakai untuk ganti suasana? Atau cuma ‘teman baik’ yang kebetulan kamu biarkan menyentuhmu seperti itu?,atau jangan-jangan dulu kalian punya kenangan yang tidak aku tahu. ”

“Armand!” Clara berseru, suaranya bergetar tapi tegas. “Kamu keterlaluan!”

Hening sejenak. Napas Armand berat, tapi tatapannya tetap menusuk.

Clara melangkah maju, menatapnya balik dengan mata yang mulai berkilat.

“Seakan kamu menuduh ku menduakan dirimu saat kita bersama,kau gila!.”

Armand mengepalkan tangan. “Tapi kamu tahu aku nggak suka kamu dekat sama dia.”

Clara mendengus pelan. “Dan sejak kapan kamu berhak ‘suka atau nggak suka’ terhadap siapa aku bergaul? Kamu sudah punya Loly, Armand. Bukankah seharusnya kamu bahagia dengan dia?”

Kata-kata itu seperti tamparan. Armand terdiam, rahangnya mengeras.

Clara menatapnya dengan mata yang mulai basah, tapi bukan karena sedih karena kecewa.

“Kamu nggak bisa terus menahan orang lain cuma karena ego kamu. Aku bukan milikmu lagi, Armand.”

Armand memalingkan wajah, suaranya rendah tapi tajam.

“Kamu pernah menjadi istri ku dan kita sudah menghabiskan waktu cukup lama bersama, Clara.”

Clara menatapnya lama. “Itu dikehidupan yang dulu Armand,sekarang kita tidak perlu bersama lagi karena itu menyakitkan.”

Keheningan menggantung di antara mereka. Hanya suara jarum jam di dinding yang terdengar berdetak perlahan.

Armand menatapnya sekali lagi sebelum akhirnya berkata pelan, hampir seperti ancaman,

“Aku terserah kamu dengan siapapun,tapi tidak dengan Finn.Dia bukan pria baik,dia itu siswa nakal dan suka buat onar.”

“Itu urusan ku, aku bersama siapa!. seperti aku tidak mengurusi dirimu dengan Loly, seperti itu juga jangan ikut campur dengan hubungan kita kedepannya. ”

Armand memandang Clara dengan tatapan tajam,ia merasa semua yang diucapkan Clara itu benar. hubungan mereka sudah berakhir, dan semua karena dirinya sendiri.

Clara berdiri di tempatnya, menggenggam erat ujung meja. Napasnya bergetar, tapi di dalam dadanya tumbuh sesuatu yang baru keberanian untuk tidak lagi dikendalikan oleh perasaan lama yang menyesakkan.

Dari luar jendela, suara motor terdengar samar. Clara menatap keluar, melihat Finn yang kini sudah keluar dari tempat parkir,dan sekarang sedang berjalan kearah halaman sekolah mereka sambil bertingkah manis.

Dan entah kenapa, kali ini, senyumnya bukan hanya karena rasa terima kasih tapi juga karena keputusan yang baru saja ia buat dalam hati.

Bahwa kali ini… ia tak akan lagi membiarkan siapa pun menentukan kepada siapa hatinya akan berpihak.

1
Putri Ana
lanjutannya thorrrr 🙏🙏🙏🙏🙏💪🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Putri Ana
thorrr lanjuttttt dong.🤭
Putri Ana
lanjutttt thorrr 😭😭😭😭😭😭😭
penasaran bangetttttttt🤭
Putri Ana
bagussss bangettttt
Putri Ana
lanjutttttttttytttttttttt thorrrrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!