Warga desa yang berasal didaerah pulau kecil yang terletak dibagian wilayah Timur mendadak dihebohkan dengan penemuan mayat dengan tubuh yang tinggal tulang belulang saja, karena bagian daging dan organ tubuhnya habis tidak tersisa.
Awalnya warga mengira jika korban dimakan hewan buas. Namun hal itu terbantahkan setelah beberapa warga menghilang dan ditemukan dalam kondisi yang sama dengan menyisakan tulang belulang saja.
Tak hanya itu, teror semakin merebak, dimana pelaku sudah menyerang mereka saat berada didalam rumah.
Siapakah sang peneror? Dan warga menyebutnya 'Hantu Suanggi, sebab berasal dari daerah pulau tempat dimana mereka tinggal berdekatan.
Apakah warga dapat menemukan sang peneror?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ma-Lek-2
"Astaghfirullah," pekik Mina yang merupakan istri Ahmed. Ia dikejutkan oleh penampakan yang sangat mengerikan.
Sedangkan Nami, yang memberi informasi pada Leha ikut syok dengan apa yang mereka lihat. "Apa su terjadi pada Abdi Lennusa?"
Wajah-wajah pucat terlihat terbias jelas pada wanita-wanita penyadap getah tersebut.
"Oh, Opolostala. Apa yang terjadi pada Lennusa?" ucap Lina dengan wajah yang tak kalah pucat. (Opolostala, penyebutan untuk Tuhan bagi kepercayaan animisme.)
Leha yang saat ini sedang mengalami syok berat, tak dapat mengatakan apapun. Air matanya jatuh, membasahi pipinya dengan wajah penuh duka.
Ia memungut kepala suaminya, lalu memasukkannya kedalam keranjang.
"Apa su terjadi, e?" Lina masih sangat penasaran.
Ia melihat, jika hanya tengkorak saja yang tersisa, lalu kemana potongan tubuh yang lainnya?
"Ia hanya berpamitan untuk berburu babirusa. Namun, mengapa ia harus tewas mengenaskan?" gumamnya dengan lirih. Ada rasa sakit didalam hatinya.
Mina menatapnya. "Babirusa tidak ada makan daging orang e," ia merasa, jika ini bukan ulah binatang bertaring tersebut. "Di pulau ini, juga tidak ada hewan buas seperti harimau. Lalu siapa yang makan itu punya badan?"
Hal itu membuat rasa takut pada para wanita pemanen getah damar.
"Kita lapor saja ini sama Gaba' Rama. Kita pulang saja, takut ada bahaya e,'" usul Nami.
Akhirnya mereka membatalkan panen hari ini, lalu kembali pulang.
Sedangkan Leha berjalan dengan langkah gontai. Tatapannya nanar, hatinya hancur, dan tak dapat ia ungkapkan dengan kata.
Hera yang menatapnya dari dalam rumah berjalan keluar dengan langkah terseok. Ia merasakan betis kakinya berdenyut, dan juga membengkak, akibat taring babirusa yang menyerang malam tadi.
"Mama, apa Bapa su ketemu?" ia berjalan menghampiri. Langkahnya tak sabar, ingin mendapatkan kabar tentang ayahnya.
Leha tak menjawab. Ia terus melangkah, bahkan tak menghiraukan Hera yang menyusulnya. Setelah tiba diteras rumah, ia terduduk lemah, dengan betisnya yang ditekuk. Bahkan untuk sekedar menangis, air matanya terlalu kering.
Hera menatap sang mama. Ia kembali menghampiri. Ketika hendak bertanya, ujung matanya melirik pada tengkorak yang hanya menyisakan rambutnya. Bahkan bola matanya juga tidak lagi ada.
Bibirnya bergetar. Ia mengenal rambut tersebut. Langkahnya yang terseok, semakin mendekat dengan keranjang yang ada dipundak sang mama.
Keranjang iu biasa dipakai untuk mengutip getah damar, namun pagi ini, sebuah tengkorak menjadi isiannya.
"M-mama?" ucapnya dengan nada lirih, bahkan hampir tak terdengar.
"Aaaaaaaaa....," pekik Leha, dengan suara yang sangat lantang, dan membuat para tetangga lainnya merasa curiga.
Mereka keluar rumah. Lalu berdatangan menuju kediaman wanita tersebut.
"Hera, apa su terjadi kah?" tanya seorang wanita bertubuh tambun.
Hera terlihat menggigil, dan ia hanya menunjuk pada keranjang yang ada dipunggung mamanya. Hal itu membuat para tetangga penasaran, lalu melongok, melihat apa yang ada didalamnya.
"Hah!" mereka tersentak kaget, dan tak dapat mengungkapkan rasa keterkejutan mereka.
"Siapa yang su lakukan ini kepada Lennusa e?" tanya wanita tambun tersebut.
Melihat Leha tak menjawab. Mereka menurunkan keranjang itu, lalu mengeluarkan isinya, dan sebgian lagi membantu Leha untuk bangkit, serta menenangkannya.
Warga membantu kepengurusan pemakaman Lennusa. Mereka tahu jika Leha sangat terpukul.Sebagian pria mencoba kehutan, untuk mencari sisa tulang belulang lainnya, agar dimakamkan bersama.
Namun, pencarian mereka sia-sia, dan terpaksa memakamkan tengkoraknya saja.
Warga mulai cemas. Peristiwa ini sudah terjadi berulangkali, didesa tetangga sudah tiga korban yang tewas, dengan cara yang sama. Apakah ini benar teror Suanggi? Atau ada hewan buas dipulau ini?
Berbagai pertanyaan terus merebak dikalangan warga. Namun, sebagian membantah, jika ini adalah ulah hewan buas. Sebab, tidak ada harimau, atau beruang dipulau ini. Kedua hewan pemangsa itu hanya ada dipulau Sumatera saja.
Jika begitu, ini adalah ulah Suanggi. Tetapi siapa yang menganut ilmu hitam tersebut? Mereka tidak dapat hanya menebak-nebak saja. Harus benar ada bukti yang akurat.
Kabar tentang kematian Lennusa menyebar dengan cepat. Hal itu didengar oleh Ma-Lek. Bahkan berita Lennusa mati karena hendak mengejar babirusa yang telah melukai puterinya, membuat ia semakin syok.
"Bu, torang cerita, kalau Lennusa su dimakan hewan buas. Tadi malam dia pergi berburu babirusa. Tapi dia punya istri kasi jumpa tinggal tengkorak saja e," wanita berambut sepundak itu bercerita pada Ma-Lek yang sedang duduk terdiam.
(Kata 'Bu' panggilan untuk suami, atau umum. Bisa diartikan Kas, Bang, Kang,)
Wanita itu menyodorkan sepiring nasi lapola, yaitu campuran nasi dengan kacang tolo rebus. Makanan ini khas untuk wilayah Maluku.
Ma-Lek hanya meliriknya, lalu menatap nanar. Ia sangat meyakini, jika peristiwa kematian Lennusa, ada kaitannya dengan gadis cantik diseberang sungai.
Pria itu menggeretakkan giginya. Ia ingin mengungkapkan tentang penampakan malam tadi pada istrinya, namun suaranya seolah tertahan.
"Bu, makan itu sarapan, nanti dingin. Beta mau ke rumah Leha, melayatnya karena sedan sedih hati," wanita itu berpamitan, ia beranjak pergi meninggalkan rumah.
Ma-Lek berniat untuk mengambil nasi lapola yang berada disisi kirinya. Namun tangannya terasa berat, tak dapat digerakkan, seolah ada sesuatu yang bergantung dilengannya.
Ia semakin frustasi. Pria itu berusaha untuk melawan rasa lemahnya. Namun, semakin ia berusaha, sesuat yang tak kasat mata semakin kuat menahan pergelangan tangannya.
Nafasnya memburu. Keringat bercucuran dari keningnya, dan tanpa ia sadari, satu sosok makhluk berbulu sedang bergelantungan ditangannya, hingga membuat tangannya terasa sangat berat.
Sementara itu, Gaba' Rama yang mendapat kabar tentang kematian Lennusa yang sangat tragis, membuatnya semakin meyakini, jika ini semua adalah ulah Suanggi.
Ia akan mengumpulkan warga malam nanti. Ia berniat untuk mencari tahu siapa pelakunya sebenarnya. Sebab penganut ilmu hitam itu harus segera diadili, sebelum banyak korban yang berjatuhan.
Sementara itu, ia mencurigai orang asing diseberang sungai. Tetapi warga terlalu mengelukkannya. Hal itu disebabkan, sang wanita memiliki kemampuan menyembuhkan bisa ular, dan juga penyakit lainnya.
"Siapa gadis itu? Aku merasakan jika aura kegelapan selalu menemaninya, apakah ia sang peneror?" gumam Gab' Rama dengan rasa curiga yang cukup besar.
Ia mengayuhkan langkahnya menuju ke rumah Lennusa. Hatinya dipenuhi dengan rasa curiga.
Setibanya dikediaman Lennusa. Warga sudah banyak yang berkumpul. Ia disambut oleh para pelayat yang menantikannya.
Lennusa hanya dimakamkan kepalanya saja, sebab itu yang tersisa.
"Gaba' Rama. Kita harus mencari tau siapa pelaku semua pembantaian ini. Sudah banyak korban yang berjatuhan," kehadirannya ditodong oleh pertanyaan yang sensitif.
Mereka tentu saja mempertanyakan kemampuannya. Apakah ia yang diangkat sebagai sesepuh desa, atau juga pemangku adat, tidak dapat mengatasi hal yang sudah mengancam warganya.
mkne jgn mudh di hasut lahh kann mbalek kann
itulah yg terjadi pada si ibu nya milea
tp klo di lihat dr ilmu hitam nya ngeri juga e awk baca nya masa iya makan dan minum darah hiii smoe licit tuh tulang kekk kucing makan tulang aja. 🫣🫣🫣