Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 20
Malam ini Wisnu, Johan dan juga Wandi sedang duduk di pos ronda. Ketiganya sedang melamunkan apa yang terjadi kepada diri mereka, mereka sadar kalau dulu sudah memprovokasi warga untuk membunuh Sulastri.
Namun, mereka tidak menyangka kalau akibatnya akan seperti ini. Ketiganya yakin kalau apa yang terjadi terhadap Gunawan adalah bentuk balas dendam dari Sulastri.
"Kalian pernah mengalami enggak sih diganggu sama arwahnya Sulastri?" tanya Wisnu.
Pria itu duduk ngangkang karena miliknya semakin sakit saja, dia merasa kalau miliknya itu semakin bengkak. Setelah lari dari kuburan, dia bahkan tidak kuat untuk pulang ke rumah. Dia meminta untuk beristirahat dulu di pos ronda.
Johan dan juga Wandi bahkan sampai meninggalkan motor mereka di kuburan, mereka ketakutan ketika arwah Sulastri mendekat. Lebih baik kehilangan motor, daripada kehilangan nyawa.
"Aku sih diganggu nggak, cuma pas nyari Gunawan di gudang terbengkalai, aku melihat arwah Sulastri ada di sana. Tadi juga pas di kuburan aku lihat dia, serem banget deh.'' Wandi mengutarakan isi hatinya.
"Aku juga lihat dia," timpal Johan.
"Kita harus bagaimana sekarang? Aku takut eh, apalagi sekarang keadaan aku seperti ini. Aku takut tak bisa lari kalau dia datang lagi," ungkap Wisnu.
"Besok berobat lagi aja, masa kamu mau nahan sakit aja." Johan memberikan usulan, Wisnu menganggukkan kepalanya.
"Kalau ada duit sih gampang untuk berobat, masalahnya aku tidak punya uang kalau harus ke rumah sakit besar. Uang yang harus dikeluarkan pasti gede, sedangkan tabungan aku untuk nikah saja belum banyak."
"Ck! Nggak usah mikirin nikah dulu, lagian siapa yang mau nikah dengan pria yang burung perkututnya sakit seperti itu?" ujar Wandi.
"Sialan! Terus aku biaya berobatnya pake duit siapa? Pake daun yang bisa diubah jadi uang?"
Ketiganya nampak melamun kembali, mereka bingung dengan kehidupan yang sedang dijalani. Wisnu bahkan bingung dengan apa yang menimpa terhadap dirinya, karena sungguh dia merasakan sakit yang luar biasa pada miliknya itu.
"Bentar deh, bukanya si Ikbal itu kerjanya di rumah sakit ya?" tanya Johan.
"Ikbal? Ikbal anaknya tukang ayam?" tanya Wandi.
"Iya, teman SD kita. Dengar-dengar dia itu melanjutkan kuliah di Akper, sekarang sudah jadi perawat di salah satu rumah sakit yang ada di kota. Bagaimana kalau kita minta bantuan dia saja?"
"Boleh saja, siapa tau dapet pemeriksaan gratis."
"Tapi sedia duit harus loh, siapa tau butuh biaya. Besok aku libur kerja, aku antar kamu ke rumah sakit." Johan yang merasa kasihan menawarkan bantuan.
"Iya, makasih. Tapi apa tak apa-apa kalau naik motor?" tanya Wisnu.
Selain susah untuk duduk karena miliknya semakin sakit, dia juga malu kalau pergi naik motor ke rumah sakit yang ada di kota. Dia hanya memakai sarung saja seperti orang yang baru sunatan, pasti nantinya akan jadi bahan gunjingan.
"Sampean itu ngelunjak, udah aku anterin tapi masih nawar nggak mau naik motor. Maunya naik mobil, kan?"
"Hehehe, iya." Wisnu tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Pinjem sama juragan Saleh saja, dia itu mobilnya banyak. Apalagi sekarang mobilnya itu tidak dipergunakan lagi di perkebunan, pasti banyak yang nganggur," usul Wandi.
"Iya, besok aku pinjem sama dia," ujar Johan pada akhirnya.
Keesokan harinya Johan meminjam mobil bak terbuka milik juragan Saleh, tentu saja pria itu meminjamkannya. Apalagi setelah tahu kalau mobil bak terbuka itu akan digunakan untuk mengantar Wisnu berobat ke rumah sakit yang ada di kota.
Johan, Wisnu dan juga Wandi pergi menuju rumah sakit kota. Saat tiba di sana, nasib baik sepertinya berpihak pada Wisnu. Karena Ikbal ternyata mau membantu Wisnu untuk mengajukan pengobatan gratis, karena memang di rumah sakit itu sedang ada program untuk masyarakat yang tidak mampu.
Wisnu melakukan pemeriksaan, dia bahkan melakukan tes laboratorium. Setelah pemeriksaan selesai, Wisnu, Wandi dan juga Johan kini duduk tepat di depan dokter.
"Jadi, bagaimana keadaan saya, Dok?"
"Milik anda busuk, dalamnya bernanah. Kalaupun sembuh kesempatannya sangat sedikit, karena setelah diperiksa, hasil tes darah menunjukkan kamu memiliki gula darah yang tinggi. Gula darahnya 500 mg/dl," jelas dokter.
"Tinggi sekali Dok," ujar Wisnu dengan kaget.
"Ya, sangat tinggi. Ini sulit sembuh, kemungkinan akan busuk. Kalaupun kering, milik kamu akan---"
"Sudah, Dok. Jangan diteruskan ngomongnya," ujar Wisnu ketakutan dengan apa yang nantinya akan dikatakan oleh dokter.
Setelah melakukan pemeriksaan Wisnu mengantri obat yang di diresepkan oleh dokter, setelah itu ketiganya pulang ke kampung halamannya. Wandi dan juga Johan langsung pulang, sedangkan Wisnu pulang ke rumahnya.
Di rumah dia hanya sendirian saja, karena kedua orang tuanya sudah berpisah dan memiliki keluarga masing-masing. Pria itu kini diam dan melamun dengan dalam.
"Kenapa coba aku harus memiliki penyakit seperti ini? Apakah ini hukuman karena dulu aku pernah memprovokasi warga untuk membunuh Sulastri?"
Cukup lama Wisnu terdiam dengan pertanyaan yang tidak dia dapatkan jawabannya, tak lama kemudian dia merasa kalau miliknya berdenyut nyeri.
Sakit sekali, Wisnu sampai meringis sambil mengepalkan kedua tangannya. Rasanya tak kuat, dia sampai melepaskan sarung yang sejak tadi dia pakai.
"Duh Gusti! Ini kenapa tambah gede?"
Wisnu begitu kaget karena miliknya kini semakin besar saja, semakin lama miliknya semakin bengkak saja. Merah dan tak lama kemudian milik pria itu pecah. Darah dan juga nanah keluar dari milik pria itu, milik Wisnu kini hancur tanpa bentuk.
"Sakit, Gusti!" teriak Wisnu.
Darah mengucur deras, bau anyir menyeruak ke dalam hidungnya. Mual sekali mencium bau amis itu, Wisnu sampai merasa tak tahan.
"Hoek!"
Di saat Wisnu sedang muntah-muntah, tiba-tiba saja ada sosok wanita yang berdiri di hadapan Wisnu. Sosok wanita itu tidak terlalu jelas, tetapi Wisnu yakin kalau yang ada di hadapannya adalah arwah Sulastri.
"Ma--- mau apa kamu?"
Arwah Sulastri melayang di udara, arwah wanita itu mengelilingi tubuh Wisnu. Pria itu tentu saja ketakutan, karena Ini pertama kalinya melihat arwah penasaran yang ada di dekatnya secara nyata dan sangat sadar.
"Hihihihi! Bagaimana rasanya? Apa enak?"
"Tidak! Pergi! Pergi sana! Jangan ganggu aku!" teriak Wisnu.
Wisnu ingin pergi dari sana, tetapi sayangnya rasa sakit yang luar biasa menyerang miliknya yang sudah pecah itu.
"Aku akan pergi, tapi sebentar lagi. Kita pergi ke neraka sama-sama," ujar Sulastri.
Sulastri kini ada di hadapan Wisnu, tangannya tiba-tiba saja memanjang dan mere mas milik Wisnu yang sudah hancur itu. Tentu itu membuat Wisnu berteriak kesakitan, dia tidak tahan sekali.
Apalagi kuku tangan Sulastri sangat panjang, menancap pada pangkal pahanya dan membuat darah semakin banyak mengucur.
"Hentikan! Ini sangat sakit!" teriak Wisnu dengan napasnya yang sudah tidak beraturan.
Keringat membasahi tubuhnya, lemas sekali rasanya karena menahan kesakitan yang luar biasa. Dia rasanya ingin meminta tolong, tetapi suaranya terasa hilang setelah dia berucap. Hilang begitu saja seperti tertelan angin.
"Enak loh, Kang. Ini enak, kalau kaya gini lebih enak lagi."
Kini bukan hanya satu tangan Sulastri yang bergerak dengan liar pada milik pria itu, tetapi satu tangannya lagi mulai menyentuh perut Wisnu. Kuku-kuku tajam dan panjang itu menancap pada perut Wisnu, darah segar mulai mengalir dari sana.
"Sialan! Ini sangat sakit! Lepas!" ujar Wisnu dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.
"Siap, Kang. Akan aku lepaskan," ujar Sulastri yang dengan cepat membanting tubuh pria itu.
Dengan sekali hentakan saja tubuh pria itu langsung melayang dan ambruk di atas meja kaca, meja kaca itu pecah. Belingnya langsung menancap pada tubuh Wisnu.
"Sakit, sa--- sakit. I--- ini sangat sakit," ujar Wisnu.
Cukup lama pria itu berusaha untuk bangun, tetapi sayangnya Wisnu tak bisa lepas dari Sulastri. Akhirnya pria itu mati di tangan Sulastri.
"Ini balasan karena kamu sudah membuat aku mati, arwahku kini penasaran. Aku hanya bisa gentayangan dengan hati yang penuh dendam," ujar Sulastri sebelum menghilang dari pandangan.
**
Kalau ada typo tolong bilangin ya, biar Mak Othor langsung edit🥰
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..