NovelToon NovelToon
Teperdaya Maharani Merindu

Teperdaya Maharani Merindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Misteri / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:327
Nilai: 5
Nama Author: OMIUS

Di tengah masalah pelik yang menimpa usaha kulinernya, yang terancam mengalami pengusiran oleh pemilik bangunan, Nitara berkenalan dengan Eros, lelaki pemilik toko es krim yang dulu pernah berjaya, namun kini bangkrut. Eros juga memiliki lidah istimewa yang dapat membongkar resep makanan apa pun.
Di sisi lain, Dani teman sedari kecil Nitara tiba-tiba saja dianugerahi kemampuan melukis luar biasa. Padahal selama ini dia sama sekali tak pernah belajar melukis. Paling gila, Dani tahu-tahu jatuh cinta pada Tante Liswara, ibunda Nitara.
Banyak kejanggalan di antara Dani dan Eros membuat Nitara berpikir, keduanya sepertinya tengah masuk dalam keterkaitan supernatural yang sulit dijelaskan. Keterkaitan itu bermula dari transfusi darah di antara keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OMIUS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang Kedua

 “Bu, Tara, kan sudah bilang, tolong jangan tiap hari minta Dani terapi Ibu! Kasihan Dani, saban sore bukannya istirahat sepulangnya kerja, malah menyimpang dulu kemari.”

“Ibu enggak minta Dani kok. Justru Dani sendiri yang sengaja datang kemari buat terapi Ibu.”

“Iya memang Ibu enggak minta. Tapi, saban sore Ibu pasti duduk-duduk di teras depan. Pas mobil Dani lewat depan rumah, Ibu langsung pasang muka memelas. Dani enggak mungkin tega melintas begitu saja di depan Ibu.”

“Loh, dari dulu Ibu saban sore selalu duduk-duduk di teras depan sambil ngeteh.”

“Kondisinya berbeda dong, Bu. Dulu Ibu masih sehat, lain dengan sekarang. Di mata Dani, Ibu mungkin sudah dianggap pasien terapinya. Apalagi Dani sudah menganggap Ibu orang tua sendiri.”

“Dani enggak punya masalah, malah putri Ibu yang keberatan. ”

“Kalau seminggu dua kali macam dulu, Tara masih anggap wajar. Tapi, ini saban hari Dani terus terapi Ibu, Tara jadi enggak enak sama Dani.”

Begitulah Nitara yang sore ini harus kembali mengingatkan ibunya. Kala sepeda motornya tadi memasuki jalan kompleks tempat tinggalnya, di depan sana dia melihat mobil Dani yang baru keluar dari pekarangan rumahnya. Dia mengerti, Dani barus saja selesai memberi terapi pijat pada ibunya.

Kondisi fisik ibunya memang sudah tidak sebugar dulu. Empat tahun lalu Ibunya terkena serangan stroke. Setengah tubuh ibunya malahan sempat mengalami kelumpuhan, dan harus berada di kursi roda. Karena dua adik laki-lakinya berkerja di luar Jawa, tanggung jawab mengurus ibunya akhirnya jatuh kepada Nitara.

Beruntung Nitara memiliki Dani Tria Saputra, teman serasa saudara yang piawai dalam terapi pijat. Tiga tahun lebih rutin beroleh terapi pijat dari Dani, kemajuan pesat didapat ibunya.

Memang kondisi ibunya belum bisa dibandingkan dengan sebelum terkena serangan stroke. Meski begitu paling tidak ibunya kini telah lepas dari kursi roda. Ibunya mulai belajar mandiri. Sudah mampu kembali berdiri, bahkan telah dapat berjalan tanpa bantuan orang.

Dani sendiri sebenarnya bukan seorang terapis. Dia cuma pekerja kantoran pada perusahaan BUMN di Bogor. Kendati bukan berlatar belakang dunia medis, namun papahnya mantan terapis handal. Karena sudah pensiun di dunia medis, papahnya lalu menurunkan ilmu terapi pijat pada Dani.

Nitara memang sudah menganggap Dani saudaranya. Hanya saja melihat Dani yang saban hari memberi terapi pijat pada ibunya, tetap saja dia merasa tak enak hati.

Awalnya hanya seminggu dua kali, namun seiring berjalannya waktu Dani malah semakin rutin menyambangi ibunya. Bahkan dalam empat bulan terakhir ibunya nyaris setiap hari beroleh layanan terapi pijat dari Dani.

Walau ibunya berdalih jika kedatangan Dani atas inisiatif sendiri, namun Nitara enggan percaya begitu saja. Terus-terusan beroleh terapi pijat, dia lantas meyakini jika ibunya telah ketagihan.

Acapkali beroleh sentuhan jemari tangan Dani, ibunya mengaku merasa bugar kembali. Tanpa sentuhan jemari tangan Dani, ibunya hanya akan mengeluhkan anggota badan yang kembali kaku digerakkan.

“Oh ya, Tara, tolong Ibu ambilkan botol minyak aroma terapi di brankas!”

“Bu, bisa enggak seminggu sekali saja hirup wangi uapnya, jangan seminggu tiga kali macam sekarang!”

“Ibu sudah coba, tapi sepertinya sulit.”

“Bapak sudah meninggal, Bu, ikhlaskan saja kepergiannya! Jangan terus-terusan mengandalkan minyak aroma terapi buat melipur rindu Ibu.”

“Ibu sudah mengikhlaskan kepergian bapakmu. Masalahnya rindu Ibu pada bapakmu terus saja menyiksa. Baru hilang saat mengendus wewangian minyak aroma terapi.”

“Ibu jadi ketergantungan sama minyak aroma terapi. Itu kurang bagus, Bu!”

“Malah Ibu harus bersyukur. Kalau bukan karena wewangian minyak aroma terapi, Ibu akan semakin merana ditinggal pergi bapakmu.”

Seperti halnya pijat terapi, menghirup wangi uap minyak aroma terapi sudah menjadi aktivitas rutin ibunya, bahkan jauh sebelumnya. Uniknya, ibunya cuma berkenan menghirup wangi uap minyak aroma terapi racikan sendiri. Tak sekali-kalinya Nitara menyaksikan ibunya menggunakan minyak aroma terapi yang beredar di pasaran, baik yang harganya selangit maupun merakyat.

Beberapa bulan sebelum ibunya terkena serangan stroke, musibah menyambangi keluarga kecilnya. Bapaknya meninggal akibat kanker stadium tinggi. Nitara, terlebih ibunya tampak terpukul sekali akan kepergian bapaknya. Malah menurutnya sang ibu sudah menjurus kepada depresi, terlihat amat merana.

Kalau bukan karena sedari dulu rutin menghirup wangi uap minyak aroma terapi, kondisi jiwa ibunya sepertinya akan menjurus parah.

Untuk menguapkan minyak aroma terapi, ibunya biasa menggunakan difusser jenis tungku aroma terapi elektrik. Bukan relaksasi yang ingin dituju ibunya dengan menghirup uap wangi. Ibunya butuh sensasi lain, yakni pelipur lara akibat ditinggal pergi bapaknya.

Agar rasa rindu yang hebat tak lagi menyiksa, menghadirkan bayangan fantasi bapaknya akan sangat berguna bagi ibunya. Dan itu hanya mungkin didapatkan lewat menghirup wangi uap minyak aroma terapi racikan sendiri.

Walau awalnya Nitara meragukan pengakuan ibunya, yang konon selalu didatangi bayangan fantasi bapaknya, namun sukar dibantahnya bila kebiasaan menghirup wangi uap minyak aroma terapi ternyata efektif melipur lara ibunya.

Saat berfantasi ibunya hanya terlihat duduk santai sembari memejamkan mata. Padahal benak ibunya tengah menikmati sensasi bercengkerama dengan bapaknya. Tak heran bila ibunya akhirnya kembali menemukan ceria meski belum mencolok.

Kendati terbukti manjur dalam melipur lara, namun Nitara paham akan dampak negatif halusinasi yang dinikmati ibunya. Ketergantungan pada minyak aroma terapi kini tengah membelit ibunya. Dia menyesalkan sikap ibunya yang keras kepala. Senantiasa menolak anjurannya, agar lebih mengikhlaskan saja kepergian bapaknya dibandingkan terus berfantasi.

Minyak aroma terapi yang selalu digunakan ibunya memang racikan sendiri. Sayangnya Nitara tidak diperkenankan mengetahui resep pembuatannya.

“Ibu beroleh resepnya dari teman lama. Karena resep rahasia keluarga, Ibu terlarang membocorkannya pada pihak luar, termasuk suami dan anak Ibu. Untuk itu Ibu sampai harus diambil sumpah,” dalih ibunya.

Ibunya juga enggan mengutarakan, siapa teman lama yang berkenan memberitahu resep pembuatan minyak aroma terapi. Termasuk menjelaskan sebab resep tersebut sampai dibocorkan pada ibunya. Padahal konon katanya merupakan resep rahasia keluarga.

Ibunya juga mengklaim, sekarang ini kemungkinan tiada lagi yang masih menguasai resep pembuatan minyak aroma terapi. Tidak juga keluarga teman lama ibunya.

Dari segi wangi, minyak aroma terapi racikan ibunya sebenarnya terbilang umum. Serupa dengan yang beredar di pasaran, di mana wangi bunga wijaya kusuma lebih dominan. Kelihatannya kandungan bahan utamanya adalah bunga tersebut. Nitara sendiri terbilang akrab dengan bunga wijaya kusuma.

Dulu di pekarangan rumahnya pernah tumbuh tanaman wijaya kusuma. Sebelum terserang stroke ibunya rutin memetik bunganya, namun bukan untuk dijadikan bahan baku minyak aroma terapi. Ibunya memanfaatkan bunga wijaya kusuma untuk bahan baku obat batuk herbal, diperuntukan bagi pengobatan bapaknya. Semasa masih hidup bapaknya lama menderita batuk kronis.

Dari segi khasiat, minyak aroma terapi racikan ibunya juga tidak terlampau istimewa, setidaknya menurut pengalaman Nitara sendiri. Berbeda dengan ibunya yang mengaku mendapatkan sensasi bayangan fantasi, Nitara hanya beroleh relaksasi tubuh saja. Padahal saat wangi uapnya betebaran di rumah, semestinya secara otomatis hidungnya pun turut menghirupnya.

Tak habis pikir Nitara, kenapa sensasi bayangan fantasi itu tak pernah mau menyambangi benaknya.

“Bayangan fantasi baru hadir saat kita menyimpan rindu yang teramat sangat. Selama Tara masih menganggap cinta sebatas musim-musiman, tak bakalan bisa mendapatkan sensasinya,” ungkap ibunya. Ketika itu Nitara mempertanyakan ketidakmampuan dirinya beroleh bayangan fantasi.

Sumpah ibunya untuk tidak membocorkan resep pembuatan minyak aroma terapi akhirnya berbuah fatal. Padahal ketergantungan pada minyak aromaterapi saat ini tengah mendera ibunya. Sampai kemudian serangan stroke datang, berakibat kerusakan pada sel-sel organ otak ibunya. Kehilangan banyak memori ibunya kini dalam kondisi setengah pikun. Salah satunya lupa mengingat resep pembuatan minyak aroma terapi.

Beberapa kali dia menyaksikan ibunya menangis, frustasi karena tak mampu mengingat lagi resep pembuatan minyak aroma terapi. Ibunya amat menyesalkan serangan stroke yang menurunkan daya ingat. Ironi, sejumlah pengalaman remeh temeh malah tetap membekas dalam ingatan ibunya.

Dengan semakin menipisnya persediaan minyak aroma terapi tersisa, hanya masalah waktu saja ibunya akan kembali seperti di awal-awal bapaknya meninggal, bermuram durja akibat memendam luka di hati. Nitara tentu memahaminya. Jika lara terus dibiarkan, kesehatan ibunya yang mulai membaik terancam ambruk kembali.

Dua tahun lalu dia mendapati ibunya yang tahu-tahu menangis kencang. Tangis yang mengingatkannya kala bapaknya dulu pergi untuk selama-lamanya. Namun, Nitara merasa tangis ibunya kali ini lebih condong pada histeria.

Ternyata ibunya beroleh kabar dari teman-teman semasa sekolah dulu. Diberitakan jika Juanda Effendi, salah satu teman ibunya meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Nitara sendiri mengenal teman ibunya yang meninggal itu, seorang pria yang seusia ibunya dan berprofesi sebagai pelukis. Ibunya juga kerap beroleh kiriman lukisan dari teman lama yang satu itu. Kelihatannya semasa sekolah dulu mereka berdua terbilang akrab.

Dapat memaklumi ibunya terpukul, namun Nitira patut mengherankan polah histeria ibunya. Terlalu berlebihan untuk kabar kematian seorang teman, sekalipun teman akrab.

“Ibu melihat lukisan bapakmu. Tiba-tiba saja bapakmu berlinang air mata. Rona muram wajahnya seolah bercerita pada Ibu. Sebenarnya bapakmu masih berat meninggalkan kita berdua. Terutama melihat kondisi Ibu saat ini,” pengakuan ibunya, menjawab kenapa sampai harus bersikap histeria begitu mendengar kabar kematian teman lama.

Sejak lama di salah satu dinding rumah menggantung sebuah lukisan sketsa bapaknya. Pelukisnya tak lain Pak Juanda yang waktu itu baru saja dikabarkan meninggal dunia. Meski tidak seakrab ibunya, namun bapaknya semasa hidup juga kenal baik dengan Pak Juanda.

Hanya saja ibunya mengaku melihat lukisan bapaknya tiba-tiba berderai air mata, Nitara sepertinya harus kembali menuding ibunya tengah mengalami halusinasi. Bukan bapaknya yang berat hati meninggalkan mereka berdua, melainkan justru ibunya sendiri. Sampai detik ini ibunya tetap susah mengikhlaskan kepergian bapaknya.

Memang minyak aroma terapi yang tersisa berhasil menstabilkan kembali jiwa ibunya. Tetapi, bagaimana ke depannya nanti, persisnya sewaktu minyak ajaib itu benar-benar habis? Sedangkan halusinasi seperti yang sempat dialami ibunya, menurutnya sangat mungkin berulang lagi. Nitara malahan ngeri membayangkannya.

Sedikit mujur, sebelum terkena serangan stroke ibunya telah meracik minyak aroma terapi dalam jumlah teramat banyak. Nitara malah sempat mengira ibunya hendak jualan minyak aroma terapi. Paling tidak sampai tahun depan ibunya masih aman dari siksa lara hati. Masih dininabobokan oleh wangi uap minyak aroma terapi.

Permasalahannya, sampai kapan minyak aroma terapi mampu terus membentengi ibunya dari merana. Saat ini saja tinggal dua lusin botol minyak aroma terapi yang masih tersisa. Semuanya tersimpan di dalam brankas, menyingkirkan semua perhiasan emas dan berlian ibunya. Di mata ibunya, botol minyak aroma terapi tersisa lebih berharga dibandingkan logam mulia.

o2

1
Asnisa Amallia
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
Yusuf Muman
Menyentuh hati.
Mich2351
Aku suka banget sama karakter-karakternya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!